UU KIP Multiinterpretasi

Penegak hukum tidak bisa langsung menyatakan seluruh
proses pemeriksaan sebagai rahasia.PEMBERLAKUA N
Un dang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(KIP) yang hari ini mulai diberlakukan masih mengandung sejumlah
problem. Sebab, masih ada pasal-pasal yang bersifat multiinterpretasi.
"Prinsipnya UU itu adalah menjamin hak publik atas informasi,
sehingga
prinsipnya adalah jangan sampai UU itu justru membatasi atau mengurangi
akses publik atas informasi," tegas Ketua Umum Aliansi Jurnalis
Indonesia (AJI) Nezar Patria di Jakarta, kemarin.

Ia menyoroti
ancaman pasal pidana dalam UU tersebut yang hanya mengurangi peluang
wartawan melakukan investigasi. "Pers sudah ditakuti dengan ancaman
pidana," katanya.
Demikian juga mengenai pengecualian kebebasan informasi dalam
bidang hukum, seperti bunyi Pasal 17 huruf a.

"Aparat
penegak hukum jangan menggunakan pasal itu justru untuk menutup-nutupi
informasi seperti pemeriksaan atau penahanan," katanya.
Anggota
Dewan Pers Agus Sudibyo mengingatkan, tidak semua penanganan perkara
tertutup bagi publik. Penegak hukum, menurutnya, terlebih dulu harus
membuktikan seberapa penting informasi tersebut sehingga sebaiknya
tidak diungkap ke publik.
Menurut dia, kasus-kasus yang termasuk pengecualian harus melalui
uji
kompetensi dan uji kepentingan publik terlebih dahulu. "Penegak hukum
harus bisa membuktikan, jika informasi dibuka akan mengganggu proses
penegakan hukum. Jadi harus melalui proses uji, tidak bisa langsung
mengatakan informasi ini rahasia."
Ketua Komisi Informasi Pusat
Ahmad Alamsyah Saragih seusai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menjelaskan, dengan pemberlakuan UU tersebut, masyarakat tidak bisa
mendapatkan informasi soal penanganan kasus hukum yang masih berjalan.
"Yang paling sering terjadi, informasi berkaitan dengan proses
penegakan hukum. Selama proses hukum berjalan, penanganan perkara
tersebut tidak bisa diakses," katanya.
Kecuali, sambungnya, kasus hukum itu sudah masuk ke proses dakwaan
di pengadilan.

"Kalau itu kan terbuka untuk umum, jadi enggak apa-apa," kata Alamsyah.
Kemarin pagi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima tujuh
anggota
Komisi Informasi Pusat didampingi Menko Polhukam Djoko Suyanto,
Mensesneg Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, dan Men- kominfo
Tifatul Sembiring, Selain Ahmad, anggota Komi- si Informasi Pusat yang
hadir adalah Abdul Rahman Ma’mun, Aminudin, Ramli Amin Sim- bolon,
Henny S Widyaningsih, Do no Prasetyo, dan Usman Abdhali Watik.
Ahmad
juga mengingatkan kepada seluruh badan publik untuk berhati-hati dalam
mem- berikan informasi. “Badan pub- lik mulai sekarang harus mengi-
dentiļ¬ kasi yang mana diberikan kepada masyarakat mana yang
dikecualikan,” ujarnya.
ada ekses dan penyalahgunaan undang-undang yang mulia ini.
Oleh karena itu, kami berharap komisi bisa menjalankan tugas dengan
baik,” kata Presiden.
Mengenai
kebutuhan aturan mengenai rahasia negara yang bia sanya menjadi
pasangan UU Keterbukaan Informasi, Pre siden mengatakan beberapa
peraturan tentang rahasia ne- gara sudah tercakup dalam UU Keterbukaan
Informasi.
“Dalam UU ini juga tercakup ada chapter tentang
sebuah in- formasi, kepentingan militer dan kepentingan rahasia nega-
ra tidak bisa dibuka. Sehingga UU ini pun bila dijalankan de- ngan
benar, semua kepenting- an, kepenting an negara dan kepentingan ma
syarakat, bisa dipenuhi,” ka tanya.
Koordinator Divisi Investi
gasi Indonesia Corruption Watch (ICW) Agus Sunaryanto berha- rap UU KIP
bisa memberi in- formasi publik dan mengurangi praktik korupsi. “Selama
ini ICW begitu sulit mendapat in formasi publik dari institusi publik.
Informasi kami dapatkan dari whistle blower,” ungkap Agus.
Mantan
Ketua Panitia Kerja DPR RUU KIP Arief Mudatsir Mandan mengatakan UU KIP
sebagai alat masyarakat un- tuk melawan ketertutupan bi- rokrasi.
(Ken/Rin/Mar/ */P-1)

http://anax1a. pressmart. net
Read More......

Pilkada Surabaya dan Potensi Kecurangan DPT

Pilkada Surabaya dan Potensi Kecurangan DPT
Beberapa Tim sukses dari Calon Walikota Surabaya memprotes adanya
dugaan pemilih siluman atau pemilih fiktif yang tercatat dalam Daftar
Pemilih Tetap (DPT) yang disahkan Komisi Pemilihan Umum Surabaya dari
2.144.105 pemilih. Mereka menggunakan hak pilihnya dengan mencoblos di
4.898 TPS yang tersebar di 161 kelurahan.

Kegalauan para kontenstan dalam Pilkada Surabaya dalam melihat
adanya potensi kecurangan DPT dalam pemilihan Walikota Surabaya pada
tanggal 2 Juni 2010 nanti tidaklah berlebihan, hal ini mungkin mereka
berkaca dari Pemilihan Gubernur Jawa Timur tahun 2008 kemarin yang
sampai dengan hari ini belumlah jelas penyelesaiannya apalagi dengan
testimoni yang diberikan oleh Mantan Kapolda Jatim, meskipun MK dalam
hasil akhir putaran ke 3 sudah tidak mempermasalahkan.

Pemilihan Gubernur Jatim kemarin meskipun meninggalkan jejak sejarah
yang menyakitan banyak kalangan, toh tetap Pak Karwo dengan Gus Ipul
sebagai Wakilnya yang didukung oleh Partai Demokrat dan PAN dilantik
oleh Presiden. Jejak Sejarah yang menyakitkan itu ternyata tidak mudah
terhapus begitu saja, dengan banyaknya komponen masyarakat yang masih
mempertanyakan keberadaan pemilih siluman dalam DPT Pilkada Surabaya,
sampai-sampai KHofifah Indar Parawangsa dan beberapa komponen
pendukungnya dulu saat dia mencalonan diri menjadi Calon Gubernur Jatim
juga mengingatkan kembali masalah DPT di beberapa harian terbitan
Surabaya.

Kecurigaan ini "mungkin" juga di perkuat dengan keberadaan Pak Karwo
(Gubernur Jatim) sebagai Pengurus Partai Demokrat Jawa Timur yang
notabene-nya mengusung Arif Afandi yang juga pengurus Partai Demokrat
sebagai Calon Walikota Surabaya berpasangan dengan Calon dari Partai
Golkar Adis Kadir serta mandeg-nya proses penyidikan KPK atas dugaan
korupsi pengadaan barang barang cetakan dll yang digunakan dalam Pilgub
Jatim tahun 2008 di KPU Jatim. Jadi wajarlah bila dugaan orang atau Tim
Sukses atau Cawali lainnya bila mereka menduga akan terjadi "Penurunan
Ilmu" bagaimana cara memenangan Pilkada di Surabaya, sebagaimana
keberhasilan dalam memenangkan Pilgub Jatim, apalagi sekarang sudah
bernaung di Partai yang sama

Dugaan tetaplah menjadi dugaan, tidak akan adil bilamana dugaan
tersebut tidak diperkuat oleh sebuah fakta dan menjadi sebuah bentuk
ke-tidakadilan juga bila dugaan yang telah diperkuat oleh fakta tapi
tetap dikalahkan oleh sejarah, akhir kata hanya Allah SWT yang Maha
Mengetahui atas segala kejadian yang terjadi di muka bumi ini, semoga
Pilwali Surabaya apapun hasilnya, dapat lebih mendekatkan warga
Surabaya kepada Allah SWT
http://politikana. com/
Read More......

INTERNET MURAH UNTUK SEKOLAH

Syarat utama terjadinya sebuah komunikasi adalah adanya interaksi antara para komunikator .Selain menggunakan bahasa, gerak ,isarat dan tanda kumonikasi juga dapat di lakukan dengan media lainnya. Dalam era golobalisasi sekarang ini, media kumonikasi memberikan kontribusi signifikan terhadap perubahan dunia .komunikasi keabad kotempore ini dapat dapat dilakukan kapan saja dan dimanasaja,melintas i hambatan ruang dan waktu. Hal ini menyiratkan betapa hebat dan besarnya pengaruh kumonikasi dalam kehidupan kita fenomena komunikasi inilah yang menjadi bagian studi ilmu komunikasi .

Penjelasan mengenai komunikasai sebagai sebuah ilmu di paparkan mulai dari proses terjadinya komunikasi, bentuk atau jenisnya media, pungsi dan pengaruh komunikasi .
Landasan tioritis, pengertian ,dan konsep kumonikasi sejara gambling di sajikan kepada kita dengan tujuan tertentu.

