MENDIKNAS: PENGHAPUSAN PMPTK PERCEPAT SERTIFIKASI GURU

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh, menyatakan, penghapusan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), dengan sendirinya akan mempercepat sertifikasi dan peningkatan kualifikasi guru.

Mendiknas menjelaskan, sertifikasi guru sebagai peningkatan kualifikasi guru semestinya selesai pada 2014. Hingga 2010 ini targetnya dari 2,6 juta guru baru 1,3 juta yang sudah tersertifikasi, akan tetapi yang baru selesai baru 800.000 guru.
"Akibatnya, setiap tahun kita mempunyai utang. Jika kita biarkan dengan struktur yang lama otomatis akan tambah utang lagi dan target 2014 jika hanya dengan satu Dirjen (PMPTK) tidak akan tercapai," katanya di sela-sela kunjungan pada kegiatan Lomba Kompetisi Siswa SMK XVIII di Arena PRJ Kemayoran, Jakarta, Minggu.

Mendiknas menjelaskan, dengan dileburnya PMPTK dan dengan menambahnya direktorat, maka beban kepengurusan guru akan tersebar. "Dirinya mengibaratkan, penambahan direktorat ini ibaratnya jalan tol, di mana akan banyak pintu yang akan dibuka sebagai tempat pelayanan," katanya. Logikanya, ujarnya otomatis jika dengan banyak pintu maka pelayanan seperti sertifikasi akan dipercepat. Kemendiknas hanya mengubah kepengurusan dan sistem pelayanan, namun jenis layanannya yang terfokus pada peningkatan kesejahteraan guru, tetap tidak akan diubah.

Mendiknas menjelaskan, sejumlah anggaran dana peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru di Dirjen PMPTK juga tidak akan menghilang seiring dengan penghapusan dirjen tersebut.
"Selama masih ada program tersebut, maka anggaran akan melekat di organisasi yang mengurus program itu. Di rencana strategis Kemendiknas juga jelas berapa anggaran yang diperlukan tahun ini dan tahun depan. Dalam renstra juga terpampang jelas berapa guru yang harus tersertifikasi," katanya.

Dikatakannya, banyak pihak yang mengusulkan dan memberi pendapat ke Kemendiknas yang sudah diterima dan ditampung dengan baik, seperti usulan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang meminta dibentuknya Badan Guru karena penghapusan dirjen ini.
"Usulan tersebut diterima dengan senang hati. Namun mengenai realisasinya harus ada kajian terlebih dulu. Kajian yang dimaksud ialah kajian kompleksitas dan dinamikanya sehingga terlihat apakah visible untuk dibentuk atau tidak," katanya.

Ketika dimintai pendapatnya mengenai ancaman para guru yang akan mogok mengajar dan berdemo di Istana Negara, Mohammad Nuh mengatakan sebaiknya para guru mempelajari secara komprehensif reformasi birokrasi yang dicanangkan Kemendiknas tersebut.
Ia mengatakan penghapusan PMPTK adalah untuk mempercepat dan memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dalam hal kelembagaan, sertifikasi dan akreditasi guru.
"Apakah mogok mengajar itu sesuatu yang mulia dan dapat menyelesaikan persoalan. Jangan terlalu impulsif. Coba pelajari dulu bagaimana duduk perkaranya," ujarnya.



Sumber
Jakarta, 16/5 (ANTARA)

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

MENDIKNAS : LKS-SMK PERLU TOLOK UKUR PENINGKATAN

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh meminta pelaksanaan Lomba Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan yang menjadi ajang kompetisi tahunan tidak terjebak pada kegiatan rutinitas sehingga perlu memiliki tolok ukur peningkatan.

"Saya mengharapkan ada ciri khas setiap tahun yang menunjukkan ajang ini selalu meningkat dari tahun ke tahun, terutama dari sisi penyelenggaraan lomba sehingga ada tolok ukur keberhasilan," kata Mendiknas saat meninjau pelaksanaan Pameran dan LKS-SMK XVIII di Arena Pekan Raya Jakarta, Minggu. Lebih lanjut dikatakannya, kompetisi merupakan ajang pembuktian dari sebuah usaha sehingga sikap tersebut perlu ditanamkan kepada siswa peserta LKS yang datang dari hampir seluruh provinsi di Tanah Air melalui semangat untuk membuktikan sebagai yang terbaik.

Ajang LKS bisa menjadi sarana bagi siswa dan sekolah untuk menunjukkan kemampuan mulai dari kompetisi yang sifatnya "soft skills" hingga yang "hard skills", dari kombinasi akal dan seni seperti pada lomba animasi, katanya. "Bagi kami ajang seperti ini membanggakan. Karena itu, LKS jangan berhenti sampai pada ajang kompetisi semata tetapi harus da ukuran peningkatannya setiap tahun," tambahnya. Selain itu, lomba ini menjadi sarana untuk mempersiapkan diri mengikuti ajang sejenis di tingkat dunia untuk menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia tidak kalah dalam bidang vokasi, katanya.

Mendiknas lebih lanjut mengatakan, ada hal yang tidak kalah penting yakni dari pameran hasil karya siswa, bahwa SMK bisa menggandeng dunia industri sekaligus mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Pada kesempatan itu, Mendiknas Mohammad Nuh mengunjungi lokasi lomba aplikasi elektronik, jaringan Informasi dan Teknologi, lomba seni keramik, dan animasi. Saat berkunjung ke lokasi lomba animasi, Mohammad Nuh meminta para peserta lomba untuk mengaitkan kreativitas yang diciptakan dalam membuat karya animasi dengan karakter bangsa.

LKS-SMK Tingkat Nasional ke-18 berlangsung pada 13-16 Mei 2010 di Pekan Raya Jakarta Kemayoran, Jakarta Pusat. Bersamaan dengan kegiatan LKS diselenggarakan Pameran Karya Siswa yang melibatkan sedikitnya 30 mitra industri bidang otomotif, informasi dan teknologi, elektronik, mesin, kecantikan dan sebagainya Sebanyak 1.700 peserta LKS SMK dari 33 provinsi hadir di arena LKS itu, ditambah sebanyak 1.500 guru pendamping.

LKS-SMK akan melombakan lebih dari 50 bidang kompetensi yang diharapkan dapat mewakili bidang-bidang kompetensi yang diajarkan di SMK, antara lain otomotif, mesin, pariwisata, animasi, desain grafis, pertanian dan kelautan.



Sumber
Jakarta, 16/5 (ANTARA)

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

PENGANGGURAN TERBANYAK KALTIM DARI LULUSAN SMK

Jumlah pengangguran tertinggi di Kalimantan Timur (Kaltim) berasal dari lulusan SMK, yakni mencapai 17,37 persen atau sebanyak 28.564 orang dari total jumlah pengangguran yang mencapai 164.447 orang, demikian data Badan Statistik (BPS) Kaltim.

"Jumlah pengangguran terbanyak kedua hingga triwulan pertama 2010 adalah dari lulusan SMA, yakni sebanyak 13,78 persen, atau mencapai 22.660 orang," kata Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Kaltim, Setio Nugroho di Samarinda, Senin.
Pengangguran terbanyak selanjutnya adalah dari lulusan sarjana sebanyak 11,93 persen, diploma I/II/III sebanyak 11,62 persen, lulusan SMP sebanyak 9,22 persen, dan pengangguran dari lulusan SD serta yang tidak lulus SD justru yang paling sedikit, yakni 6,09 persen.

Tingginya angka pengangguran dari SMK tersebut diperkirakan karena keahlian mereka saat di sekolah tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Selain itu, para lulusan SMK ke atas tidak membuka lapangan kerja sendiri.

Berbeda dengan lulusan SD dan SMP yang sudah menyadari tidak bakal diterima di perusahaan atau pasar kerja lainnya, sehingga mereka membuka lapangan kerja sendiri, baik berjualan, buka warung, atau berbagai kegiatan UMKM lain.

Dilanjutkan, justru penduduk yang bekerja dari lulusan Sekolah Dasar (SD) atau yang tidak lulus SD menempati urutan teratas, yakni mencapai 519.642 orang atau terdapat 37,8 persen dari total penduduk telah bekerja yang sebanyak 1.374.563 orang.
Ukuran untuk menentukan orang bekerja yakni, seseorang dengan usia 15 tahun ke atas, kemudian melakukan aktivitas menghasilkan uang dalam satu minggu minimal bekerja satu jam, maka orang tersebut dikategorikan telah bekerja.

Penduduk dengan usi kerja, atau penduduk berusia 15 tahun ke atas di Kaltim saat ini berjumlah 2.307.357 jiwa. Dari jumlah itu, penduduk yang merupakan angkatan kerja sebanyak 1.535.040 jiwa, sedangkan sisanya merupakan penduduk bukan angkatan kerja, karena masih sekolah dan kuliah, atau status ibu rumah tangga.

Jika dilihat dari jumlah jam kerja, lanjut Setio, Kaltim boleh berbangga karena pekerja yang ada memiliki kinerja sangat bagus, yakni sebanyak satu juta lebih pekerja Kaltim atau 74,91 persen bekerja di atas 35 jam perminggu, dan yang bekerja kurang dari 8 jam hanya sekitar 4.331 orang atau 0,31 persen saja. "Dari jumlah 1.374.563 itu, sebagian besar bekerja di sektor perdagangan, transportasi, keuangan dan jasa yang mencapai 45,50 persen. Sektor pertanian, pertambangan dan penggalian 42,40 persen, sektor industri, listrik, gas, air minum dan bangunan 12,10 persen," kata Nugroho.


Sumber
Samarinda, 17/5 (ANTARA)

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Jual Ginjal Demi Perpustakaan

Malang - Saat dirinya menawarkan ginjal untuk dijual, Eko Cahyono sempat
dikunjungi beberapa pejabat pemerintah. Kedatangan mereka berniat membantu
perpustakaan Anak Bangsa yang terancam digusur. Namun, semua janji yang
diutarakan para pejabat itu hingga kini tidak terealisasi.

"Semua pejabat dan wakil rakyat pernah kesini. Seperti Pak Rendra wakil
bupati Malang. Tapi mereka hanya mengobral janji saja. Sampai sekarang
janji untuk membangunkan perpustakaan di lahan aman belum juga dilakukan.
Saya pikir lebih baik mengalir seperti air. Daripada mengharapkan dari
mereka," ujar Eko, saat ditemui detiksurabaya.com di perpustakaan 'Anak
Bangsa' di Jalan Brawijaya, Desa Sukopuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten
Malang, Selasa (18/5/2010).