Internet murah untuk sekolah.
Era internet di Indonesia telah tiba .kini infomasi dapat diakses secara mudah dan cepat melalui jaringan computer global itu Meski demikian masih banyak hambatan yang sering di temukan pada penengguna internet di Negara kita diantaranya adalah pengetahuan teknis konfigurasi intrtnet dan biaya akses tagihan telpon. Khususnya bagi pengguna dial- up .
Untuk itu kami mendorong mempromosikan teknik pengunakan internet murah terjangkau oleh sekolah yang belum mampu untuk melakukan kegiatan pada sekolah nya disebabkan masalah biaya yang tak terjangkau di karenakan ketidak mampuan sekolah terutama sekolah yang berada pada daerah terpencil dan masyarakatnya masih tergolong prasejahtra
Untuk mengatasi semua perlu dengan jalan merilis produk akses internet prabayar yang di beri nama instan SAVE. Dengan menggabungkan trik konfigurasi akses internet untuk sekolah dan produk TELKOM , dapat di peroleh koneksi dengan biaya yang ter jangkau
Dengan adanya cara ini diharapkan kita dapat mengatasi minimnya akses sekolah pada daerah yang jauh dari Ibu kota dengan pada masyarakat pra sejahtra di derah terpencil sehinga pasilitas yang ada dapat bermampaat dan mempaatkan pasilitasyangada dan menper oleh internet yang mudah dan murah. .
ALTERNATIF SAMBUNGAN INTERNET MURAH BAGI SEKOLAH
Mungkin indah ,tapi jelas tidak mudah . karena semua ini dilakukan secra swadaya masyarakat . Karena tidak terlalu banyak dapat mengharapkan dari pemerintah Indonesia.
Banyak alternative sambungan Internet bagi sekolah . Ada yang berupa sambungan 24 jam , ada pula yang tidak perlu 24 jam / hari.Teknik sambungan 24 jam mengunakan infrastruktur wireless internet di 2. 4GHz memungkinkan untuk menekan biaya paling rendah Rp. 500.000 s/d satu juta / bulan / sekolah . Ilmu teknik penyambungan ke internet 24 jam menggunakan Wireless kecepatan tinggi dapat di ambil di http : //sandbox.bellnet .rorg. –onno/atau http://www,bogor . net /idkf/.
Tulisan ini berusaha menjelaskan secara praktis teknik memberikan akses internet super murah bagi sekolah di Indonesia .
Tidak banyak pilihan untuk melakukan akses super murah tersebut , kecuali menggunakan dial – up telepon dan membatasi aplikasi hanya berupa komunikasi e-mail saja.
Dengan mail server local di sekolah di gabungkan dengan dial on demand selama 10 – 15 menit / hari , akan mampu menekan biaya sampai dengan Rp.80.000 – 100.000/ bulan / sekolah , atau sekitar Rp. 160.200 / murid / bulan untuk sekolah dengan 500 orang murid .
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk sekolah –sekolah yang berkeinginan untuk tersambung ke Internet dengan biaya murah . Semoga dapat bermanfaat untuk menyambungkan 220.000 sekolah di Indonesia untuk dapat menyambungkan 48 juta siswa Indonesia ke Internet .
MENGKAITKAN SEKOLAH SECARA SWADAYA MASYARAKAT
Biaya biasanya menjadi argumentasi utama untuk tidak melakukan hal ini, Saya menjadi ingat komentar seorang melakukan hal ini .
Pada bagian pendahuluan ini , mari kita melakukan perhitungan secara sederhana supaya sekolah dapat terkait ke dunia maya , tanpa perlu terlalu membebani murid , tanpa perlu membebani orang tua , tanpa perlu membebani pemerintah . Kunci utamanya adalah pegurangan lama waktu sambungan ke Internet , yang merupakan komponen biaya tersebar dari proses integrasi sekolah ke internet .Pertanyaanya - mungkinkah ? Jawaban singkat-nya – sangat mungkin .
Jika kita fikirkan secara seksama , maka sebetulnya akses pada pengetahuan justru akan lebih terkontrol . Jika dilakukan ke perpustakaan – perpustakaan yang telah di burn ke dalam CD- RDM . Contoh sederhana http : //www. Ilmu Komputer . com yang menyebarkannya pula dalam bentuk CD ROM , konsekuensi –nya jika semua ilmu dapat di burn dalam CD –ROM / DVD maka sebetulnya akses ke internet dapat di minimalkan dengan cara mengcopykan CD – ROM / DVD ilmu pengetahuan ini secara lokal , menggunakan server Web lokaln di jaringan sekolah.
Dengan adanya ilmu pengetahuan dalam bentuk media CDROM / DVD yang dapat di akses secara lokal kita dapat menghemat sebagian besar biaya untuk sambungan ke internet .
Fungsi Internet dapat kita minimalkan hanya untuk berkomunikasi dengan guru / murid di sekolah lain yang tidak berada di sekolah yang sama . Metode komunikasi yang paling sederhana , yang tidak harus dilakukan pada saat itu juga adalah menggunakan e – mail .Sebuah e- mail dapat saja dikirim 5 jam atau bahkan terkadang dapat di tolerir untuk dikirim 12 jam kemudian . itupun biasanya masih lebih baik daripada jasa pos yang sering kita gunakan di masa lalu .
Bayangkan sebuah sekolah dengan 500 orang murid , yang merupakan rata-rata jumlah total murid di sebuah sekolah . Bayangkan sekolah tersebut mempunyai e-mail server lokal di sekolah tersebut , konsekuensinya e-mail antar murid , e- mail antar guru , e- mail guru murid dan sebaliknya dapat di lakukan tanpa perlu tersambung ke internet sama sekali . Artinya sejauh ini , akses ke pengetahuan dan komunikasi internet dapat di lakukan dengan tanpa biaya sama sekali hanya investasi computer saja .Akses Internet baru di butuhkan jika murid / guru butuh mengiim e- mail ke luar sekolah atau menerima e- mail ke luar . Marilah kita lakukan perhitungan secara seksama .
Sekolah dengan 500 orang murid , misalkan rata –rata permurid akan mengirim /menerima 2-10 e-mail / hari , maka kita akan melihat sekitar 1000-5000 e-mail dari / ke sekolah . Dengan rata –rata sekitar 5Kbyte / e-mail maka kita akan melihat kebutuhan pengiriman data sekitar 5-25 Mbyte / sekolah / hari . Dengan menggunakan sambungan dial up 33.6 s/d 56 Kbps , akan dibutuhkan waktu sekitar 2-4 menit / Mbyte . Maka akan dibutuhkan waktu minimal 10 s/d 50 menit / hari untuk mengambil / mengirim semua e-mail dari sebuah sekolah
Untuk sekolah yang masih pemula , mungkin hanya akan membuutuhkan sambungan internet 10 – 15 menit / hari untuk mengirim / mengambil semua e-mailnya sekolah tersebut . Mari kita hitung mengggunakan standard TelkomNet Instant yang sekitar Rp 9100 / jam ( atau sekitar Rp. 10.000 / jam di bulatkan ke atas )
Dengan kebutuhan 10 – 15 menit sambungan / hari , maka sebetulnya di butuhkan biaya sekitar Rp. 2500/ hari / sekolah untuk mengirim / menerima e-mail seluruh sekolah . Atau sekitar Rp.80 - 100.000/ buah / sekolah untuk mengirim / menerima semua e-mail di sebuah sekolah .
Bayangkan sebuah sekolah hanya membutuhkan Rp. 80- 100.000 / bulan / sekolah uuntuk tersambung ke internet , arinya hanya membutuhkan biaya Rp.150 – 200/ siswa / bulan . Sangat kecil sekali !.
Tentunya sangat tidak mungkin sebuah sekolah meminta Rp.150 – 200 / siswa / bulan hanya untuk akses Internet . Minimal sekali biaya yang dimintakan kepada siswa adalah Rp.1000 – 2000 / bulan / siswa , artinya akan terkumpul biaya sebesar Rp. 500.000s/d satu juta / sekolah / bulan .Paling tidak ada sedikit biaya untuk membeli computer kelas Pentium III yang sederhana setiap dua bulan , atau sedikit biaya untuk membayar listrik , atau sedkit biaya untuk tambahan bagi guru.
Tentunya invetasi kumputer akan lebih mudah lagi persiswa bersedia mebayar uang yang lebih bear seperti di sebagian sekitar mencapai Rp. 5000 s/d 20.000 / siswa/ bulan
Intinya ,penyambunyan internet kesekolah ke internet dapat dapat dilakukan secara swadanya masyarakat dengan beban persiswa sangat murah tampa perlu mebebani pemerintah .
Kondisi idial mungkin akan menjadi alat belajar ada pada sekolah di kota-kota yang semua pasilitas lengkap dengan guru yang qulitatif, infrastruktur computer, jaringan internet tersedia serta yang tidak kalah adalah informasi dan komunikasi Internet bukan hanya sekedar di ketahui namun sudah di jadikan kebutuhan pada masyarakat.
Ada beberapa filosofi mendasar yang saya usulkan untuk diperhatikan untuk memasukan teknologi informasi menjadi bagian dari kurikkulum sekolah . Pada kondisi yang ideal , dengan infrastruktur tersedia , maka saya sebetulnya lebih suka melihat teknologi informasi menjadi alat bantu bagi semua mata pelajaran sekolah , baik itu mata pelajaran IPA , IPS , bahas , sejarah , dll. Saya , justru tidak suka melihat teknologi informasi menjadi mata pelajaran tersendiri di sekolah , khususnya di tingkat SD . Tentunya kondisi ideal ini hanya mungkin dilakukan di sekolah –sekolah yang baik , dengan guru yang qualified, infrastruktur computer , jaringan internet tersedia dan umumnya berada di kota besar .
Pada tingkat SMU , listrik dan telepon umumnya ada dan guru lebih terdidik . Beberapa langkah praktis yang perlu dilakukan oleh sekolah :
• Gunakan computer dan internet sebagai media untuk ngobrol , untuk bertukar pengetahuan implisit . Caranya sederhana , menggunakan fasilitas e-mail dan mailing list. Umumnya servis mailing list dapat diperoleh secara gratis di Internet. Biaya yang dibutuhkan untuk ini semua dapat di tekan menjadi sekitar Rp.45 – 100.000,- / sekolah / bulan .Jika operator sekolah cukup pandai untuk mengkonfigurasi server mail server dengan sambungan dial –up.

• Siswa sebaiknya di dorong untuk menjawab pertanyaan –pertanyaan yang ada di mailing list , selain untuk mengasah pengetahuannya juga untuk sharing pengetahuannya.

• Jangan kaget jika 2 – 4 tahun mendatang , mereka yang aktif menjawab pertanyaan di mailing list akan cakap membuat pengetahuannya sendiri , menuis artikel , menyulis buku menjadi produsen pengetahuan itu sendiri .Akan lebih baik lagi jika seorang siswa yang mampu menuliskan ilmu / pengetahuannya dalam bentuk artikel / buku memperoleh kredit bagi pelajarannya .

• Ada baiknya semua tugas siswa yang bentuknya softcopy , di kumpulkan di sebuah harddisk atau web , untuk memudahkan sharing pada rekan –rekan lain , sharing antar sekolah maupun sebagai referensi bagi adik-adiknya di kemudian hari . Hal ini saya lakukan dengan cara mengumpulkan berbagai tulisan dalam bentuk softcopy di harddisk dan menyebarkannya.

Yang perlu sadari bersama bahwa langkah / proses di atas juga akan melakukan tekanan psychologisterhadap siwa untuk bekerja dengan baik ,karena hasil karianya ,jawaban pertanyaannya akan dapat di baca olek orang banyak melalui internet .Namun pekerjaan kurang baik akan dilihat dan bisa mencoreng namanya kemudian hari .
Mudah mudahan tulisan ini dapat menjadi masukan bagi intergrasi tehnologi imformasi ke dalam mata pelajaran muatan lokal pada sekolah di Indonesia
Serta dapat dipergunakan untuk semua kegiatan sekolah .terimakasih.

HAMIDIN
MAHASISWA S2 KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
Read More......

Mendiknas Test PTN akan dihapus

[JAKARTA] Sebuah gagasan baru dilontarkan Menteri Pendidikan
Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh yang menggantikan posisi Bambang
Sudibyo di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. Gagasan mantan menteri
komunikasi dan informatika yang juga pernah menjadi Rektor Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini adalah penghapusan tes
masuk perguruan tinggi negeri (PTN) yang saat ini dikenal dengan
seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNM-PTN).
"Apakah nilai, seperti ujian nasional (UN), tidak bisa dipakai untuk
tes masuk PTN? Kalau memang bisa dipermudah, kenapa harus dipersulit
dengan ada tes lagi," kata Mendiknas di Jakarta, akhir pekan lalu.
Dikatakan, nilai UN SMA dan sekolah sederajat akan diintegrasikan
dengan jenjang sebelumnya. Sebab, nilai UN mulai SD hingga SMP sudah
terintegrasi untuk tes masuk ke jenjang berikutnya. "Agar tidak ada
lagi yang sia-sia dan buang-buang biaya hanya untuk masuk PTN,"
katanya.
Untuk memudahkan pelaksanaannya di lapangan, kata Nuh, pihaknya akan
segera mendiskusikan gagasan itu lebih lanjut dengan para rektor PTN.
"Semua ini terkait dengan mekanisme penerimaan di masing-masing
perguruan tinggi negeri," katanya.
Apabila gagasan itu kelak bisa direalisasikan, dia berharap
kesenjangan kualitas pendidikan antara satu daerah dengan daerah lain,
bisa dikurangi. Untuk mendukung gagasan penghapusan tes PTN, Mendiknas
juga menargetkan perbaikan infrastruktur sekolah pada 100 hari pertama
kiprahnya di KIB II. "Kalau infrastruktur sekolahnya baik, proses
belajar mengajar juga akan berjalan dengan baik," tuturnya.
Dia menargetkan penyelesaian perbaikan bangunan sekolah di seluruh
Indonesia rampung pada 2010. "Pada 100 hari pertama, saya akan mulai
memperbaiki sekolah rusak atau bocor," katanya.
Selain membenahi infrastruktur sekolah, Mendiknas juga menjanjikan
akses seluas-luasnya kepada warga bangsa untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu. "Tidak boleh ada cerita ada anak bangsa yang tidak bisa
mengenyam pendidikan. Pendidikan berkualitas memang mahal. Yang harus
dipikirkan sekarang adalah masyarakat ikut menanggung biaya pendidikan
yang sekecil-kecilnya, " katanya.
Pendidikan Berkeadilan
Sebelumnya, saat memberikan pemaparan awal seusai serah terima
jabatan, Mohammad Nuh mengatakan Indonesia adalah negara yang unik
dengan keberagamannya, mulai dari status sosial, suku, agama, dan
lainnya. Keberagaman itu juga terlihat dalam pengelolaan bidang
pendidikan, seperti adanya sekolah negeri dan sekolah swasta.
"Keberagaman itu, jika tidak di-manage dengan baik akan
menimbulkan gap yang akhirnya berujung pada clash," katanya.
Karena itu, lanjutnya, pemerintah harus menciptakan pendidikan yang
berkeadilan bagi semua. "Tidak diskriminatif, " tegasnya.
Sejalan dengan itu, Mohammad Nuh menetapkan tiga prioritas
pendidikan nasional selama lima tahun mendatang. Pertama,
memperluas akses masyarakat ke pendidikan bermutu. "Harus ada sekolah.
Tentunya sekolah yang layak. Jadi tidak ada cerita, ada warga bangsa
yang tidak bisa bersekolah. Sekolah juga harus kokoh dan tidak gampang
rusak," katanya.
Kedua, pendidikan harus terjangkau. "Percuma saja jika
sekolah sudah ada, tetapi warga bangsa tidak bisa bersekolah karena
biaya mahal. Karena itu, biaya harus terjangkau," katanya.
Ketiga, sekolah harus berkualitas. "Sekolah ada, tapi
kualitasnya buruk, sama saja tetap jelek. Karena itu, kualitas juga
menjadi penting. Untuk meningkatkan kualitas sekolah, berarti harus ada
penjaminan mutu. Harus ada jaminan sekolah itu bermutu, sehingga mampu
menciptakan lapangan pekerjaan atau sesuai dengan dunia pekerjaan,"
katanya.
Read More......

KETUA KHN: REFORMASI PERADILAN DIMULAI DARI PENDIDIKAN

Jakarta, 7/10 (ANTARA) - Ketua Komisi Hukum Nasional (KHN) Republik Indonesia, Prof. Dr. J.E. Sahetapy mengatakan reformasi peradilan dan pemberantasan korupsi harus dimulai dari pendidikan dengan melibatkan akademisi.
"Saya pikir pendidikan sangat berpengaruh terhadap proses reformasi peradilan dan pemberantasan korupsi," kata Sahetapy saat Seminar Pengkajian Hukum Nasional (SPHN) 2009 di Jakarta, Rabu.

Sahetapy menuturkan reformasi peradilan di Indonesia membutuhkan perbaikan pada sektor struktural, legislasi dan budaya (kultural)
Pakar hukum tersebut, mengungkapkan presiden juga harus mampu membawa perubahan yang mencakup integritas dan moral bagi menteri maupun pejabat lainnya di pemerintahan.
Lebih lanjut, Sahetapy menegaskan dirinya tidak melihat adanya proses perbaikan pada bidang hukum di Indonesia, sejak pada masa akhir kepemimpinan Presiden Soekarno.
Sementara itu, Dekan Fakultas Hukum Unversitas Sriwijaya Palembang, Amzulian Rifai mengatakan saat ini sudah seharusnya pemerintah melakukan reformasi peradilan karena tingkat kepercayaan publik rendah terhadap hukum di Indonesia.
Selain Amzulian mengungkapkan ketidakpercayaan masyarakat semakin tinggi terhadap peradilan di Indonesia, karena adanya rivalitas antar institusi penegak hukum antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri.
Amzulian mengungkapkan strategi untuk mereformasi peradilan, yakni memperkuat kinerja untuk meningkatkan sumber daya manusia kepolisian, kejaksaan, kehakiman dan pengacara.
Solusi lainnya, antara lain membangun pendidikan satu atap bagi polisi, jaksa dan hakim untuk menghasilkan kinerja yang profesional, serta meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang berhubungan dengan bidang hukum.
Amzulian mengungkapkan apabila reformasi peradilan bisa dilakukan maka titik sentral pemberantasan korupsi bisa terlaksana.
Read More......

Perancis Akan Larang Pemakaian HP di Sekolah

Perancis Akan Larang Pemakaian HP di Sekolah

Jumat, 9 Oktober 2009 | 11:52 WIB

PARIS, KOMPAS.com — Senat Perancis telah mengeluarkan rancangan undang-undang (RUU) untuk melarang pelajar berusia di bawah 14 tahun menggunakan handphone (HP) di sekolah.

Harian Le Figaro, Kamis (8/10), memberitakan, RUU itu keluar di tengah keprihatinan orangtua dan lembaga kesehatan tentang maraknya pemakaian telepon seluler di sekolah-sekolah. Senat, Rabu (7/10), dengan suara bulat sepakat untuk melarang penggunaan HP di kelas dan di sekolah buat pelajar yang berusia di bawah 14 tahun.

Menteri Negeri Urusan Ekologi, Chantal Jouanno, mengatakan, berbagai lembaga lingkungan hidup dan wali murid telah mengatakan telepon genggam memiliki risiko bagi perkembangan dan kesehatan sebagian anak. Sebuah jajak pendapat baru-baru ini memperlihatkan bahwa lebih dari 70 persen pemuda Perancis memiliki satu telepon seluler dan 47 persen siswa yang berusia 12 sampai 17 tahun menggunakannya selama pelajaran. RUU tersebut harus disetujui oleh Majelis Nasional dan Majelis Rendah Parlemen.
Read More......

FlexiNet IGI, Lebih Hemat, Tetap Cepat

Dear all,

Saya baru saja meeting dengan Flexi di Jakarta. Salah satu hasilnya adalah rencana membuat tarif khusus Flexinet untuk member Ikatan Guru Indonesia dan para siswanya. FlexiNet unlimited yang biasanya bertarif Rp 50.000 perbulan akan didiskon menjadi HANYA Rp 35.000 PERBULAN.

Direncanakan akan mulai diluncurkan pada: 16 Mei 2010.

Para pengurus IGI di semua cabang kami harapkan mulai mempersiapkan diri menerima aplikasi FlexiNet untuk member IGI dan siswa. Semoga ikhtiar ini bisa membantu memasyarakatkan internet, dan menginternetkan masyarakat, khususnya untuk komunitas siswa dan guru.

Hal-hal yang lebih teknis, tunggu rilis berikutnya. Ini sekedar bocoran dulu.


Salam ta'dhim,

/MI

Mohammad Ihsan
Sekjen Ikatan Guru Indonesia (IGI)
[E]: ihsan@igi.or.id
[W]: www.igi.or.id
Read More......