Sebenarnya, pemuda kelahiran 28 Maret 1980 ini tidak begitu banyak menaruh
harapan kepada pejabat pemerintahan. Untuk itu, Eko mengaku tetap akan
menjual ginjalnya demi mempertahankan perpusatakan yang dia bangun dari
hasil menjual sepeda motor.

Ketika detiksurabaya.com mendatangi perpustakaan ini, banyak bocah-bocah
sekolah dasar nampak asyik membaca koleksi buku milik Eko. Mereka rela
berlama diri di tempat itu daripada berdiam diri di rumah. "Enak disini
bisa baca-baca buku dan komik," kata Bima Prayudi (10), salah satu bocah
yang datang ke perpustakaan Eko.

Perpustakaan milik Eko kini mengoleksi sekitar 20 ribu katalog dengan
anggota sebanyak 10 ribu anggota dari berbagai usia. Lokasi perpustakaan
berdiri di atas lahan seluas 6 kali 10 meter persegi bersebelahan dengan
kebun ketela pohon, serta makam umum desa setempat.

Perpustakaan Anak Bangsa ini didirikan Eko, berawal saat dia terkena
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari pabrik kulit tempat dia bekerja tahun
1997 silam. Sebuah motor bebek miliknya nekat dia jual Rp 7 Juta hanya
untuk memenuhi obsesinya membangun sebuah perpustakaan.


Sumber
http://surabaya.detik.com


Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Pemain Berdarah Indonesia Enggan Jadi WNI

Badan Tim Nasional (BTN) telah mengantongi 40 nama pemain berdarah Indonesia yang berlaga di luar negeri. Namun hanya tiga pemain yang memungkinkan untuk direkrut sebagai pemain timnas.

Ketua Badan Tim Nasional (BTN) Iman Arif mengatakan, pihaknya tidak mungkin merekrut semua pemain tersebut ke timnas. Pasalnya, sebagian besar masih berkewarganegaraan asing.

Naturalisasi pemain juga bukanlah langkah yang tepat. Pasalnya, selain terbentur peraturan di Indonesia, rata-rata pemain juga enggan melepas status kewarganegaraannya saat ini.

"Dari pengalaman saya saat masih berada di Belanda, rata-rata pemain yang memiki darah Indonesia tidak mau melepas status kewarganegaraan mereka yang sekarang," kata Iman kepada wartawan, Selasa, 18 Mei 2010.

"Dari 40 nama yang sudah didata, hanya tiga yang benar-benar masih berkewarganegaraan Indonesia. Yang pertama Irfan Bachdim, kedua Donovan (Partosoebroto), dan satu pemain lagi saya lupa namanya ," tambahnya.

Irfan Bachdim merupakan pemain yang sempat merumput di Liga Belanda bersama FC Utrecht. Irfan sempat berniat untuk mencari klub di Indonesia namun tidak berhasil.

Sedangkan Donovan sampai saat ini masih menjadi kiper tim junior Ajax Amsterdam.


Sumber
VIVAnews

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Komisi B DPRD Surabaya Disuap Investor PIOS Rp 12 Juta per Anggota

Penggusuran bakul Pasar Keputran pekan lalu, menyisakan bau tak sedap. Ini terkait diamnya anggota DPRD Surabaya yang diam saja atas penggurusan tersebut. Kabar yang mencuat, sejumlah anggota dewan ini disebut-sebut telah diberesi alias disogok dengan sejumlah uang oleh investor Pasar Induk Osowilangun (PIOS), yakni PT Selaras Maju Bersama. Benarkah?

Untuk diketahui, pedagang Pasar Keputran digusur ini agar mau direlokasi atau dipindah ke PIOS. Namun, sejumlah pedagang menentang. PT Selaras Maju Bersama juga diketahui sukses membangun pasar induk serupa di Tangerang dan Palembang. Jadi, investor asal Jakarta ini cukup memiliki banyak modal.

Anggota DPRD Surabaya yang enggan
disebutkan namanya kepada Surabaya Pagi, Selasa (18/5), mengatakan, anggota Komisi B (Bidang Perekonomian ) telah melakukan pertemuan dengan PT Selaras sebanyak 2 kali. Pertemuan tersebut dilakukan di Jakarta, sebelum dan sesudah penertiban pedagang Keputran. Mereka langsung ditemui direktur utamanya, Hartono. “Pertemuan pertama dilakukan sebelum relokasi, dan setelah relokasi ada pertemuan lagi,” ungkapnya..

Selama di Jakarta, rombongan Komisi B menginap di Hotel Redtop, namun pertemuan dengan Hartono dilakukan di salah satu rumah makan di Jakarta. “Dalam pertemuan pertama para anggota diberi Rp 2 jutaan. Untuk pertemuan kedua diberi Rp 10 juta, saya tidak tahu pimpinan komisi dapat berapa,” beber dia.

Akibat telah dikondisikan tersebut, lanjutnya, ketika ada demo dari para pedagang di DPRD, para anggota Komisi B tidak mau menemui pedagang. Padahal persoalan pasar merupakan tugas dari komisi B. “Akhirnya Komisi A yang menemui
para pedagang, ” tuturnya.

Ketika dikonfirmasi ke ketua Komisi B Mahmud, politisi Demokrat ini membantah keras pihaknya telah menerima uang dari investor PIOS. Mahmud malah balik mengatakan bahwa yang menyebarkan isu tersebut orang-orang yang tidak senang dengan kinerja komisi yang dipimpinnya. “Informasi tersebut tidak benar sama sekali,” tegasnya.

Sementara itu, anggota Komisi A (Bidang Hukum dan Pemerintahan ) Erick Reginal Tahalele mengaku dirinya sudah mendengar informasi soal aliran dana dari investor PIOS ke sejumlah anggota Komisi B. “Ada beberapa anggota Komisi B yang bercerita perihal tersebut,” papar politisi Golkar ini.

Menyikapi kejadian tersebut Erick mendesak agar pihak berwajib menyelidiki kasus ini, karena bagaimanapun juga ini termasuk dalam gratifikasi. “Kami juga berharap Badan Kehormatan menyelidiki hal ini,” tegasnya.

Ketika dikonfirmasi ke Direktur PIOS M Ganis Purnomo membantah adanya isu
pemberian uang tersebut. “Apa tujuannya kita memberikan uang ke Komisi B, ” terangnya.

Ganis menambahkan, dirinya juga tidak mengetahui adanya pertemuan di Jakarta, bahkan Ganis menantang jika hal itu benar seyogyanya dilaporkan saja ke lembaga penegak hokum. “Saat ini kan banyak lembaga hukum, ya dilaporkan saja lho,” tantang mantan bos PD Pasar Surya ini.

http://www.surabayapagi.com


Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Sekjen IGI Bantah Tudingan PGRI

Sekjen IGI (Ikatan Guru Indonesia ) Moh. Ihsan menyatakan, IGI organisasi resmi dan tidak bertentangan dengan konstitusi (peraturan) mana pun. Justru keberadaan IGI adalah untuk menuhi ketentuan UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. ‘’Coba sebutkan pada ketentuan mana dan pasal mana yang tidak membolehkan adanya IGI. Sama sekali tidak ada ketentuan yang dilanggar,’’ kata Ihsan, Senin (17/5) kemarin ketika diminta komentarnya terkait penolakan PGRI NTB terhadap keberadaan IGI NTB.

Ihsan mengatakan, tidak ada ketentuan yang mengamanatkan guru bergabung hanya pada satu organisasi yaitu PGRI. ‘’Tidak ada itu. Coba baca baik-baik pasal itu,’’ katanya seraya mengatakan, pasal 31 UU No. 14 tahun 2005 mengamanatkan kepada guru untuk bergabung hanya pada organisasi profesinya.

Menurut Ihsan, guru hanya bergabung pada organisasi profesinya saja. Seperti itu,
tidak disebutkan bahwa guru hanya bergabung pada PGRI. ‘’Jadi UU itu bukan menganatkan untuk adanya satu organisasi guru saja. Jadi tolong UU itu dibaca dengan betul, sehingga tidak membingungkan masyarakat, khususnya para guru,’’ katanya seraya menambahkan, sebagai organisasi yang legal, IGI telah disahkan Kementrian Hukum dan HAM RI No. AHU125.AH.01. 0 tahun 2009.

IGI juga tak bermaksud menggeroti keanggotaan PGRI. Bagi IGI, katanya, rekrutmen keanggotaannya tidak memaksa. Menjadi anggota IGI tidak dikenakan iuran dan bayaran apa pun, dan masih tetap diperkenankan menjadi organisasi profesi (guru) yang lain temasuk PGRI. Karena itulah, jika ada anggapan IGI menggeroti PGRI, ia menolak hal itu. Justru jika PGRI bersinergi dengan IGI, akan memberikan manfaat dalam meningkatkan mutu dan kualitas para guru di negeri ini. ‘’Saya kira tidak perlu dipertentangkan. ,’’ katanya.

Sebagai organisasi yang lahir belakangan, kata Ihsan, IGI mengambil segmentasi yang selama ini belum tersentuh oleh organisasi profesi guru yang lain yaitu pengenalan dan pelatihan guru terkait perkembangan teknologi informasi, seperti internet dan lainnya. Karena selama ini penguasaan teknologi bagi para guru di Indonesia masih sangat kurang sehingga banyak guru menjadi terbelakang. ‘’Kalau guru-guru yang ada di daerah memerlukan keberadaan IGI dan mereka ingin membentuk IGI di daerahnya masing-masing kami akan terus memfasilitasi,’’ demikian Ihsan.


Sumber
Mataram (Suara NTB)

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

PGRI NTB Tolak IGI

Kehadiran Ikatan Guru Indonesia (IGI) dinilai melanggar konstitusi, sebagaimana
yang termaktub dalam pasal 31 UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.
Mengamanatkan semua guru hanya diperbolehkan mengikuti organisasi Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI), sehingga kehadiran IGI ditolak jajaran PGRI.

Disampaikan Ketua PGRI NTB, Drs. H. Ali Rahim, pihaknya menolak keberadaan IGI
NTB yang dinilai sudah meresahkan para guru. Terlebih semua guru sudah masuk
menjadi anggota PGRI. Selain UU guru dan dosen, IGI juga telah bertentangan
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PGRI.
Ali menerangkan amanat
UU No 14 tahun 2005 itu menegaskan PGRI sebagai satu-satunya organisasi profesi
guru yang ada di Indonesia . “IGI ini ingin menyaingi keberadaan PGRI,” tegas
Ali kepada wartawan di ruang kerjanya Sabtu (15/5).

Keberadaan IGI diketahuinya telah berdiri di beberapa daerah, DKI Jakarta, Sumatera Selatan (Sumsel), NTB dan beberapa
daerah lainnya. Namun keberadaan organisasi baru tersebut sudah mendapat
penolakan. Pasalnya, kehadirannya dianggap melecehkan PGRI sebagai organisasi
guru tertua di Indonesia .
IGI diingatkan Ali, agar
tidak merekrut anggota PGRI menjadi anggotanya. Dimana, dalam aturan yang
berlaku, tidak dibolehkan bagi para guru berjalan di dua organisasi atau
organisasi di atas organisasi. Anggota PGRI yang diketahui menjadi anggota IGI,
ketua PGRI NTB ini siap memberikan sanksi tegas.
“Dikeluarkan menjadi
anggota PGRI, dicabut Kartu Tanda Anggota (KTA), dicabut seragamnya dan PGRI
tidak akan memperjuangkan nasib mereka,” ancam Ali. Penegasan Ketua PGRI itu tertuang
juga dalam surat edaran No. 194/Org/PGRI- NTB/XX/2010, yang telah disebar ke
beberapa daerah.
Ali menambahkan, UU guru
dan dosen itu hanya memperbolehkan dibentuk kelompok-kelompok kerja guru,
Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S), Kelompok Kerja guru mata pelajaran dan
sejenisnya. Bukan bermaksud menghalangi kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat, namun khusus organisasi profesi guru dalam UU tidak
membenarkan adanya organisasi profesi lainnya selain PGRI.

Secara terpisah, Ermawanti, S.Pd, yang mengaku Ketua Ikatan Guru Indonesia
(IGI) NTB, membantah, keberadaan IGI ingin menyaingi PGRI. Dikatakan, pengurus
dan anggota IGI tetap menjadi anggota PGRI. IGI dibentuk sebagai wadah
perkumpulan guru yang bertujuan di bidang sosial dan kemasyarakatan. Selain
itu, berperan aktif untuk ikut memperjuangkan mutu, profesionalisme dan
kesejahteraan guru Indonesia . Beberapa kegiatan yang dilakukan, seperti
pelatihan guru, seminar, diskusi, sarasehan, lokakarya dan lain sebagainya.
Erma mengungkapkan,
setiap orang di Indonesia dijamin dalam UUD tahun 1945 untuk berkumpul,
berpendapat dan berekspresi. Keberadaan IGI memang mendapat penolakan dari
PGRI, karena IGI dinilai ingin mengambil lahan PGRI. Diakui juga, UU guru dan
dosen lahir tahun 2005 yang saat itu, IGI belum terbentuk, sehingga PGRI
menjadi satu-satunya organisasi profesi guru. Kendati demikian, IGI bertekad
untuk terus bergerak, tanpa ada niat ingin mengkerdilkan dan melecehkan PGRI.

IGI, lanjut Erma, telah memiliki Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ART) yang
telah dituangkan dalam Akta Notaris No. 02 tanggal 28 Januari 2009, Akta
Notaris No. 10 tangal 22 Mei 2009 dan Akta Notaris No. 01 tangal 05 Oktober
2009. Akta Notaris itu dibuat di Notaris Raden Roro Yuliana Tutiek Setia Murni,
SH, MH di Jakarta dan telah disahkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Menkum dan HAM) RI, No. AHU-125.AH.01. 0. tahun 2009. Ketua Umum Pengurus
Pusat (PP) IGI, Drs. Satria Dharma, Sekjen Drs. M. Ihsan dan Bendahara, Yully
Rachmawaty, S.Pd.


Sumber
Mataram(Suara NTB)


Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

5 budaya di sekolah yang patut dikembangkan

Sebuah sekolah yang baik mempunyai budaya yang menjadi ruh di dalamnya.
Sekolah memang akan berjalan dengan adanya siswa dan guru serta
administrator yang melayani jalannya operasional sekolah, tetapi tanpa
ruh sekolah hanya akan terjerumus menjadi sebuah organisasi tanpa arah.
Sebuah budaya sekolah yang berlangsung di sebuah sekolah bisa saja
diterapkan di sekolah lain, sebaliknya tidak semua hal yang menjadi
budaya di sebuah sekolah bisa diaplikasikan disekolah lain. Budaya
sekolah yang bisa dirasakan oleh individu yang ada didalamnya akan
menjelma menjadi iklim sekolah yang melingkupi dan menjadi dasar pijakan
pengembangan sekolah.

Saya mencoba mengkategorikan budaya sekolah ini dalam beberapa kategori

Budaya Komunikasi dan interaksi.

* Guru tidak datang kepada kepala sekolah dengan hanya semata
persoalan dan keluhan saja. Guru juga datang sambil membawa solusi.
* Orang tua siswa dan guru mudah bertemu dengan kepala sekolah. Bagi
kepala sekolah, bersikap prosedural (seperti membuat janji sebelum
bertemu dan lain sebagainya) memang penting, tapi jauh lebih penting
mendengar dan mengarahkan serta memimpin di saat yang tepat.
* Sekolah memperlakukan sama guru lama dan guru baru. Guru lama
mempunyai tanggung jawab untuk menjadikan guru baru mitra kerja yang
setara, sambil ditingkatkan apa yang belum pas dari seorang guru baru.
Guru baru menaruh hormat pada perasaan dan wibawa guru lama, dengan
demikian keduanya mudah berkolaborasi dan bekerja sama.
* Siswa punya suara yang sama di sekolah, siswa bahkan dilibatkan
dalam komite dan kepanitiaan untuk didengar aspirasinya.
* Semua jadwal pertemuan diberitahu minimal satu minggu sebelumnya,
dan tertulis di staff morning bulletin. Pemberitahuan ini di ulang
beberapa kali menjelang rapat. Dengan demikian tidak ada hal yang
mendadak dalam budaya sekolah yang efektif.
* Konflik guru dengan guru, orang tua siswa dengan guru atau kepala
sekolah dengan guru difasilitasi dengan adil dan menerapkan prinsip
mencari solusi demi perbaikan ke depannya.

Budaya komunitas pembelajar

* Setiap guru dan semua elemen di sekolah punya kesempatan yang sama
dalam menghadiri seminar atau workshop yang dibiayai sekolah sesuai
dengan minat dan hubungan dengan pekerjaannya. Jika ada guru yang
mendapat kesempatan untuk secara gratis menjadi peserta atau menjadi
pembicara dalam sebuah acara seminar atau workshop professional guru,
sepanjang hal tersebut tidak menggangu ritme pembagian tugas di sekolah
dan di kelas, sekolah wajib membantu dan memngatur agar bisa terwujud.
* Setiap indvidu yang mendapat ilmu baru dalam acara workshop atau
seminar guru diluar sekolah yang dibiayai sekolah, wajib membaginya di
dalam sekolah. Perlu diingat bahwa keberangkatan individu tersebut juga
dalam rangka bekerja dan bukan untuk sekedar lepas dari rutinitas
sekolah atau malah bertamasya, untuk itu dengan membagi ilmunya di
sekolah adalah juga bagian dari pekerjaan.
* Setiap guru punya kewajiban untuk berbagi dengan guru lainnya
(tidak harus yang didapat dari luar sekolah saat workshop). Saat ada
guru yang bersedia untuk berbagi dalam rapat atau pertemuan guru di
sekolah, guru yang lain wajib mengapresiasi dan menghargai.
* Guru yang dipandang mampu, mesti siap jika diminta berbagi
dihadapan orang tua siswa, tentunya semua materinya sudah
dikonsultasikan dengan kepala sekolah.

Budaya teliti

* Dalam hal surat menyurat misalnya, guru mesti menunjukkan dan
meminta pendapat dari atasan dan rekan sekerja mengenai isi dan susunan
bahasa sebuah surat yang akan dikirim ke luar sekolah. Utamanya jika isi
surat tersebut membawa nama sekolah secara keseluruhan, dan tidak semua
surat mesti didiskusikan dengan atasan, jika hanya memo biasa tidak
menjadi masalah.
* Guru dan sekolah bersikap satu kata yaitu demi perbaikan mutu sikap
dan pembelajaran siswa dihadapan orang tua siswa, ini berarti semua yang
akan diinfokan kepada orang tua mesti disepakati, minimal
dikomunikasikan dan dikonsultasikan terlebih dahulu.

Budaya pembagian tugas

* Alokasi pembagian tugas untuk guru, jam mengajar serta jam piket
menjaga siswa di buat di umumkan dan dibuat menjelang tahun ajaran
berakhir untuk di tahun ajaran berikutnya. Dengan demikian saat tahun
ajaran baru mulai guru sudah tinggal melaksanakannya saja.
* Guru difasilitasi untuk bisa hadir, mendaftar dan ikut serta dalam
kepanitiaan yang dibentuk di sekolah, baik yang ada hubungannya dengan
akademis maupun event yang terjadi di sekolah

Budaya menomor satukan siswa

* Semua elemen yang ada di sekolah, baik itu guru, kepala sekolah dan
manajemen, sadar bahwa keberadaannya di sekolah karena ada siswa. Untuk
itu semua rapat, pertemuan anggaran biaya sampai komitmen pribadi
bermuara kepada peningkatan mutu belajar dan perilaku siswa.

Agus Sampurno
Educational Blogger | Educational Motivator | Teacher Professional
Development Program Facilitator | Global Jaya International School
Teacher Indonesia
+62-21- 745 - 7562 | +62-813 -155 - 90729 |
http://gurukreatif.wordpress.com |


Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Kemendiknas Menengarai Turunnya Kelulusan Siswa karena Merosotnya Kualitas Pendidik

Kemendiknas Menengarai Turunnya Kelulusan Siswa karena Merosotnya Kualitas Pendidik JAKARTA - Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menengarai, turunnya angka kelulusan siswa tahun ini disebabkan merosotnya kualitas pendidik. Itu sebabnya, Mendiknas Mohammad Nuh meminta kemerosotan mutu pendidikan tersebut dijadikan bahan introspeksi.

Seperti diberitakan, tingkat kelulusan SMA/MA secara nasional tahun ini hanya 89,88 persen. Angka itu turun 3,52 persen dibanding tingkat kelulusan tahun lalu yang mencapai 93,4 persen.