Menclok: Cara Mudah Nikmati Jalanan

Sudah hampir 8 tahun sejak saya pertama kali belajar mengemudi mobil.Tiga tahun di antaranya benar-benar mengemudi setiap hari, dengan jarak tempuh 60 km pulang pergi setiap harinya. Maka hampir 4 jam setiap hari saya berada di jalanan, menyelami kemacetan bersama Si Ceri—nama untuk mobil Daihatsu Ceria kami.

Ada begitu banyak pelajaran berharga, sebanyak jenis peristiwa yang acapkali saya alami. Macet, disenggol mobil lain, diserempet sepeda motor, dipotong secara tiba-tiba, dll. Itu yang kurang enaknya.

Loh, kok kurang enak? Katanya NLPers itu bisa mengendalikan pikiran dan perasaannya? Jadi semua hal itu enaaaak.

Hehehe...memangnya NLPers nabi? Lah, nabi juga bisa kesal.

OK, lanjuuut.

Sisi lain, saya pun cukup banyak menemui berbagai fenomena kebijaksanaan di jalan, yang membuat saya berpikir ulang tentang, “Mengapa Tuhan mengatur saya untuk hidup di Jakarta nan padat ini?”

Nah, kali ini saya hanya ingin fokus saja, bercerita tentang cara mudah untuk menikmati berbagai kejadian yang “mengesalkan” di jalanan. Kata tersebut sengaja saya beri tanda kutip sebab “kesal” memang sebuah pilihan. Mau kesal atau tidak, yang penting dapat hikmah.

Ya, saya sebut tips ini sebagai tips “Menclok”. Bagi Anda yang belum familiar dengan istilah ini, ‘menclok’ adalah kata lain dari melompat, alias nangkring dalam bahasa Jerman. Hehehe...

Teknik ini memungkinkan kita untuk belajar empati sekaligus menikmati kondisi jalanan.

Kok bisa?

Yuuuk...

Anda pernah diserobot di jalanan yang membuat Anda benar-benar kaget dan kesal? Baguuus. Nah, sementara Anda memikirkan diri Anda yang sedang kesal, sekarang, apa yang Anda pikirkan?

Aha, tepat sekali! Yak, benar, seperti itu.

Nah, saya kurang tahu persis bagaimana Anda akan melakukannya sebentar lagi. Yang pasti, Anda dan pikiran Anda yang lebih tahu. Yaitu, sambil Anda memperhatikan gambar orang yang menyerobot Anda tersebut, Anda boleh KELUAR dari diri Anda, dan masuk ke dalam diri orang tersebut, SEKARANG!

Yak, baguuus. Anda sudah melakukannya dengan baik. Well, Anda baru saja menyerobot seseorang, bukan?

Anda boleh bertanya pada diri Anda, apa tujuan Anda melakukan hal tersebut?

Apa sebenarnya yang sedang terjadi sehingga Anda begitu terburu-buru?

Apa hal yang jika orang yang baru saja Anda serobot tahu, maka ia pasti mengerti?

Pikirkan sejenak, dan rasakan, sepenuhnya.

Bukankah ada sebuah sensasi ‘aneh’ dalam diri Anda? Sebuah sensasi yang mungkin belum pernah Anda rasakan sebelumnya.

Nah, sementara Anda MEMBAWA sensasi ini, Anda boleh KELUAR dari diri Anda, dan MASUK kembali ke dalam diri orang yang Anda serobot, SEKARANG!

Aha! Selamat datang kembali!

Jadi, Anda tadi diserobot ya? Bagaimana perasaan Anda, sekarang? Bagaimana rasanya sensasi dalam diri Anda ketika memikirkan kejadian tadi itu?

Nah, bukankah Anda menyadari adanya sesuatu yang berbeda?

Baguuuus! Anda sudah melakukannya dengan baik. Lalu, kemana perginya perasaan kesal itu tadi?

Hehehe...

Ah, saya tidak percaya jika ia hilang begitu saja. Anda bisa saja memunculkannya kembali, namun saya yakin Anda tentu lebih memilih sebuah perasaan yang Anda bisa menikmatinya, kan?

Well, saya sendiri dulu sempat berpikir, mengapa begitu banyak sepeda motor di Jakarta yang seenaknya berkendara? Seolah jalanan adalah milik mereka sendiri?

Ya, dulu. Sampai akhirnya saya pun paham, karena saya memang wajib bayar pajak. Dan katanya pajak itu untuk membangun jalan. Maka artinya memang saya yang punya jalan. Hehehe... Tentunya bersama orang-orang lain juga.

Hal yang sama pun baru saja saya alami kembali 2 hari yang lalu, ketika Si Ceri dirawat di bengkel, sehingga kami berangkat kantor bersama Si Bito—nama untuk sepeda motor Honda Beat kami. Betapa jalanan yang padat memang melelahkan, panas, dan harus full konsentrasi agar bisa selamat. Maka tidak mengherankan ketika banyak pengendara sepeda motor sebenarnya sedang kelelahan di jalan, dan ingin segera menikmati indahnya rumah. Belum lagi jika ternyata ada keluarganya yang sedang sakit, atau ia sedang sakit perut dan kebeleeeet sekali, atau ada sebuah urusan yang menyangkut masa depannya, dan jutaan kemungkinan lain.

Demikianlah, beberapa hikmah yang saya temukan dengan teknik “Menclok”. Dan tentu tidak saja untuk urusan di jalanan. Saya seringkali menggunakannya dalam sebuah meeting, ketika ia berjalan belum sesuai harapan saya. Alih-alih kesal yang berdampak pada buntunya ide, maka saya pun “Menclok” sebentar sambil mengikuti jalannya pembicaraan. Alhasil, orang lain yang mulanya juga kesal, gara-gara melihat saya senyum-senyum, akhirnya pun turut tersenyum pula.

Nah, saya ingin tahu, apa saja ya yang Anda temukan setelah mempraktikkan tips ini?


Dari
"Teddi Prasetya Yuliawan"
Read More......

Sedihnya Melihat Mental Guru di Seminar IGI - JHCC

Dear Rekan semua,

Tadi siang secara tidak sengaja kebetulan kami melaunching produk kami
bersama dengan salah satu operator telekomunikasi, saya mengikuti seminar
yang di selenggarakan oleh rekan IGI. Hadir di belakang duduk dengan rapi
tersentak oleh seorang guru yang bertanya yang menurut saya sedikit nyeleneh
dan tidak masuk akal buat saya. Pertanyaan / Pernyataan guru tersebut di
awali dengan kata kata bahwa kami para guru biasanya hadir di tempat seminar
di hormati, di berikan makan dan di berikan transport. Untuk itu panitia
diminta untuk memberikan minimal hal yang sama ketika hadir pada acara
tersebut.

Saya kurang mengerti bunyi undangan dari IGI tetapi menurut saya, guru ini
sedikit keterlaluan. Walaupun saya menghormati beliau sebagai orang tua
tetapi pernyataan tersebut cukup mencoreng makna guru di muka publik.
Beberapa industri pendukung bertanya pada saya apakah seperti ini guru kita
jaman sekarang ?. Mungkin pak Satria, Mas Ichsan dan lainnya bisa
menambahkan.

Salam Hangat,
Bona Simanjuntak

Read More......

Ketamakan Milik Siapa

Ketamakan Milik Siapa
Oleh: Sonny Wibisono *

"Aku rasa hidup tanpa jiwa, orang yang miskin ataupun kaya sama ganasnya
terhadap harta."
-- Kantata Takwa dalam 'Nocturno'

NAMANYA Gayus. Umurnya 30 tahun. Namanya beken saat ini. Dia menjadi salah
satu aktor dari penggelapan pajak yang merugikan negara hingga belasan
miliar rupiah. Gayus, pegawai Kantor Pajak, bermain tak sendiri. Ia bagian
dari sindikat, yang melibatkan para aparat hukum. Padahal dari kabar di
media, kita tahu gaji Gayus tidaklah kecil. Untuk golongan IIIA, ia
mengantongi sedikitnya 12,1 juta per bulan. Itu sudah termasuk gaji pokok,
ditambah tunjangan sana-sini. Tak hanya itu, istrinya juga bukan orang
rumahan.

Namanya Tourre. Umurnya tak jauh dari Gayus, 31 tahun. Jabatan mentereng di
usia muda disandangnya: Vice President Goldman Sachs. Satu perusahaan
perbankan paling beruntung sepanjang sejarah Wall Street. Tourre ditenggarai
otak dibelakang diterbitkannya CDO (collaterlized debt obligation) yang
menggunakan aset-aset kredit berbau credit suprime sebagai aset dasarnya.
Pada 16 April lalu, Goldman Sachs dan Tourre dituding oleh pengawas pasar
modal AS, Securities and Exchange Commission (SEC) telah melakukan penipuan.
Investor, menurut SEC, diperkirakan telah dirugikan sebesar US$ 1 miliar.
Goldman dituduh mengelabui investor dan tidak memberikan informasi yang
benar kepada para investornya.

Gayus dan Tourre. Sama-sama muda dan terkenal. Sama-sama dituduh curang dan
serakah. Bedanya, Gayus terbukti bersalah dan telah ditetapkan sebagai
tersangka. Ia jelas mengkorupsi uang negara. Tourre masih perlu dibuktikan.
Tapi semua tudingan dan kesalahan telah diarahkan ke perusahaan dan dirinya.

Gayus tidak dipanggil DPR, penegak hukumlah yang mengusutnya. Tourre belum,
ia harus menjelaskannya di depan Senat. Ketamakanlah yang membawa Gayus (dan
mungkin Tourre) pada petualangan yang mengantarkannya pada persoalan hukum.
Tidak saja Gayus (dan Tourre) yang merugi, namun rentetan orang dekatnya,
termasuk anak, istri, dan keluarga besarnya ikut tercoreng malu. Bahkan
lembaga yang menaungi mereka terkena getahnya.