Jebloknya kelulusan siswa tahun ini juga terjadi di tingkat SMP. Bahkan, lebih parah. Turunnya sampai 4,73 persen. Tahun lalu tingkat kelulusan siswa SMP mencapai 95 persen, tahun ini hanya 90,27 persen.

M. Nuh menilai turunnya persentase kelulusan tersebut sebagai bahan evaluasi pendidikan di Indonesia. Banyaknya siswa yang tidak lulus itu merupakan salah satu bahan evaluasi terhadap mutu para pendidik.

Saat ini total guru di Indonesia 2.607.311 orang. Di antara jumlah itu, 20,54 persen guru belum bergelar sarjana alias hanya lulusan SMA. Guru bergelar S-1 mencapai 41,91 persen. Dan, baru 59 guru yang berhasil menyandang gelar doktor (S-3) di Indonesia.

Nuh mengakui, salah satu penyebab turunnya mutu pendidik kita adalah belum meratanya persebaran guru. Masih banyak guru yang lebih suka tinggal dan mengajar di ibu kota daripada di daerah terpencil. ''Padahal, kami sudah memberikan insentif dan tunjangan bagi para guru di daerah terpencil. Kami masih mencari solusi untuk mengajak para guru mengajar di daerah,
terutama di kawasan terpencil,'' ungkap mantan rektor ITS Surabaya itu.

Secara global, kata Nuh, perbandingan jumlah guru dan murid di Indonesia cukup ideal. Hanya, jika penyebarannya tidak merata, sejumlah sekolah di daerah tertentu kekurangan guru. Sebaliknya, sekolah lain memiliki guru berlebih. ''Yang harus kita lakukan adalah meratakan penempatan guru, sehingga mutu pendidikan pun bisa merata,'' ujarnya.

Dirjen Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan (PMPTK) Baidowi menambahkan, Kemendiknas saat ini memetakan distribusi guru itu. Kemendiknas tengah mendata kembali jumlah guru, kebutuhan guru di setiap daerah, dan persebarannya di Indonesia.

''Hasilnya akan kami gunakan untuk memetakan pemenuhan guru secara merata di seluruh daerah di Indonesia,'' kata dia.

Menurut Baidowi, Peraturan Mendiknas No 7/2010 menerangkan rasio guru dan peserta didik. Termasuk persebaran guru dan proyeksi pemenuhan beban kerja guru paling sedikit 24 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. ''Itu sudah tertuang dalam permendiknas,'' terang Baidowi.

Secara nasional, lanjut dia, perbandingan guru dan murid adalah 1 : 32. Artinya, efektivitas seorang guru paling banyak mengajar di depan 32 murid dalam satu kelas. Bahkan, secara ideal, perbandingan guru : murid untuk jenjang SD adalah 1 : 9. Sedangkan perbandingan guru dengan muriduntuk jenjang SMP, yakni 1 : 17. Sementara untuk jenjang SMA 1 : 16, dan jenjang SMK menjadi 1 : 23. Penghitungan itu, kata Baidowi, berdasar rata-rata guru dan murid per provinsi dan kabupaten/kota. ''Itu secara teori dan secara ideal,'' ujarnya.

Namun, kenyataan di lapangan, lanjut Baidowi, persebaran guru sulit diatur. Kelebihan guru di suatu wilayah akan mempersulit mereka bekerja dengan target jam mengajar tertentu. ''Bahkan, untuk memenuhi 24 jam mengajar saja mereka tidak mampu,'' paparnya.

Di tempat lain yang jumlah gurunya kurang, mereka harus mengajar dengan jumlah jam berlebih. ''Nah, ini yang sulit. Perbedaan beban dengan tugas yang sama membuat para guru sulit mencapai kompetensi maksimal,'' tambah Baidowi.

Karena itu, kata Nuh, untuk bisa meningkatkan angka kelulusan tahun depan, pemerintah perlu mengalokasikan dana intervensi unas (ujian nasional) pada APBN-P 2010 senilai Rp 100 miliar. Rencananya, dana itu digunakan untuk memotivasi dan mendukung daerah-daerah yang memiliki tingkat kelulusan terendah. Bentuknya disesuaikan dengan kebutuhan setiap sekolah. (nuq/c2/ari)

http://jawapos.co.id/

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

ORGANISASI GURU IGI: Tak Mungkin PGRI Melakukan Itu...

Ditolaknya keberadaan Ikatan Guru Indonesia (IGI) Nusa Tenggara Barat (NTB) oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) semestinya tidak perlu terjadi. Penolakan tersebut dianggap sesuatu hal yang aneh jika dilakukan oleh sebuah organisasi besar yang menaungi profesi guru seperti PGRI.

"Saya pikir tidak mungkin PGRI bersikap begitu. Itu pasti oknum. Buat saya aneh kalau PGRI merasa tersaingi oleh IGI sebab IGI dan PGRI punya tujuan perjuangan sendiri-sendiri," ujar Ketua IGI Satria Dharma kepada Kompas.com, Rabu (19/5/2010) di Jakarta.

Satria mengatakan, penolakan itu terkesan sepihak dilakukan oleh oknum organisasi di NTB. Masalahnya, IGI selama ini tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh PGRI secara organisasi keseluruhan.

"Saya tidak yakin organisasi sebesar PGRI akan melakukan hal seperti itu. IGI akan terbuka untuk membicarakan dengan pengurus PGRI pusat karena memang kami merasa tidak ada masalah dalam persaingan," bantah Satria.

Adapun penolakan IGI NTB oleh PGRI NTB terjadi sekitar awal Mei lalu saat IGI berencana membuka wilayah baru di Mataram, NTB. Rupanya, guru-guru yang hadir dari seluruh provinsi berminat mengembangkan IGI di kota masing-masing.

Namun, seperti dituturkan secara terpisah oleh Sekjen IGI Moh Ihsan kepada Kompas.com, Rabu (19/5/2010), saat akan membuka cabang di Lombok, tiba-tiba pihak PGRI setempat keberatan dan menolak hal tersebut.


http://edukasi.kompas.com

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

ORGANISASI GURU IGI dan PGRI Harusnya Bersinergi

Ditolaknya keberadaan Ikatan Guru Indonesia-Nusa Tenggara Barat (IGI-NTB) oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI-NTB) semestinya tidak perlu terjadi. Profesi guru bukan sebuah hegemoni, sehingga tidak perlu dianggap sebagai sesuatu yang membuat dua organisasi profesi pendidikan itu saling klaim wilayah kekuasaan.

Di tengah semakin tingginya tantangan masa depan pendidikan nasional, termasuk tantangan guru sebagai sebuah profesi penting dalam mengawal bidang pendidikan itu sendiri, tidak semestinya organisasi-organisasi profesi yang menaunginya justeru seolah saling "berebut lahan".

"Terus terang, saya sendiri merasa aneh kalau PGRI merasa tersaingi oleh IGI, karena kami punya perjuangan sendiri-sendiri. Kami pun sebetulnya organisasi legal dengan izin dari Dekumham, artinya IGI juga organisasi keguruan resmi dari pemerintah," ujar Sekretaris Jenderal IGI Moh. Ihsan kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (19/5/2010).

Ihsan mengatakan, semestinya persoalan persaingan tidak perlu dipermasalahkan dan dibesar-besarkan. Ihsan beralasan, masing-masing organisasi punya karakter sendiri-sendiri dan fokus kegiatan yang berbeda satu sama lain. "Lagipula, meskipun berbeda tujuan kami sama-sama untuk guru. Jika PGRI selama ini lebih fokus pada kebijakan terkait masa depan profesi guru, IGI lebih kepada urusan teknis meningkatkan mutu dan profesionalitas guru. Jadi, seharusnya malah bersinergi," ujar Ihsan.
Menurutnya, IGI adalah organisasi resmi dan tidak bertentangan dengan peraturan apapun. Keberadaan organisasi tersebut, ujar Ihsan, adalah untuk memenuhi ketentuan UU No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen tanpa bermaksud menyaingi organisasi guru lain.

"Kalaupun iya, tidak mungkin juga PGRI tidak tersaingi, karena memang di dalam undang-undang tersebut tidak ada ketentuan yang mengatakan bahwa guru bergabung hanya pada satu organisasi, yaitu PGRI," ujar Ihsan.
Dikatakannya, pasal 13 UU No.14 tahun 2005 mengamanatkan kepada guru untuk bergabung hanya pada organisasi profesinya. Pasal tersebut, kata Ihsan, sama sekali tidak menyebutkan nama sebuah organisasi manapun, termasuk PGRI, yang mengharuskan para guru bergabung di dalamnya.

"Dalam UU No.14 tentang guru dan dosen itu disebutkan bahwa guru adalah pekerja profesional. Sebagai sebuah profesi, guru perlu meningkatkan profesionalitasnya, salah satunya dengan bergabung ke dalam organisasi guru yang resmi berdiri sesuai perundang-undangan yang berlaku, yaitu yang mendapatkan pengesahan Depkumham," tambah Ihsan.

Adapun, tutur Ihsan, IGI telah disahkan oleh Kementrian Hukum dan HAM RI No.AHU-125.AH.01.0. Tahun 2009. "Kita fokus hanya pada peningkatan mutu kok, tidak ada yang lain-lain," kata Ihsan.


http://edukasi.kompas.com

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Microsoft Tiupkan "Angin Segar" untuk Para Guru

Microsoft Indonesia meniupkan "angin segar" kepada para guru Indonesia yang saat ini masih sangat memerlukan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi, karena perubahan teknologi sudah sedemikian cepat, sementara banyak guru tertinggal untuk beradaptasi dan menguasai teknologi itu.

Microsoft sangat terbuka terhadap penggunaan open source. Mereka tidak memaksakan diri untuk memakai software-nya.
-- Moh. Ihsan

Demikian dikatakan Sekretaris Jenderal Ikatan Guru Indonesia (IGI) Moh. Ihsan kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (10/3/2010). Ihsan mengatakan, IGI sedang menjalin kesepakatan dengan Microsoft Indonesia untuk meningkatkan mutu guru Indonesia melalui pelatihan teknologi informasi.
Menurutnya, Microsoft berkomitmen memberikan pelatihan kepada sekitar 4.000 guru se-Indonesia selama setahun ini. Diharapkan, hal itu bisa mendapatkan dukungan dari semua pihak, termasuk Kementerian Pendidikan Nasional untuk merealisasikan kerjasama ini.
"Komitmen ini sudah dinyatakan kepada kami dan rancangan perjanjian kerjasamanya sedang kami finalisasi," tandas Ihsan.
Komitmen tersebut, lanjut dia, merupakan "angin segar" bagi guru-guru Indonesia untuk meningkatkan kompetensinya. IGI sendiri pun tidak perlu lagi mengeluarkan anggaran untuk membiayai para master teacher yang akan dikerahkan oleh Microsoft untuk melatih para guru tersebut.
"Yang menggembirakan, Microsoft sangat terbuka terhadap penggunaan open source. Mereka tidak memaksakan diri untuk memakai software-nya," tambah Ihsan.


http://edukasi.kompas.com


Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Memaknai Hari Kebangkitan Nasional (Konsep Pendampingan Komunitas/Sanggar Belajar

Oleh: Maia Rosyida (Pelajar Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Salatiga)

Komunitas Belajar dibangun atas dasar kesadaran untuk membangun kemandirian,
kekuatan dan kemauan kuat tentang peradaban yang baru melalui jaringan
pendidikan. Nilai-nilai yang terkandung dalam pembentukan Sanggar/ Kelompok/
Komunitas Belajar ini adalah rasa demokratis, rasa kemanusiaan, rasa
subtansial, rasa esensial dan memahami kebutuhan dengan berasaskan belajar
sebagai bahan yang diwajibkan oleh semua agama.

Dalam hal mendirikan sebuah Komunitas Belajar diperlukan keikutsertakan
anggota yang di sini tidak harus banyak. Berangkat dari orang yang
sedikit/cukup dan sama-sama memiliki kesanggupan yang kuat akan lebih
efisien daripada sebaliknya. Nah, selama 4 bulan ini kami dipercaya oleh
sebuah NGO (Non Government Organization) untuk membantu mendirikan Komunitas
Belajar di lokasi pasca bencana Padang Pariaman, Sumatra Barat dan telah
berhasil ‘menarik perhatian’ masyarakat yang berada di 9 desa. Kami
mengisinya dengan beragam pengenalan tentang konsep Komunitas Belajar.
Lumayan gampang, karna Minangkabau sendiri menganut pepatah ‘Alam Takambang
Jadi Guru’ yakni Alam adalah guru kita yang jika dijabarkan berarti
hakikatnya kita ini seharusnya belajar dalam keadaan bebas, lugas, tak
terbatas dan berasas. Simpel: kita kumpulkan masyarakat, kami melakukan
sosialisasi, kami berdiskusi tentang metode pembelajaran yang pernah
dilakukan oleh Sutomo, Wahidin Sudirohusodo dan kawan-kawan dalam Budi Utomo
yakni belajar dengan berkumpul, membangun suasana diskusi yang nantinya akan
menciptakan rumah kreatif yang membangkitkan antusias belajar dan berkarya
demi memajukan kualitas daerah dan bangsa. Sehingga pada akhirnya dimaknai
sebagai Hari Kebangkitan Nasional setiap tanggal 20 Mei tersebut. Pada waktu
itu, demi melawan ambisi Belanda yang akan menguasai sistem pendidikan
bangsa kita. Tetapi karna terjadi permasalahan politik, Budi Utomo pun
dilibatkan dalam suasana ‘serang menyerang’. Karnanya, hingga sekarang
warisan Belanda masih tertinggal dan Hari Kebangkitan Nasional, menurut Asvi
Marwan Adam (Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), pada
akhirnya dimaknai sebagai proses yang diharapkan terus berlangsung, bukannya
sebuah tonggak. Dan di sini, Budi utomo berposisi sebagai penggerak utama.
Sebagai teladan bagi kita semua yang diharapkan bersedia untuk terus
melanjutkan perjuangan beliau.

Sejauh ini yang telah berjalan dan bisa sedikit kami bagikan adalah: Kami
atas nama SaKA (Sanggar Anak Kreatif) Indonesia yang merupakan sebuah
organisasi baru dan bekerjasama dengan warga belajar Komunitas Belajar
Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga, ikut berpartisipasi dalam Komunitas
Belajar yang baru memulai proses di 9 desa Pariaman tersebut. Masing-masing
dari desa menentukan jadwal mereka untuk berkumpul. Kami hanya tinggal
datang dan mendampingi atau menemani. Meskipun awal-awal masih kita tuturkan
dan tawarkan tentang apa saja yang biasa kami pelajari, tapi harapan kami
untuk ke depannya sanggar-sanggar tersebut akan mengemukakan inisiatif
sendiri. Sehingga benar-benar menjadi sebuah forum atau rumah belajar yang
kita semua impikan. Dalam hal ini, anak-anak mengaku sangat bahagia. Karna
ternyata dengan belajar cara seperti ini, mereka merasa lebih merdeka, lebih
leluasa, lebih betah, lebih butuh dan lebih realistis. Sebagian masyarakat
mungkin masih bertanya-tanya, ini tuh sebenernya tawaran apaan. Tapi
sebagian yang lain udah langsung bisa nangkep dan sangat tertarik. Beberapa
malah udah langsung semangat mengumpulkan karya, setelah kami beberkan
tentang pentingnya apresiasi karya dalam sebuah Komunitas Belajar. Tujuan
utama dari sebuah Komunitas Belajar memang karya. Karna menurut kami, untuk
menjadi Negara yang bagus seperti Negara-Negara yang udah maju, memang harus
mandiri dalam berkarya. Dimulai dari hal hal kecil, seperti misalnya
pengolahan sampah plastik. Sepele, tapi kalo kita mengerjakannya dengan niat
kuat dan ulet, hasilnya akan sangat luar biasa dan identitas budaya kita
akan semakin jelas. Dan juga ditegaskan dalam prinsip sebuah Sanggar/
Komunitas Belajar adalah menjauhkan tujuan-tujuan politik yang memasukkan
arah-arah bisnisasi yang mengarah pada satu pihak. Seperti yang tengah
ditengarai oleh pendidikan barat, yakni dengan membangun komoditas melalui
jual beli jasa di dalam kelas. Guru menjual dan siswa membeli. Ini menurut
prinsip Komunitas Belajar sangat melanggar nilai-nilai subtansi belajar dan
menyimpang dari segala elemen prinsip yang akan mengakibatkan melencengnya
arah tujuan belajar yang sesungguhnya. Jual beli yang tidak pada pemanfaatan
yang tepat (beli sesuatu yang dipatok dengan waktu dan tidak bisa dipilih)
akan menjadikan beban siswa dan menambah masalah. Padahal pada prinsip
Komunitas Belajar bahwasannya belajar adalah suatu pemecahan masalah
(Problem Solving) dan tidak terbatas pada waktu. Bukannya malah
nambah-nambahin masalah atau beban moral. Dan fenomena demikian sejelasnya
tidak cocok diterapkan di Negara kita yang nyatanya serba ada dan memiliki
kekayaan alam yang mewah.
Guru pendamping yang akan terlibat di sini tidak wajib pinter, karna dalam
sebuah Komunitas Belajar utamanya adalah mengedepankan manfaat dan pinter
kita posisikan sebagai bonus. Dalam pandangan kami, jika logika kita balik,
orang yang pintar belom pasti benar dan manfaat. Tetapi orang yang tau makna
belajar, akan menjadi manusia yang sangat bermanfaat untuk diri sendiri dan
orang lain. Dan itulah sebaik-sebaik manusia. Karnanya meskipun tidak
dituntut harus pintar, tapi akan ada point-point penting yang setidaknya
disandang seorang guru pendamping demi terbentuknya sebuah Komunitas Belajar
yang ideal, yakni di antaranya: Punya kemauan kuat untuk setia menemani
anak-anak, berkemauan belajar dengan siapa pun termasuk anak-anak dan tidak
ada ambisi untuk selalu mengajari, memposisikan diri di dalam lingkarana
anak (red: setara dengan anak-anak), punya semangat berkarya, mengajak
anak-anak berkarya dan mengapresiasi karya mereka (red: media apresiasi juga
dibikin bareng anak-anak), selalu menawarkan/memancing ide-ide yang muncul
dari benak anak-anak untuk kemudian pendamping bergabung menyumbangkan ide
bersama mereka dan mengganggap anak-anak adalah kakak atau adek-adek
pendamping sendiri, sehingga dalam sebuah Komunitas Belajar tercipta sebuah
suasana kekeluargaan yang saling mendukung dan memotivasi satu sama lain.
Ini menurut Pak Mochtar Buchori (Tokoh Pendidikan; red), merupakan wujud
demokrasi yang sebenar-benarnya. Karna di dalamnya terdapat inti daripada
egaliter/ kesetaraan yang akan menciptakan perasaan santun dalam
masing-masing diri. Sehingga demokrasi berakhlak yang dicita-citakan oleh
bangsa ini akan tercapai dan terciptalah rasa damai.