Perkara korupsi boleh dibilang semuanya disulut oleh ketamakan. Hal itu yang
mendorong pelakunya untuk menambah kekayaannya apa dan bagaimanapun caranya.
Membeli mobil terbaru dengan menilap uang negara. Padahal dari kantor sudah
tersedia fasilitas serupa, misalnya. Pun demikian dengan tempat tinggal.
Sejatinya dengan menempati rumah yang layak, tak perlu bagus pun, manusia
bisa hidup dengan nyaman. Namun nyatanya, lagi-lagi, ketamakan mendorongnya
pergi jauh hingga pada sebuah ketidaksadaran telah melakukan berbagai
kesalahan.

Tamak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti serakah, rakus. Sudah
banyak cerita tentang kerakusan manusia. Kharun, kisah dari negeri padang
pasir misalnya. Karena rakus dan kikirnya, dia dan seluruh hartanya
tenggelam. Itu sebabnya, temuan harta di lautan atau di mana saja sering
kita sebut sebagai harta karun.

Ada juga legenda lokal. Kita mengenal Pak Bagendit yang kaya raya. Namun
kikirnya gak ketulungan. Dia pelit. Terhadap orang miskin sekalipun.
Ketamakannya menjadi visi hidupnya. Harta menjadi panglima hidupnya. Hingga
akhirnya, seorang miskin yang sakit hati, menancapkan tongkat di rumahnya.
Dari situ muncul air, yang kemudian menggenangi rumah dan kampungnya. Tanah
itulah kemudian dikenal sebagai Situ Bagendit.

Inilah bahaya Pleonexia, tamak yang berlebihan. Tapi benarkah ketamakan
hanya milik orang mampu saja? Don McClanen bahkan menganggap kondisi yang
disebut Pleonexia telah menguasai Amerika. Katanya, "Pleonexia is an
insatiable need for more of what I already have, and it has penetrated our
culture to the point where people are angry at the poor."

Nyatanya memang, ketamakan tak melihat status sosial. Di stasiun kereta
beberapa hari silam, seorang supir angkutan kota tetap memanggil penumpang
untuk naik ke mobilnya. Padahal di dalamnya boleh dikata sudah terisi penuh
oleh penumpang. Kalaupun dipaksa, malah membuat tidak nyaman penumpang
lainnya. Penumpang yang sudah sesak dan kepanasan memintanya untuk segera
berangkat. Namun dengan ketus, sang sopir menjawab, "ah, masih ada satu
lagi."

Terdengar pelan sumpah serapah dari beberapa penumpang. Setengah berteriak,
satu orang berujar bernada memprovokasi, "Kelamaan, kita keluar aja cari
yang lain!" Mendengar ajakan tersebut, tanpa dikomando lagi, sontak para
penumpang yang telanjur sudah lama menunggu berhamburan meninggalkan angkot
itu. Hasilnya, angkot itu kosong melompong. Tinggal si supir yang melongo.

Andai saja dia mau jalan, sudah tentu rezeki menjadi miliknya. Rezeki yang
halal untuk anak dan istrinya di rumah. Sedikit rezeki teramat berarti bagi
kelangsungan keluarganya. Namun apa daya, ternyata ketamakan membuat dia
membuang rezeki di depan mata. Ini ibarat peribahasa lama, 'mengharap hujan
dari langit, air di tempayan dibuang.'

Ketamakan pada akhirnya hanya menjadi panglima yang membimbing pada
ketiadaan. Nafsu besar mengumpulkan harta lebih baik ditinggalkan. Sekecil
apapun, bersyukurlah terhadap rezeki yang diperoleh. Dan cukup pula untuk
berbagi dengan sesama yang kekurangan. Bukan begitu, kawan?

*) Sonny Wibisono, penulis buku 'Message of Monday', PT Elex Media
Komputindo, 2009
Read More......

SISWA SD INPRES TERANCAM TIDAK IKUT UASBN

Puluhan siswa Sekolah Dasar Inpres Mandala Distrik Biak Kota, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua terancam tidak bisa mengikuti ujian akhir sekolah berstandar nasional mulai 4 Mei 2010 karena sekolah itu hingga Senin masih disegel pemilik hak ulayat setempat.

Sekolah tersebut berada di Jalan Dolog, yang kondisinya masih dalam keadaan dipalang pemilik hak ulayat.
Dari Biak dilaporkan, pada Senin pagi, para siswa SD Inpres Mandala yang akan bersiap mengikuti ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) pada Selasa (4/5), terpaksa diliburkan karena tidak bisa masuk ke halaman sekolah akibat pemalangan dilakukan penguasa hak ulayat Yohanes Yerangga.
"Saya harus melakukan pemblokiran kunci sekolah karena pemerintah kabupaten (Pemkab) melalui dinas pendidikan belum menyelesaikan pembayaran ganti rugi tanah adat," kata Yohanes Yerangga.
Aksi pemalangan SD Inpres Mandala itu membuat jajaran Kepolisian Resor (Polres) Biak yang dipimpin Wakapolres Kompol Markus B datang ke lokasi untuk melakukan perundingan dengan pemilik hak ulayat.
Setelah dilakukan dialog, hingga pukul 09.00 WIT pemalangan sekolah SD Inpres Mandala akhirnya dibuka pemilik hak ulayat Yohanes Yerangga untuk diberikan kelonggaran waktu menyangkut tuntutan ganti rugi.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda Olah Raga Biak Drs Hendri Jan Rumkabu mengecam keras pemalangan sekolah SD Inpres Mandala karena menganggu aktivitas belajar siswa kelas VI untuk mengikuti UASBN yang dimulai 4 Mei 2010.
"Tindakan pemalangan sekolah tidak manusiawi serta melanggar hak asasi manusia bagi anak untuk mendapat pendidikan, karena itu saya minta aparat keamanan bertindak tegas menyikapi kasus ini," kata Rumkabu.
Ia mengatakan, adanya tuntutan ganti rugi sebagai kompensasi tanah adat dapat saja dilakukan, tetapi harus ditempuh cara-cara yang beretika, dialogis serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Pihaknya berharap jangan sampai dampak dari pemalangan di SD Inpres Mandala membuat siswa kelas VI yang akan mengikuti UASBN terganggu.
"Saya harapkan sekolah tidak dapat dijadikan alasan pembenaran untuk menuntut hak, tetapi penyampaian tuntutan perlu ditempuh dengan cara dialogis," katanya.
Hingga Senin jam 10.30 WIT kunci gembok pemalangan lokasi sekolah SD Inpres Mandala telah dibuka, tetapi halaman sekolah terlihat sepi dibanding hari biasanya.
Sementara sejumlah dewan guru maupun panitia pelaksana UASBN rayon II Biak Kota tengah bersiap melaksanakan UASBN tingkat SD yang berlangsung serentak pada Selasa (4/5).

Sumber
Biak, 3/5 (ANTARA)
Read More......

POLDA DIDESAK UNGKAP MAFIA KASUS KEPANGKATAN GURU

Pihak Kepolisian Daerah (Polda) Riau didesak segera mengungkap mafia kasus kepangkatan 1.820 orang guru di daerah itu yang diduga melibatkan pegawai Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Riau.
"Kita mendesak Polda bisa cepat menemukan pelaku termasuk seorang pegawai kita yang terindikasi terlibat dalam pemalsuan karya ilmiah dan tanda tangan pejabat berwenang untuk kenaikan pangkat," ujar Kepala LPMP Riau Zainal Arifin di Pekanbaru, Senin.
Sebelumnya, Kantor Regional XII BKN Wilayah Riau, Kepulauan Riau dan Sumatra Barat meminta pemerintah setempat membatalkan surat keputusan kenaikan pangkat dan jabatan 1.820 guru se-Riau karena memalsukan karya ilmiah.

Ribuan guru di Riau itu juga diduga turut serta memalsukan tanda tangan pejabat berwenang dalam Penetapan Angka Kredit (PAK) sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat dari golongan IV/a ke IV/b dan telah melaporkan kasus itu ke Polda Riau.
Zainal mengtakan, dengan alasan apapun tindakan 1.820 orang guru di Riau itu tidak dapat dibenarkan dan telah mencoreng wajah dunia pendidikan di Bumi Lancang Kuning, sebab mereka telah memberikan contoh yang tidak semestinya dilakukan oleh seorang tenaga pendidik.
Sebanyak 1.820 orang guru itu berasal dari Pekanbaru 514 orang, Rokan Hulu 58 orang, Rokan Hilir 18 orang, Indragiri Hulu 178 orang, Indragiri Hilir 160 orang, Kampar 362 orang, Pelalawan 37 orang, Bengkalis 86 orang, Dumai 67 orang, Siak 38 orang dan Kuantan Singingi 302 orang.
Menurutnya, para guru yang tersangkut masalah pidana itu dinilai kurang gigih, kurang terampil, kurang mampu untuk menghasilkan suatu karya ilmiah, sehingga diduga mereka ingin naik pangkat menggunakan "jalur tol" melalui sindikat dalam membuat karya tulis karena jika tidak karirnya bakal mandek.
Dari sekitar 96.000 guru yang terdaftar di LPMP Riau, terdapat sekitar 10.000 guru yang mengalami kemandekan pada golongan IV/a sekitar 9-10 tahun sehingga mereka menghalalkan cara-cara yang tidak semestinya agar naik ke golongan IV/b.
"Kami kira mulai pejabat kepegawaian tingkat sekolah, guru, kepala sekolah dan orang-orang yang dipercaya terkumpul menjadi satu dalam jaringan sehingga ada PAK palsu yang diajukan ke BKN, karenanya kasus ini kami serahkan ke penyidikan polisi," ujarnya.
Hinga kini pihak Polda Riau terus melakukan penyidikan terhadap kasus yang terungkap pada akhir tahun 2009 itu yang melibatkan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) LPMP Riau berisila BS.
"Jangan pernah meragukan komitmen kami. Jika ada anggapan intervensi dalam kasus ini. Bagi kami itu tidak berlaku, walau siapa pun yang meminta dan berikan waktu kepada penyidik untuk mengungkapnya, " kata Kapolda Riau Brigjen Pol Adjie Rustam Ramdja, beberapa waktu lalu.


Sumber
Pekanbaru, 3/5 (ANTARA)
Read More......

Besar Kecil Normal Jatim Akan Beri Hadiah Duit Bagi Guru Prestasi Ujian Nasional

*TEMPO Interaktif*, *Surabaya *- Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan
memberikan *reward*bagi guru maupun sekolah yang berprestasi dalam membantu
proses kelulusan ujian nasional baik tingkat SMP maupun SMA.

"Kita akan berikan *reward*, nilainya berapa nanti kita akan hitung berapa
pantasnya," kata Gubernur Jawa Timur Soekarwo disela-sela upacara peringatan
Hari Pendidikan Nasional di Monumen Tugu Pahlawan Surabaya, Senin (3/5).

Menurut Soekarwo, pemberian *reward *untuk pertama kalinya bagi guru dan
sekolah ini dirasa sangat penting untuk memacu sekolah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Apalagi, ujian nasional kali ini tak hanya murid yang
harus bekerja keras melainkan pihak guru dan sekolah juga harus bekerja
keras dalam menyiapkan muridnya dalam menghadapi ujian nasional.

Untuk sekolah yang memiliki nilai kelulusan rendah, Jatim akan melakukan
evaluasi tidak hanya kepada sekolahan melainkan juga terhadap guru di
sekolah tersebut. "Akan kita lihat, apakah metode ngajarnya sudah benar,
apakah kurikulumnya sudah diberikan dengan benar," tambah dia.

Yang pasti, Soekarwo tidak sependapat jika ujian nasional dihapuskan.
Menurut dia, ujian nasional merupakan satu-satunya metode yang bisa
dilakukan untuk mengetahui standar kualitas seorang murid.

Hanya saja jika ada kekurangan maka harus dilakukan pengecekan terhadap
pelaksana ujian. "Guru sudah kita berikan tunjangan profesi, apakah itu ada
hasilnya tidak, ini yang harus kita evaluasi."

Dalam upacara Hari Pendidikan yang dipimpin oleh Gubernur Soekarwo ini juga
diikuti oleh Wakil Gubernur Saifullah Yusuf, Ketua DPRD Jatim Imam Sunardhi,
Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Suwarno, Kapolda Jatim Irjen Pratiknyo, serta
beberapa pejabat lainnya.

Kepala Dinas Pendidikan Jatim Suwanto mengatakan, untuk tahun 2010 ini,
masih ada 16.337 murid SMA/MA/SMK di Jatim yang tidak lulus. "Tahun ini
jumlah yang tidak lulus memang naik dari tahun 2009 yang hanya 15.089 murid
SMA," kata Suwanto.

Ia berjanji akan segera melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan ujian
nasional sekaligus akan melakukan kajian terhadap beberapa sekolah yang
memiliki nilai kelulusan rendah.
Read More......

Mendiknas: Tes Masuk PTN Akan Dihapus

[JAKARTA] Sebuah gagasan baru dilontarkan Menteri Pendidikan
Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh yang menggantikan posisi Bambang
Sudibyo di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. Gagasan mantan menteri
komunikasi dan informatika yang juga pernah menjadi Rektor Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini adalah penghapusan tes
masuk perguruan tinggi negeri (PTN) yang saat ini dikenal dengan
seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNM-PTN).

"Apakah nilai, seperti ujian nasional (UN), tidak bisa dipakai untuk
tes masuk PTN? Kalau memang bisa dipermudah, kenapa harus dipersulit
dengan ada tes lagi," kata Mendiknas di Jakarta, akhir pekan lalu.
Dikatakan, nilai UN SMA dan sekolah sederajat akan diintegrasikan
dengan jenjang sebelumnya. Sebab, nilai UN mulai SD hingga SMP sudah
terintegrasi untuk tes masuk ke jenjang berikutnya. "Agar tidak ada
lagi yang sia-sia dan buang-buang biaya hanya untuk masuk PTN,"
katanya.
Untuk memudahkan pelaksanaannya di lapangan, kata Nuh, pihaknya akan
segera mendiskusikan gagasan itu lebih lanjut dengan para rektor PTN.
"Semua ini terkait dengan mekanisme penerimaan di masing-masing
perguruan tinggi negeri," katanya.
Apabila gagasan itu kelak bisa direalisasikan, dia berharap
kesenjangan kualitas pendidikan antara satu daerah dengan daerah lain,
bisa dikurangi. Untuk mendukung gagasan penghapusan tes PTN, Mendiknas
juga menargetkan perbaikan infrastruktur sekolah pada 100 hari pertama
kiprahnya di KIB II. "Kalau infrastruktur sekolahnya baik, proses
belajar mengajar juga akan berjalan dengan baik," tuturnya.
Dia menargetkan penyelesaian perbaikan bangunan sekolah di seluruh
Indonesia rampung pada 2010. "Pada 100 hari pertama, saya akan mulai
memperbaiki sekolah rusak atau bocor," katanya.
Selain membenahi infrastruktur sekolah, Mendiknas juga menjanjikan
akses seluas-luasnya kepada warga bangsa untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu. "Tidak boleh ada cerita ada anak bangsa yang tidak bisa
mengenyam pendidikan. Pendidikan berkualitas memang mahal. Yang harus
dipikirkan sekarang adalah masyarakat ikut menanggung biaya pendidikan
yang sekecil-kecilnya, " katanya.
Pendidikan Berkeadilan
Sebelumnya, saat memberikan pemaparan awal seusai serah terima
jabatan, Mohammad Nuh mengatakan Indonesia adalah negara yang unik
dengan keberagamannya, mulai dari status sosial, suku, agama, dan
lainnya. Keberagaman itu juga terlihat dalam pengelolaan bidang
pendidikan, seperti adanya sekolah negeri dan sekolah swasta.
"Keberagaman itu, jika tidak di-manage dengan baik akan
menimbulkan gap yang akhirnya berujung pada clash," katanya.
Karena itu, lanjutnya, pemerintah harus menciptakan pendidikan yang
berkeadilan bagi semua. "Tidak diskriminatif, " tegasnya.
Sejalan dengan itu, Mohammad Nuh menetapkan tiga prioritas
pendidikan nasional selama lima tahun mendatang. Pertama,
memperluas akses masyarakat ke pendidikan bermutu. "Harus ada sekolah.
Tentunya sekolah yang layak. Jadi tidak ada cerita, ada warga bangsa
yang tidak bisa bersekolah. Sekolah juga harus kokoh dan tidak gampang
rusak," katanya.
Kedua, pendidikan harus terjangkau. "Percuma saja jika
sekolah sudah ada, tetapi warga bangsa tidak bisa bersekolah karena
biaya mahal. Karena itu, biaya harus terjangkau," katanya.
Ketiga, sekolah harus berkualitas. "Sekolah ada, tapi
kualitasnya buruk, sama saja tetap jelek. Karena itu, kualitas juga
menjadi penting. Untuk meningkatkan kualitas sekolah, berarti harus ada
penjaminan mutu. Harus ada jaminan sekolah itu bermutu, sehingga mampu
menciptakan lapangan pekerjaan atau sesuai dengan dunia pekerjaan,"
katanya. [W-12]
Read More......

Menangislah Ki Hadjar!

Terbukanya kotak pandora bangsa ini, ambil korupsi dan perilaku koruptif,
menyisakan pertanyaan: masihkah bangsa ini punya harga diri dan martabat?

Nation and character building, sebuah jargon magis tidak lagi punya muruah,
tidak punya roh, tidak bermakna. Dunia nyata yang menjadi habitat praksis
pendidikan tidak connect dengan apa yang diselenggarakan sekolah atau
kampus. Lingkungan pendidikan ibarat enklave, terkucil dari hiruk-pikuknya
dunia.

Kita setuju hasil ujian nasional sekolah menengah atas dengan kenyataan
melorotnya persentase kelulusan dievaluasi. Perlu ditemukan akar masalahnya.
Tidak hanya soal perlu tidaknya ujian nasional, tetapi terutama penyegaran
tujuan menyelenggarakan pendidikan lewat sekolah. Berarti pula berani
menempatkan lembaga pendidikan sebagai bagian utama dari upaya pembangunan
negara dan karakter bangsa.

Praksis pendidikan dan hasil didik tidak seluruhnya tergantung dari sekolah.
Di sana ada kesempatan strategis menghadapi rusaknya habitat. Ketika di
sekolah tidak lagi dibiasakan kejujuran, tertanamlah benih koruptif—dan
terjadilah seperti yang hari ini riuh di media.

Ki Hadjar Dewantara, salah satu bapak bangsa, Menteri Pendidikan pertama
yang hari lahirnya ditabalkan sebagai Hari Pendidikan, 2 Mei, niscaya
menangis. Tidak oleh semakin susutnya obor lembaga pendidikan Taman Siswa,
tetapi terutama oleh pupusnya kebanggaan sebagai bangsa bermartabat.
Pemerintah dan kita mengabaikan kesempatan membangun karakter dan martabat
bangsa itu.

Tawar-menawar soal anggaran pendidikan sekadar contoh kekerdilan kita
menaruh perhatian pada upaya pembudayaan bangsa. Kiat mengakali anggaran 20
persen bukti bahwa sektor pendidikan tidak masuk dalam sektor infrastruktur.

Culture matters, kata magis itu menunjuk pada muruah mutu suatu bangsa,
tidak saja ditegaskan oleh banyak pakar, tetapi juga bukti nyata yang telah
diraih Korea Selatan atau tetangga sebelah, Malaysia, misalnya. Tahun 1990
Ghana dan Korea Selatan sama persis dalam segala-galanya, 10 tahun kemudian
Korea Selatan melejit 30 kali lipat.

Apa yang diraih Korea Selatan, juga diraih Malaysia, Jepang, dan belakangan
disusul Vietnam, hanya membuat kita gigit jari. Keberhasilan mereka
sebaiknya kita jadikan batu penjuru dan referensi. Namun, yang muncul adalah
rasa iri dan sibuk berdalih, simbol manusia tidak bermartabat. Kita pun
terbenam dalam kegemaran berakrobat politik dan perilaku koruptif yang
ditutupi dengan kepura-puraan.

Evaluasi penyelenggaraan ujian nasional perlu kita perluas sebagai bagian
dari upaya mengembalikan muruah pendidikan. Kita hapus bersama air mata Ki
Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan, tidak dengan semangat saling membela
diri, tetapi semangat kolegial bertanggung jawab atas praksis pendidikan
sebagai bagian dari upaya nation and character building.