Komunitas Belajar juga bertujuan untuk menggali potensi desa. Yakni dengan
mengenali kelebihan apa saja yang dimiliki desa, menyangkut utamanya;
ekonomi, matapencaharian dan budaya. Contoh realnya seperti mengenali
keunggulan desa masing-masing dengan cara penelitian, lalu melakukan
analisa-analisa dan membangun proyek bersama dari hasil analisis tersebut.
Seperti yang telah dicontohkan oleh desa Klangon di Madiun Jawa Timur yaitu
dengan masyarakatnya menemukan bahwa potensi alam di sana adalah tanaman
Porang. Dengan mengolahnya menjadi bahan tofu (tahu Jepang), desa yang
dulunya sangat miskin ini sekarang menjadi sangat maju dan berkembang pesat.
Semua penduduknya yang tadinya tertinggal, sekarang telah berkedudukan
sebagai masyarakat menengah ke atas.
Mengenali potensi alam di desa sendiri sangatlah penting. Hal ini bertujuan
untuk terciptanya sebuah desa yang indah, kuat, terpelajar dan menakjubkan.
Sehingga impian jangka panjangnya, jika tiap-tiap desa terpencil di
Indonesia ini kuat dan beridentitas, maka alangkah cemerlangnya masa depan
bangsa nantinya. Tidak akan ada lagi kamus kiblat ke ibu Kota (Red:
Jakarta). Karna masing-masing daerah telah terlahir dengan kultur, adat,
bahasa serta cara-cara sendiri untuk membangun sebuah peradaban. Kurikulum
KTSP yang direkomendasikan pemerintah pun secara otomatis akan terlaksana
dengan pemikiran mandiri seperti ini.
Dengan demikian, gagahnya Bhineka Tunggal Ika tidak akan hanya menjadi
embel-embel lagi, tapi sebaliknya. Menjadi bangsa yang cerah oleh perbedaan,
bangsa yang rukun karna perbedaan, bangsa yang ramai dan seru oleh
perbedaan, bangsa yang berciri khas karna perbedaan, bangsa yang saling
mendukung dan memotivasi karna perbedaan. Karnanya, sangat dibutuhkan para
pendamping atau penggerak bagi berdirinya Komunitas Belajar atau bisa juga
dikatakan sebagai manusia-manusia yang setia dan bersedia serta bersahabat
dengan masyarakat. Ini sangat perlu karna demi kepentingan dan interaksi
sosial. Tetapi melihat kondisi, karakter dan kapasitas manusia yang
berbeda-beda yakni memliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, ya mari
kita cari solusinya bersama-sama. Seperti misalnya salah satu pendamping
tabi’at dari sananya memang udah pemalu atau selalu canggung setiap ingin
memulai bicara dengan orang banyak, ya mari kita bagi-bagi peran. Seperti
yang sudah ada dalam Kisah Nabi Musa yang terbata-bata dalam bicara kemudian
ada Nabi Harun yang bersedia membantu. Berbagi peran, misalnya ada yang
tugas ke lapangan, ada yang di rumah. Yang satu tekun berdekatan dengan
masyarakat untuk menyebarluaskan informasi dan satunya di rumah aja menjaga
anak-anak. Ini sah-sah saja, asal dilakukan sesuai dengan kesepakatan. Ngga
repot kan ya?

Dari sebuah diskusi, kita bangkitkan jiwa Nasionalis yang bebas, humanis,
kreatif dan komunikatif…sehingga menjadi bangsa yang bahagia, mandiri,
representaif dan reboisasif serta bertranmigrasi dalam hal kapasitas dan
obesitas… Loh loh, mulai mulai… ^<^

Komunitas Belajar dibangun atas dasar kesadaran untuk membangun kemandirian,
kekuatan dan kemauan kuat tentang peradaban yang baru melalui jaringan
pendidikan. Nilai-nilai yang terkandung dalam pembentukan Sanggar/ Kelompok/
Komunitas Belajar ini adalah rasa demokratis, rasa kemanusiaan, rasa
subtansial, rasa esensial dan memahami kebutuhan dengan berasaskan belajar
sebagai bahan yang diwajibkan oleh semua agama.

Dalam hal mendirikan sebuah Komunitas Belajar diperlukan keikutsertakan
anggota yang di sini tidak harus banyak. Berangkat dari orang yang
sedikit/cukup dan sama-sama memiliki kesanggupan yang kuat akan lebih
efisien daripada sebaliknya. Nah, selama 4 bulan ini kami dipercaya oleh
sebuah NGO (Non Government Organization) untuk membantu mendirikan Komunitas
Belajar di lokasi pasca bencana Padang Pariaman, Sumatra Barat dan telah
berhasil ‘menarik perhatian’ masyarakat yang berada di 9 desa. Kami
mengisinya dengan beragam pengenalan tentang konsep Komunitas Belajar.
Lumayan gampang, karna Minangkabau sendiri menganut pepatah ‘Alam Takambang
Jadi Guru’ yakni Alam adalah guru kita yang jika dijabarkan berarti
hakikatnya kita ini seharusnya belajar dalam keadaan bebas, lugas, tak
terbatas dan berasas. Simpel: kita kumpulkan masyarakat, kami melakukan
sosialisasi, kami berdiskusi tentang metode pembelajaran yang pernah
dilakukan oleh Sutomo, Wahidin Sudirohusodo dan kawan-kawan dalam Budi Utomo
yakni belajar dengan berkumpul, membangun suasana diskusi yang nantinya akan
menciptakan rumah kreatif yang membangkitkan antusias belajar dan berkarya
demi memajukan kualitas daerah dan bangsa. Sehingga pada akhirnya dimaknai
sebagai Hari Kebangkitan Nasional setiap tanggal 20 Mei tersebut. Pada waktu
itu, demi melawan ambisi Belanda yang akan menguasai sistem pendidikan
bangsa kita. Tetapi karna terjadi permasalahan politik, Budi Utomo pun
dilibatkan dalam suasana ‘serang menyerang’. Karnanya, hingga sekarang
warisan Belanda masih tertinggal dan Hari Kebangkitan Nasional, menurut Asvi
Marwan Adam (Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), pada
akhirnya dimaknai sebagai proses yang diharapkan terus berlangsung, bukannya
sebuah tonggak. Dan di sini, Budi utomo berposisi sebagai penggerak utama.
Sebagai teladan bagi kita semua yang diharapkan bersedia untuk terus
melanjutkan perjuangan beliau.

Sejauh ini yang telah berjalan dan bisa sedikit kami bagikan adalah: Kami
atas nama SaKA (Sanggar Anak Kreatif) Indonesia yang merupakan sebuah
organisasi baru dan bekerjasama dengan warga belajar Komunitas Belajar
Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga, ikut berpartisipasi dalam Komunitas
Belajar yang baru memulai proses di 9 desa Pariaman tersebut. Masing-masing
dari desa menentukan jadwal mereka untuk berkumpul. Kami hanya tinggal
datang dan mendampingi atau menemani. Meskipun awal-awal masih kita tuturkan
dan tawarkan tentang apa saja yang biasa kami pelajari, tapi harapan kami
untuk ke depannya sanggar-sanggar tersebut akan mengemukakan inisiatif
sendiri. Sehingga benar-benar menjadi sebuah forum atau rumah belajar yang
kita semua impikan. Dalam hal ini, anak-anak mengaku sangat bahagia. Karna
ternyata dengan belajar cara seperti ini, mereka merasa lebih merdeka, lebih
leluasa, lebih betah, lebih butuh dan lebih realistis. Sebagian masyarakat
mungkin masih bertanya-tanya, ini tuh sebenernya tawaran apaan. Tapi
sebagian yang lain udah langsung bisa nangkep dan sangat tertarik. Beberapa
malah udah langsung semangat mengumpulkan karya, setelah kami beberkan
tentang pentingnya apresiasi karya dalam sebuah Komunitas Belajar. Tujuan
utama dari sebuah Komunitas Belajar memang karya. Karna menurut kami, untuk
menjadi Negara yang bagus seperti Negara-Negara yang udah maju, memang harus
mandiri dalam berkarya. Dimulai dari hal hal kecil, seperti misalnya
pengolahan sampah plastik. Sepele, tapi kalo kita mengerjakannya dengan niat
kuat dan ulet, hasilnya akan sangat luar biasa dan identitas budaya kita
akan semakin jelas. Dan juga ditegaskan dalam prinsip sebuah Sanggar/
Komunitas Belajar adalah menjauhkan tujuan-tujuan politik yang memasukkan
arah-arah bisnisasi yang mengarah pada satu pihak. Seperti yang tengah
ditengarai oleh pendidikan barat, yakni dengan membangun komoditas melalui
jual beli jasa di dalam kelas. Guru menjual dan siswa membeli. Ini menurut
prinsip Komunitas Belajar sangat melanggar nilai-nilai subtansi belajar dan
menyimpang dari segala elemen prinsip yang akan mengakibatkan melencengnya
arah tujuan belajar yang sesungguhnya. Jual beli yang tidak pada pemanfaatan
yang tepat (beli sesuatu yang dipatok dengan waktu dan tidak bisa dipilih)
akan menjadikan beban siswa dan menambah masalah. Padahal pada prinsip
Komunitas Belajar bahwasannya belajar adalah suatu pemecahan masalah
(Problem Solving) dan tidak terbatas pada waktu. Bukannya malah
nambah-nambahin masalah atau beban moral. Dan fenomena demikian sejelasnya
tidak cocok diterapkan di Negara kita yang nyatanya serba ada dan memiliki
kekayaan alam yang mewah.
Guru pendamping yang akan terlibat di sini tidak wajib pinter, karna dalam
sebuah Komunitas Belajar utamanya adalah mengedepankan manfaat dan pinter
kita posisikan sebagai bonus. Dalam pandangan kami, jika logika kita balik,
orang yang pintar belom pasti benar dan manfaat. Tetapi orang yang tau makna
belajar, akan menjadi manusia yang sangat bermanfaat untuk diri sendiri dan
orang lain. Dan itulah sebaik-sebaik manusia. Karnanya meskipun tidak
dituntut harus pintar, tapi akan ada point-point penting yang setidaknya
disandang seorang guru pendamping demi terbentuknya sebuah Komunitas Belajar
yang ideal, yakni di antaranya: Punya kemauan kuat untuk setia menemani
anak-anak, berkemauan belajar dengan siapa pun termasuk anak-anak dan tidak
ada ambisi untuk selalu mengajari, memposisikan diri di dalam lingkarana
anak (red: setara dengan anak-anak), punya semangat berkarya, mengajak
anak-anak berkarya dan mengapresiasi karya mereka (red: media apresiasi juga
dibikin bareng anak-anak), selalu menawarkan/memancing ide-ide yang muncul
dari benak anak-anak untuk kemudian pendamping bergabung menyumbangkan ide
bersama mereka dan mengganggap anak-anak adalah kakak atau adek-adek
pendamping sendiri, sehingga dalam sebuah Komunitas Belajar tercipta sebuah
suasana kekeluargaan yang saling mendukung dan memotivasi satu sama lain.
Ini menurut Pak Mochtar Buchori (Tokoh Pendidikan; red), merupakan wujud
demokrasi yang sebenar-benarnya. Karna di dalamnya terdapat inti daripada
egaliter/ kesetaraan yang akan menciptakan perasaan santun dalam
masing-masing diri. Sehingga demokrasi berakhlak yang dicita-citakan oleh
bangsa ini akan tercapai dan terciptalah rasa damai.