Sumber
http://cetak.kompas.com
Read More......

Kementerian Pendidikan Luncurkan Televisi Pendidikan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Pendidikan Nasional bekerja sama
dengan PT Global Mediacom meluncurkan 'TV Citra Indonesia Terampil',
televisi satelit yang menyiarkan tayangan edukatif. "Ini akan disiarkan di
1000 titik terutama daerah terpencil dan terluar," kata Menteri Pendidikan
Nasional, Mohammad Nuh, dalam konferensi pers Hari Pendidikan Nasional di
kantornya, Minggu (2/5).

Menteri Nuh menjelaskan kalau televisi ini sengaja ditujukan ke daerah
terpencil dan terluar yang sulit dijangkau menggunakan sarana transportasi.
Teknologi satelit, diharapkannya, menjadi satu alternatif proses belajar
siswa.

Nuh menambahkan, program televisi tersebut diluncurkan sebagai kontribusi
Global Mediacom, konglomerasi perusahaan media, terhadap dunia pendidikan.
Kementerian, kata Nuh, tidak perlu mengeluarkan biaya apapun untuk saluran
televisi ini. "Semua gratis, baik biaya peralatan, program, maupun
transmisi," kata dia.

TV Citra Indonesia mengudara mulai hari ini di chanel 845 Indovision melalui
Satelit Indostar. "Chanel 845 melambangkan Agustus 1945," ujar Rudy
Tanoesudibyo, CEO MNC saat penandatangan nota kesepahaman dengan
Kementerian.

Program yang ditayangkan, kata Rudy, akan lebih berorientasi pada lifeskill
dan juga pelajaran dasar untuk SD dan SMP.

RATNANING ASIH
Read More......

MESIR SEDIAKAN BEASISWA BAGI PELAJAR PELOSOK INDONESIA

Duta Besar Mesir untuk Indonesia Ahmed El-Kewaisny mengatakan Mesir akan menyediakan beasiswa bagi pelajar dari pelosok Indonesia untuk belajar di Universitas Al Azhar.
"Saya ingin mewujudkan mimpi saya agar para pelajar di pelosok Indonesia juga dapat kesempatan kuliah di Universitas Al Azhar," kata Dubes El-Kuwaisny dalam sambutannya pada acara deklarasi pembentukan Ikatan Alumni Al Azhar Internasional Cabang Indonesia di Jakarta, Ahad.

Dubes El-Kuwaisny menjelaskan bahwa wilayah Indonesia ini sangat luas dan kalangan pelajar yang jauh dipelosok sana juga perlu diberi kesempatan untuk menimba ilmu di Mesir. Menurut dia, Al Azhar memberi perhatian khusus untuk Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia.

Sebelumnya, Dubes El Kuwaisny kepada ANTARA menjelaskan bahwa Pemerintah Mesir tetap menyediakan beasiswa kepada 120 mahasiswa Indonesia setiap tahun untuk belajar di Alzahar. Ia menjelaskan, penerima beasiswa tersebut terdiri atas 90 mahasiswa program S-1 di Universitas Al-Azhar, lima mahasiswa program S-2 Al-Azhar, lima pelajar untuk program tingkat menengah atas (Ma'had Al-Azhar) dan 10 mahasiswa lain pada program pendidikan umum, seperti, kedokteran, teknik, dan pertanian, di berbagai universitas di negeri Piramida itu.

3 syarat

Menurut dia, syarat penerimaan mahasiswa baru di Al-Azhar adalah menghafal tiga juz Alquran, mengetahui Bahasa Arab lisan dan tulisan, salinan ijazah yang disamakan di Al-Azhar dan disahkan Kementerian Luar Negeri Indonesia dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, surat kelakuan baik dari kepolisian serta lulus tes di Kedutaan Besar Mesir di Jakarta. "Penerimaan dan pemberangkatan mahasiswa baru tersebut merupakan kerja sama Kedutaan Besar Mesir dengan Kementerian Agama Indonesia," kata Al-Kewaisny.

Disebutkannya, mahasiswa penerima beasiswa itu berasal dari berbagai pesantren di Indonesia, seperti Pesantren Al-Khairaat di Palu (Sulawesi Tengah), Darunnajah Jakarta, dan Pesantren Modern Gontor di Jawa Timur.
Sekitar 5.000 mahasiswa Indonesia saat ini belajar di Universitas Al Azhar tersebut.

Ikatan Alumni Al Azhar

Acara silaturrahim dan Deklarasi Ikatan Alumni Al Azhar Internasional Cabang Indonesia yang dilangsungkan di Hotel Sultan, Jakarta, itu dihadiri sekitar 1000 alumni Al Azhar dari berbagai provinsi termasuk Gubernur Nusa Tenggara Barat, Tuan Guru H. Muhammad Zainul Majdi. Menag Suryadharma dalam sambutannya menyatakan menyambut baik pembentukan Ikatan Alumni Al Azhar tersebut dan mengharapkan dapat lebih berkiprah dalam membangun bangsa.

"Para alumni Al Azhar telah memperlihatkan kiprah mereka dalam pembangunan bangsa. Dan dengan terbentuknya Ikatan Alumni Al Azhar ini diharapkan akan lebih meningkatkan kiprah mereka di masyarakat," katanya. Sementara itu,Ketua Ikatan Alumni Al Azhar, Quraish Shihab mengingatkan alumni untuk tetap ingat pada amanah Universitan Al Azhar dalam mengemban misi moderasi dan toleransi.

Ketua Panitia Deklarasi Alumni Al Azhar, Mukhlis Khanafi menjelaskan bahwa visi utama pembentukan Ikatan Alumni ini adalah untuk mewujudkan kehidupan keagamaan yang damai dan harmonis dengan mengembangkan ajaran Islam yang moderat dan toleran.
Ada pun misi Ikatan Alumni Al Azhar antara lain untuk mengembangkan hubungan kerja sama antara Indonesia dan Al Azhar, meingkatkan jalinan komunikasi antaralumni Al Azhar di Indonesia dan luar negeri.

Acara tersebut diisi dengan dialog interaktif dengan narasumber, Cendekiawan Azyumardi Azra, mantan Menag Tolhah Hasan, mantan Menag Malik Fadjar, dan Nabila Lubis.


Sumber
Jakarta, 2/5 (ANTARA)
Read More......

"QUO VADIS" PENDIDIKAN KARAKTER

Siapa yang tidak mengelus dada melihat pelajar yang tidak punya sopan santun, suka tawuran, bagus nilainya untuk "pelajaran" pornografi, senang narkotika, dan hobi begadang dan kebut-kebutan. Itu jenis kenakalan pelajar yang paling umum, sedangkan kenakalan lainnya antara lain senang berbohong, membolos sekolah, minum minuman keras, mencuri, aborsi, berjudi, dan banyak lagi.

Namun, pelajar yang patut dibanggakan juga ada seperti mereka yang menjuarai olimpiade sains baik di tingkat nasional maupun internasional.
Bahkan, pelajar Indonesia menjadi juara umum dalam "International Conference of Young Scientists" (ICYS) atau Konferensi Internasional Ilmuwan Muda se-Dunia yang diikuti ratusan pelajar SMA dari 19 negara di Bali pada 12-17 April 2010.
Agaknya, fakta yang ada menunjukkan pendidikan karakter bagi pelajar Indonesia sudah sangat penting untuk dicanangkan kembali dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), 2 Mei 2010.

Apalagi, kritik terhadap pendidikan formal yang ada di Indonesia sudah banyak dilontarkan. Misalnya, pendidikan di Indonesia disebut-sebut hanya melahirkan ahli matematika, fisika, dan kimia, namun lulusannya tidak memiliki karakter.
"Faktanya, pengangguran terdidik di Indonesia saat ini mencapai 1,2 juta, sedangkan pengangguran tak terdidik hanya 700 orang," kata konsultan kewirausahaan, Imam Supriyono di Surabaya.

Dalam seminar pendidikan bertajuk "Pendidikan dan Dunia Kerja" yang digelar HMI Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, pemimpin "SNF Consulting" itu menilai fakta yang ada membuktikan pendidikan di Indonesia sangat formalistik.
"Padahal, bangsa Indonesia dengan jumlah penduduk yang mencapai 225 juta dengan penduduk miskin cukup besar itu membutuhkan pendidikan karakter," ucapnya.
Penulis sejumlah buku pendidikan dan kewirausahaan itu mengatakan karakter yang diharapkan lahir dari dunia pendidikan adalah karakter yang jujur, tidak minta-minta, dan mampu menemukan jati diri. "Kalau pendidikan hanya mengukur seseorang dari aspek nilai matematika, fisika, dan kimia maka pendidikan di Indonesia tidak akan melahirkan karakter," ujarnya.

Pendidikan karakter Masalahnya, "quo vadis" (kemanakah perginya) pendidikan karakter dalam kurikulum pendidikan di Tanah Air tercinta ?!
"Pendidikan karakter itu jangan seperti dulu lagi, seperti pendidikan Pancasila yang dimasukkan dalam mata pelajaran," kata artis yang juga praktisi pendidikan Dewi Hughes kepada ANTARA di Surabaya. Di sela-sela orientasi peningkatan kapasitas kelembagaan dan penyelenggaraan program pendidikan masyarakat di Surabaya, presenter berbagai mata acara televisi itu menilai pendidikan karakter tidak boleh ada secara khusus.

"Karakter itu nggak boleh khusus, tapi dimasukkan dalam kurikulum pada semua mata pelajaran, misalnya pendidikan budaya, agama, ekonomi, matematika, kewirausahaan, dan sebagainya," tutur pemilik PKBM/TBM "E-Hughes" itu. Misalnya, pelajaran ekonomi atau kewirausahaan harus diberi "selipan" materi yang mengajarkan tentang kejujuran, kepercayaan, keberanian, dan sebagainya. "Kalau pada pendidikan formal yang bersifat khusus seperti Pancasila atau budi pekerti, saya kira pendidikan karakter akan justru sulit masuk, karena hanya menjadi pengetahuan atau hafalan," ucapnya.