Komunitas Belajar juga bertujuan untuk menggali potensi desa. Yakni dengan
mengenali kelebihan apa saja yang dimiliki desa, menyangkut utamanya;
ekonomi, matapencaharian dan budaya. Contoh realnya seperti mengenali
keunggulan desa masing-masing dengan cara penelitian, lalu melakukan
analisa-analisa dan membangun proyek bersama dari hasil analisis tersebut.
Seperti yang telah dicontohkan oleh desa Klangon di Madiun Jawa Timur yaitu
dengan masyarakatnya menemukan bahwa potensi alam di sana adalah tanaman
Porang. Dengan mengolahnya menjadi bahan tofu (tahu Jepang), desa yang
dulunya sangat miskin ini sekarang menjadi sangat maju dan berkembang pesat.
Semua penduduknya yang tadinya tertinggal, sekarang telah berkedudukan
sebagai masyarakat menengah ke atas.
Mengenali potensi alam di desa sendiri sangatlah penting. Hal ini bertujuan
untuk terciptanya sebuah desa yang indah, kuat, terpelajar dan menakjubkan.
Sehingga impian jangka panjangnya, jika tiap-tiap desa terpencil di
Indonesia ini kuat dan beridentitas, maka alangkah cemerlangnya masa depan
bangsa nantinya. Tidak akan ada lagi kamus kiblat ke ibu Kota (Red:
Jakarta). Karna masing-masing daerah telah terlahir dengan kultur, adat,
bahasa serta cara-cara sendiri untuk membangun sebuah peradaban. Kurikulum
KTSP yang direkomendasikan pemerintah pun secara otomatis akan terlaksana
dengan pemikiran mandiri seperti ini.
Dengan demikian, gagahnya Bhineka Tunggal Ika tidak akan hanya menjadi
embel-embel lagi, tapi sebaliknya. Menjadi bangsa yang cerah oleh perbedaan,
bangsa yang rukun karna perbedaan, bangsa yang ramai dan seru oleh
perbedaan, bangsa yang berciri khas karna perbedaan, bangsa yang saling
mendukung dan memotivasi karna perbedaan. Karnanya, sangat dibutuhkan para
pendamping atau penggerak bagi berdirinya Komunitas Belajar atau bisa juga
dikatakan sebagai manusia-manusia yang setia dan bersedia serta bersahabat
dengan masyarakat. Ini sangat perlu karna demi kepentingan dan interaksi
sosial. Tetapi melihat kondisi, karakter dan kapasitas manusia yang
berbeda-beda yakni memliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, ya mari
kita cari solusinya bersama-sama. Seperti misalnya salah satu pendamping
tabi’at dari sananya memang udah pemalu atau selalu canggung setiap ingin
memulai bicara dengan orang banyak, ya mari kita bagi-bagi peran. Seperti
yang sudah ada dalam Kisah Nabi Musa yang terbata-bata dalam bicara kemudian
ada Nabi Harun yang bersedia membantu. Berbagi peran, misalnya ada yang
tugas ke lapangan, ada yang di rumah. Yang satu tekun berdekatan dengan
masyarakat untuk menyebarluaskan informasi dan satunya di rumah aja menjaga
anak-anak. Ini sah-sah saja, asal dilakukan sesuai dengan kesepakatan. Ngga
repot kan ya?
Dari sebuah diskusi, kita bangkitkan jiwa Nasionalis yang bebas, humanis,
kreatif dan komunikatif…sehingga menjadi bangsa yang bahagia, mandiri,
representaif dan reboisasif serta bertranmigrasi dalam hal kapasitas dan
obesitas… Loh loh, mulai mulai… ^<^

Dari sebuah diskusi, kita bangkitkan jiwa Nasionalis yang bebas, humanis,
kreatif dan komunikatif…sehingga menjadi bangsa yang bahagia, mandiri,
representaif dan reboisasif serta bertranmigrasi dalam hal kapasitas dan
obesitas… Loh loh, mulai mulai… ^<^



Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Wapres Boediono Minta Harga Buku Pelajaran Tak Beratkan Murid Irwan Nugroho

Komite Pendidikan yang dipimpin Wakil Presiden (Wapres) Boediono
mulai menyiapkan rencana-rencana aksi untuk membenahi sektor
pendidikan. Secara spesifik, Wapres memita agar harga buku pelajaran
tidak lagi memberatkan para murid dan orang tuanya.

"Bapak
Wapres memberi arahan yang agak spesifik mengenai pengadaan buku agar
bukan hanya tidak memberatkan angggaran, tapi agar tidak memberatkan
murid," kata Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat di Kantor Wapres, Jl
Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (18/5/2010).

Hal itu dikatakan Yopie usai rapat Komite Pendidikan di Kantor Wapres.
Komite itu diketuai oleh wapres dan beranggotanan sejumlah menteri yang
terkait dengan bidang pendidikan seperti Mendiknas, Menpora, dan
Menteri Agama.

Menurut
Yopie, pengadaan buku banyak dikeluhkan oleh masyarakat terutama
menyangkut harganya. Komite sedang mencarikan jalan pemecahan atas
persoalan itu.

"Tentu saja solusinya tidak hanya membentuk ad
hoc atau mengorek kesalahan masa-masa lalu, tapi membuat sistem yang
lebih baik mengenai hal ini," cetusnya.

Yopie menjelaskan,
evaluasi terhadap pengadaan buku ajar ini momentumnya tepat dengan akan
datangnya tahun ajaran baru. Namun, pemerintah belum bisa memastikan
harga buku itu dapat diturunkan dalam waktu ini.

"Tentu saja
kami tidak berani menjanjikan seperti itu, karena ini bulan Mei dan
bulan depan tahun ajaran baru. Tapi setidaknya ada upaya untuk
mempercepat atau mencari jalan keluar soal ini," ungkap dia.

Lebih
lanjut Yopie mengatakan, dalam rapat ditawarkan usulan agar murid-murid
dapat mengunduh bahan ajar dari internet. Namun hal itu harus didukung
dengan layanan internet yang memadai di tiap sekolah.

"Tadi juga
dibicarakan bagaimana membuat akses internet di sekolah-sekolah bukan
hanya tersambung, tapi kualitasnya kayak apa. Mungkin kanalnya
diperbesar, konektivitasnya diperbaiki, kapasitasnya dibesarkan lagi,
misalnya," tutupnya.

(irw/Rez)

Oh, ada lagi lembaga baru yang menangani pendidikan, to?
Kok Komite Pendidikan? Bukankah UU no 20/2003 tentang Sisdiknas mengamanahkan adanya Dewan Pendidikan tingkat nasional?
Apakah pembentukan Komite Pendidikan ini menunjukkan kekurangpercayaan terhadap kemampuan Menteri dan Kementarian Pendidikan?
Tapi bagaimanapun, ini khas Indonesia. Komite Pendidikan diisi dan
diketuai oleh tokoh yang pemilihannya lebih bersifat politis, bukan berdasar keahlian di bidangnya. Jadi dapat diharapkan bagaimana kinerja Komite Pendidikan itu nantinya: paling untung keluar kebijakan commonsense yang tidak menggigit, paling jelek keluar kebijakan tumpung tindih, duplikasi.

Sumber
DetikNews-Jakarta


Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Kejati Bongkar Korupsi di Disbun Jatim Rp 25,9 M

Sukses membongkar kasus penyelewengan dana P2SEM, giliran dugaan korupsi di Dinas Perkebunan (Disbun) Jawa Timur dibidik Kejaksaan Tinggi (Kejati). Bahkan, kasusnya telah ditingkatkan dari penyelidikan menjadi penyidikan. Sebab, ditemukan kerugian negara senilai Rp 25,9 miliar.

Asisten Tindak Pidana Khusus (Aspidsus) Kejati Jatim, M. Anwar mengungkapkan kasus ini terkait pengucuran dana penguatan modal usaha kelompok (PMUK) tani tebu rakyat. Menurutnya, kasus ini terjadi sejak tahun 2003, yang melibatkan Ketua Teknis Pengembangan Tebu berinisial RS. Pejabat ini bersama Ketua Koperasi Usaha Bersama (KUB) Rosan Kencana berinisial MR, dan Bendahara KUB Rosan Kencana berinisial WTW mengelola dana PMUK.

"Dana itu dimasukkan
dalam tiga rekening berbeda KUB Rosan Kencana, yakni untuk perkebunan, koperasi, dan pabrik gula," jelas Anwar di kantor Kejati, Jl Ahmad Yani Surabaya, Rabu (19/5).

Selanjutnya ketiga orang tersebut mengeluarkan dana PMUK yang ada di dalam rekening KUB Rosan Kencana itu senilai Rp25.996.224.050. Dana ini membeli lahan seluas 53 hektare di Desa Gading dan Desa Sumengko, Kabupaten Mojokerto, untuk mendirikan pabrik gula.

Kemudian RS dan MR mendirikan PT Rosan Kencana Perkasa agar bisa memiliki dan mengelola pabrik gula tersebut atas nama pribadi. Bukan sebagai anak perusahaan atau unit usaha KUB Rosan Kencana. Keduanya juga memindahkan aset KUB Rosan Kencana berupa lahan seluas 53 hektare kepada PT Rosan Kencana Perkasa.

Anwar menjelaskan perbuatan tersebut bertentangan dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32/Permentan/KU.51017/2006 dan Pedoman Teknis Pelaksanaan Pemanfaatan PMUK Tani Tebu Rakyat. Namun, hingga kini ketiga orang
tersebut belum ditetapkan menjadi tersangka. “Ketiganya belum tersangka karena masih dalam pemeriksaan," ujar Anwar.

Dua Korupsi di Sumenep
Selain itu, Kejati juga tengah menyidik dua dugaan korupsi lainnya. Pertama, pengadaan dua unit kapal milik Pemkab Sumenep pada tahun 2002 sampai 2003 oleh PT Bagun perkasa Abadi, dengan kerugian negara Rp 700 juta. Kedua, dugaan korupsi pengadaan alat Uji kendaraan (kir) dan pembangunan gedung pengujian kendaraan bermotor pada Dinas Perhubungan Kab Sumenep tahun 2004 dengan kerugian Rp 2, 8 miliiar.

Menurut Anwar penyilidikan tiga kasus dugaan korupsi itu dilakukan kurang lebih memakan waktu sekitar 14 hari. "Kita menyelidiki kasus dugaan korupsi waktunya maksimal 14 hari. Kalau lebih cepat lebih bagus. Peningkatan dari tahap penyelidikan ke tingkat penyidikan berarti ada tersangkanya," jelasnya.
n

http://www.surabayapagi.com


Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Bullying di SMA 70 Jadi Tersangka, Tiga Siswi SMA 70 Mangkir dari Pemeriksaan

Penyidik Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polda Metro Jaya telah menetapkan 3 siswi SMA 70 Bulungan sebagai tersangka atas dugaan tindak kekerasan terhadap pelajar kelas I, Novia Yuma Shanti (Vhia). Dalam panggilan yang pertama, ketiganya mangkir dari pemeriksaan.