Oleh karena itu, katanya, kurikulum untuk semua mata pelajaran harus diberi muatan tentang pendidikan karakter di dalamnya. Pandangan itu dibenarkan pengamat pendidikan dari ITS Surabaya, Daniel M. Rosyid Ph.D. "Dalam dua dekade terakhir, pendidikan di Indonesia mengalami dis-orientasi, karena pendidikan di Indonesia justru mengarah kepada dunia industri seperti yang pernah terjadi di Amerika dan Inggris pada 30 tahun lalu," katanya.

Padahal, kata mantan Ketua Dewan Pendidikan Jatim itu, dis-orientasi dalam dunia pendidikan di Indonesia itu justru menjauhkan pendidikan dari dunia industri.
"Saya kira, dis-orientasi harus diatasi secara 'de-schooling' atau mengarahkan pendidikan sebagai ihtiar dalam pelayanan atas kebutuhan masyarakat, terutama masyarakat pelajar dan orang tua mereka," katanya.

Agaknya, pendidikan di Indonesia sudah saatnya untuk memihak kepada kompetensi, baik kompetensi keahlian maupun kompetensi karakter, bukan hanya kompetensi matematika, kimia, fisika, dan sejenisnya, tapi justru dua kompetensi yakni ketrampilan dan karakter.

Oleh Edy M. Ya'kub
Read More......

MERAUP INVESTASI PENDIDIKAN ANAK DI SEKOLAH PLUS

Menjelang tahun ajaran baru lembaga-lembaga pendidikan yang mengklaim sebagai sekolah nasional plus yang mengedepan pengantar Bahasa Inggris mulai gencar berpromosi. Mereka berpromosi melalui berbagai cara, di antaranya "open house" sekolah, kerja sama antar sekolah melalui penyebaran brosur hingga menawarkan beasiswa bagi siswa berprestasi.

Fenomena tumbuhnya sekolah nasional plus tidak lepas dari adanya faktor "supply and demand", dari kebanyakan orang tua murid di kota-kota besar yang merasa lebih percaya diri bila menyekolahkan anaknya di sekolah dengan label plus dan label internasional.

Sekolah nasional plus atau sekolah internasional yang kebanyakan dirintis oleh yayasan swasta memang cukup jeli melihat peluang kegamangan orang tua murid menghadapi era globalisasi yang menuntut bekal kompetensi yang lebih tinggi baik dalam penguasaaan bahasa asing maupun kemampuan akademik.

Namun demikian, pengamat pendidikan yang juga Guru Besar dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), prof Dr Arief Rachman mengingatkan agar orang tua perlu waspada dalam membeli jasa pendidikan dengan label plus atau internasional. "Saya sangat setuju apablia mutu pendidikan di Tanah Air semakin baik dengan hadirnya sekolah nasional plus atau sekolah dengan embel-embel internasional. Namun demikian orang tua harus teliti dengan mencari tahu apakah memang betul-betul plus-nya tersebut dilaksanakan atau hanya sekadar menonjolkan penggunaan bahasa Iggris tetapi kurikulumnya belum plus," katanya.

Ia mengatakan kontribusi sekolah plus bila dilaksanakan sesuai dengan misi mereka akan memberikan hasil akhir yang bemanfaat pada anak-anak Indonesia karena umumnya materi yang diberikan menyeimbangkan antara pemanfaatan otak kiri dan otak kanan yang memberikan ruang pada kreativitas bakat dan ketrampilan anak. "Sekolah plus sangat baik dan positif agar anak-anak kita memiliki daya saing internasional sehingga mampu mencerna persoalan dalam bahasa Inggris, namun demikian jangan sampai menelantarkan pemakaian bahasa Indonesia yang menjadi salah satu identitas kepribadian bangsa," tambahnya.

Tentang fenomena sekolah mahal yang kini banyak bermunculan di kota-kota besar, Gina Ardiany Karsana pemilik sekolah nasional plus High Scope di sejumlah lokasi di Jakarta mengakui pendidikan kini memang telah memasuki ranah bisnis seiring dengan tuntutan sebagian masyarakat yang menjadikan pendidikan anak-anak sebagai investasi masa depan cerah. "Ini soal pilihan sebab sekolah reguler kini sudah menyesuaikan dengan tuntutan zaman, apalagi kini semakin banyak yayasan yang mendirikan sekolah nasional plus. Kondisi tersebut memberikan peluang untuk berkompetisi secara sehat untuk melahirkan lulusan terbaik," katanya.

Perempuan yang bercita-cita membagi ilmu tentang model pembelajaran active learning dan problem solving ke sekolah-sekolah di pelosok Tanah Air itu mengatakan, titik berat pembelajaran di sekolah national plus tidak berhenti pada penguasaan bahasa Inggris semata tetapi bagaimana memadukan antara penguasaan bahasa dengan kurikulum active learning yang diterapkan. "Kami tetap menggunakan kurikulum nasional namun dengan berbasis kreativitas pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan. Bahasa yang digunakan untuk mengantar pelajaran yakni sebesar 60 persen menggunakan bahasa Inggris dan 40 persen lainnya dalam bahasa Indonesia," katanya.

Sebagai praktisi pendidikan, Gina mengaku prihatin melihat kecenderungan pendidikan di tanah Air kebanyakan hanya menjejali murid dengan teori-teori ketimbang praktek.
Tidak heran, bila banyak orang tua yang peduli pada masa depan anaknya kemudian berupaya mendapatkan sekolah yang mengedepankan praktek ketimbang teori. Ia mencontohkan untuk pelajaran ilmu pengetahuan alam, tidak melulu dilakukan di dalam kelas. Satu kelas yang terdiri dari 24 siswa dan dua orang guru akan mengikuti tahap-tahapan sebelum memulai praktek.

Siswa akan diberi kesempatan menggali tema dari buku-buku yang ada di perpustakaan. Selanjutnya, ketika sudah diperoleh tema tentang air kemudian dibentuk kelompok yang akan menggali ide dengan memanfaatkan fasilitas laboratorium yang disediakan sekolah.
Selanjutnya ide tentang air tersebut diekspresikan murid-murid dalam bentuk drama musikal.

"Pada intinya misi yang ingin disampaikan untuk belajar tentang sesuatu bisa dilakukan dengan banyak cara yang tentu saja dilakukan dengan cara menyenangkan sehingga mampu diserap dengan baik oleh siswa," katanya. Saat ini kebijakan dari Kementerian Pendidikan Nasional agar masing-masing sekolah membuat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sendiri justru memberikan keleluasaan sekolah untuk mengembangkan ide-ide yang tidak hanya bertumpu pada teori tetapi lebih banyak implementasi.

"Seperti pelajaran agama. kami menyediakan lima guru agama sesuai dengan agama yang dianut oleh masing-masing siswa. Kami tidak hanya memberikan teori bagaimana menghargai perbedaan tetapi melakukan praktek langsung, yakni anak yang berbeda agama diminta untuk membuka wawasan tentang apa yang diajarkan agama lainnya," katanya. Tujuannya agar tidak ada rasa saling curiga dan justru dengan keterbukaan yang diberikan sejak kecil, anak-anak justru bisa menghargai perbedaan, tambahnya.

Belajar seumur hidup Kebanyakan sekolah nasional plus yang umumnya berafiliasi program dengan sekolah atau lembaga pendidikan di luar negeri membawa misi bahwa belajar adalah untuk seumur hidup. "Misi memberikan bekal ilmu untuk seumur hidup kepada anak sejak dini tidak bisa disejajarkan dengan biaya yang harus dibayarkan orang tua bagi anak-anak yang bersekolah di nasional plus," kata Gina.

Murah atau mahal itu relatif tetapi biaya masuk senilai Rp30 juta dengan uang sekolah sebesar Rp2,7 juta sebulan menjadi murah karena bekal ilmu yang diperoleh anak tidak hanya semata teori tanpa praktek yang dipahami anak," katanya.
Bagi Prof Arief, siapapun yang bergerak dalam bidang pendidikan harus memiliki konsep tersebut, yakni sekolah harus berupaya untuk mensukseskan tercapainya tujuan pendidikan nasional, yaitu anak yang berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, cerdas bertanggungjawab dan demokratis namun tetap berdaya saing. Untuk mendapatkan kemampuan berdaya saing, maka sejumlah sekolah memposisikan diri sebagai sekolah dengan kurikulum plus yang mengedepankan "long live learning and problem solving", yang menjadi misi Unesco.

"Long live learning sebenarnya ingin mengingatkan, bahwa belajar suatu proses yang harus dilakukan sepanjang hayat dari mulai anak usia dini sampai kita masuk liang lahat. Untuk itu, semua mata pelajaran di sekolah yang diberikan harus mempunyai kekuatan untuk menghadapi masa depan," kata Arief yang juga menjabat sebagai Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco.

Tidak cukup sekadar lulus dari suatu ujian, atau berhenti dengan meraih gelar tetapi ilmu yang didapat bisa digunakan seumur hidup dan ada kesinambungan satu sama lain dari satu jenjang pendidikan ke jenjang pendidikan lainnya. Pembelajaran, menurut Prof Arief tidak hanya melalui jalur formal, tetapi juga nonformal seperti kursus-kursus, dan juga informal yang diperoleh dari rumah, gereja, masjid, dan sebagainya.

Pembelajaran seumur hidup harus dimaknai, bahwa proses pendidikan itu harus dipersiapkan agar manusia memerhatikan pembelajaran pada anak usia dini sebab setiap tahapan adalah pondasi untuk masuk ke tahapan lebih tinggi.

Sekolah juga wajib memberikan pembelajaran yang disebut kurikulum berbasis penyelesaian masalah (problem solving approach), yakni penyampaian mata pelajaran diberikan dengan contoh fenomena masalah yang ada dan bagaimana cara menyelesaikan sehingga ketika masuk ke masyarakat luas, anak sudah terbiasa menyelesaikan dengan baik.

Prof Arief menilai pendidikan nasional saat ini belum mampu mencapai rambu-rambu yang diinginkan dalam konsep pendidikan seumur hidup dan pemecahan masalah.
"Pendidikan di negeri kita masih menelantarkan rambu-rambu untuk mencapai kemampuan belajar seumur hidup, sebab mengembangkan keunggulan otak daripada watak," katanya.


Oleh Zita Meirina
Read More......