"Ketiganya sudah ditetapkan sebagai tersangka," kata Kepala Unit PPA Komisaris Polisi Murnila pada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jl Sudirman, Jakarta Selatan, Kamis (20/5/2010).

Ketiga siswi masing-masing bernama Dinar Amanda Trianti, Euodia Josephine Romauli, dan Arvie Amanda Lubis. Ketiga tersangka dijadwalkan untuk diperiksa hari ini. Namun, ketiganya tidak datang.

"Mereka nggak jadi datang," katanya.

Murnila menyampaikan dari ketiga tersangka, baru satu yang mengkonfirmasi alasan ketidakhadirannya.

"Euodia katanya mau nyari sekolah. Kan baru lulus," ungkap Murnila.

Orang tua Euodia yang menyampaikan alasan ketidakhadirannya dalam pemeriksaan, menurut Murnila, akan datang ke Polda Metro pekan depan.

"Katanya Senin (24/5) mau datang," imbuhnya.

Sementara itu, dua siswi lainnya hingga pukul 12.15 WIB, sambungnya, belum mengkonfirmasi apakah akan datang atau tidak. "Yang satu malah alamatnya tidak jelas," tuturnya.

April 2010 lalu, Vhia ditemani ibunya, Rima melaporkan kasus tersebut ke Polda Metro Jaya. Dalam laporan resmi bernomor TBL/1093/IV/2010/PMJ/Dit Reskrimum, Vhia mengatakan telah dianiaya oleh Dinar Amanda Trianti, Euodia Josephine Romauli, Arvie Amanda Lubis. Ketiga terlapor dituntut dengan Pasal 80 Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Vhia dihardik, dipukul dan dicengkram oleh tiga seniornya hingga lebam-lebam hanya gara-gara tidak memakai singlet. Aturan memakai singlet itu diterapkan oleh seniornya, bukan oleh sekolah.

Evi Douren

Sumber
Detikcom - Jakarta

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Pendaftaran RSBI Bergelimang Uang

MALANG, KOMPAS.com - Peredaran uang di hari pertama
pendaftaran seleksi masuk jalur mandiri di lima SMAN berstatus Rintisan
Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) sangat fantastis. Dari 1.542
formulir seharga Rp 150.000 yang terjual, terkumpul uang Rp 231.300.000.

Sejak kemarin, Senin (17/5/2010), sekolah yang membuka jalur ini, yatu SMAN
1, 3, 4, 5, dan 8, diserbu ratusan pendaftar yang jumlahnya melebihi
pagu. Bahkan, tiap sekolah siap mencetak formulir pendaftaran lagi,
karena pendaftaran baru akan ditutup Kamis (20/5/2010).

Kepala
SMAN 4 Tri Suharno mengatakan, pihaknya menyediakan 500 formulir. Namun
kemarin, sudah ada 237 siswa yang membeli formulir di SMAN 4.

“Kami tak membatasi peminat. Kalau formulir kurang ya tinggal digandakan
lagi,” ujar Tri.

Dengan harga formulir Rp 150.000, SMAN 4
setidaknya sudah meraup Rp 35,5 juta. Sementara itu, SMAN 1 menjadi SMA
RSBI yang paling diserbu warga. Kemarin, sudah ada 449 formulir yang
terjual atau mendulang Rp 67,3 juta. Padahal, pagu yang disediakan hanya 176 kursi. Bandingkan dengan di SMAN 3, formulir yang sudah terjual
‘baru’ 330 lembar (Rp 49,5 juta).

Sementara itu, SMAN 5 sukses
menjual 305 formulir dan mengumpulkan Rp 45,7 juta. Di antara kelima
sekolah itu yang paling sedikit meraup uang pendaftaran adalah SMAN 8,
yaitu Rp 33,1 juta karena ‘hanya’ mampu menjual 221 formulir.

Sudah dipredikasi

Membludaknya pendaftar SMA RSBI ini sudah diprediksi sebelumnya. Salah satu pemicunya adalah dibatalkannya syarat bahwa
pendaftar harus memiliki nilai rata-rata minimal 7,5 di 10 mata
pelajaran.

Tri, yang juga Ketua MKKS SMA Negeri Kota Malang,
membenarkan, bahwa dengan dibatalkannya aturan ini, siswa yang nilainya
rendah atau bahkan belum lulus ujian nasional (UN), bisa mendaftar.
Namun, kemarin Tri mengaku belum memeriksa, seberapa banyak siswa dengan nilai rendah yang mendaftar.

Untuk itu, pendaftar pun rela
mengantre lama demi mendapat nomor ujian. “Saya mulai antre pukul 08.30, baru dapat nomor ujian pukul 11 lebih. Tak apalah, yang penting sudah
dapat nomor ujian, biar nggak kepikiran,” kata Amalita Miratus, lulusan
SMPN 5 yang mendaftar di SMAN 1.

Kecemasan pelajar dari gakin itu diungkapkan Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Drs Syaiful Rusdi MPd.
”Memang cuma satu yang mengadu, tapi saya yakin yang cemas tak dapat
masuk RSBI banyak,” kata Syaiful Rusdi.

Rusdi mendesak RSBI mau
menerima siswa miskin tetapi pintar. ”Kan bisa subsidi silang,” papar
Rusdi.

***********

Dikutip dari Kompas.com, dimuat di situs IGI:

http://klubguru.com

Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Polisi Olah TKP 25 Mobil Dibakar dan Dirusak

Polres Mojokerto saat ini sedang melakukan olah TKP terkait dengan peristiwa pembakaran puluhan mobil dalam penyampaian visi-misi Pilkada Mojokerto.

Dari pantauan di lokasi nampak pecahan kaca mobil yang diparkir di halaman kantor DPRD dan Pemkab Mojokerto di jalan A Yani setempat.

Sejumlah undangan yang akan mengambil mobil tidak diperkenankan kepolisian karena masih dilakukan penyelidikan.

"Massa memecah kaca mobil dan melemparkan bom molotov kedalam mobil," ungkap petugas kepolisian setempat, Jumat (21/05/2010).

Dari data yang dihimpun beritajatim.com di lokasi sudah ada sekitar 25 mobil yang rusak karena kaca dipecah massa dan dibakar.

Saat kejadian penyampaian visi dan misi tetap dilanjutkan dan seelah bubaran undangan langsung diamankan oleh petugas kepolisian dengan mobil polisi.

http://www.beritajatim.com


Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Visi-Misi Cabup Rusuh, 17 Mobil Dibakar

Penyampaian visi-misi calon bupati Mojokerto yang digelar di gedung DPRD setempat diwarnai kerusuhan.

Massa pendukung yang menamakam diri Arkam (Aliansi Rakyat Kabupaten Mojokerto) mengamuk. Mereka melempari halaman gedung dewan dengan bom Molotov.

Bukan hanya itu, kerusuhan juga meluas ke halaman pemkab Mojokerto yang notabene bersebelahan dengan kantor dewan. Dihalaman kantor pemkab tersebut massa membakar sedikitnya 17 mobil.

Massa Arkam yang juga pendukung calon bupati yang gagal, yakni KH Dimyato Rasyid, menilai pemilukada di Mojokerto sarat dengan rekayasa.

Aksi itu bermula ketika ratusan massa hendak masuk ke halaman gedung dewan. Namun naas, keinginan mereka harus tertahan barikade aparat.

Dua pihak itu saling ngeyel, praktis saling dorong pun terjadi. Beruntung, 11 orang massa mampu menerobos barikader.

Pada saat yang sama, massa yang gagal masuk gedung dewan marah hingga melempari halaman gedung DPRD dengan bom Molotov.

Petugas langsung siaga. Selanjutnya, massa pendemo lari ke halaman kantor pemkab. Nah, dikantor tersebut massa membakar sekitar 17 mobil yang sedang parkir.


http://www.beritajatim.com


Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......

Buah Tangan, Buah Cinta

Oleh: Sonny Wibisono *

"Mengko ibu mesti, mundhut oleh-oleh, kacang karo roti, Adi diparingi."
-- Kris Biantoro dalam 'Dondong Opo Salak'

SATU patung batu itu masuk ke dalam tas. Sebuah perjalanan panjang
sebenarnya. Sebelum transaksi itu mencapai kata sepakat, tarik ulur soal
harga bikin keduanya ngotot. Si penjual di Prambanan tetap bertahan dengan
harganya. Sedangkan Endang yang telanjur ngiler, ingin sedikit harga lebih
miring lagi. Agar uangnya cukup, begitu pikirnya.

Sebenarnya banyak kerajinan lain, namun Endang sudah kadung jatuh hati pada
patung itu. Ayahnya, yang sudah renta memang sangat menyenangi semua jenis
patung. Patung apa saja. Apalagi yang terbuat dari batu. Hiasan dari batu
menandakan sebuah perjuangan dalam menaklukkan sesuatu, sekaligus bersahabat
dengan alam. Begitu sang ayah menjelaskan secara filosofis pada Endang, anak
paling kecil di keluarganya.

Patung batu itu akhirnya berpindah tangan. Meski untuk itu, tas Endang
terbebani sekitar satu kilogram. Wuih, lumayan berat. Tubuhnya yang kecil
mungil terlihat berupaya keras agar tetap tegap. Di kiri-kanannya ia masih
menenteng Gudeg Kendil dan Bakpia Pathok, makanan khas dari Yogyakarta.

Perjuangan yang dapat dikatakan tidak ringan tentu saja. Teman-teman satu
kantornya hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya. Mungkin pertanda
takjub. Atau bisa jadi tak habis pikir bila teman yang satu ini ternyata
seorang shopaholic. "Ngawur tuh," ujar Endang yang protes bila dirinya
dikatakan demikian. Shopaholic merupakan gejala keinginan berbelanja tanpa
batas, walau sebenarnya tidak terlalu membutuhkan barang-barang tersebut,
kata Endang membela diri.

Endang pun bertutur. Sebenarnya semua barang yang ia bawa pulang sehabis
tugas ke luar kota ini merupakan keinginannya sendiri. Orang tuanya di
rumah, teman-temannya di kantor, atau mereka yang satu kost dengannya, tidak
pernah meminta dibawakan oleh-oleh. "Karena saya cuma ingin memberikan
kesenangan. Lagipula saya kan belum bisa mengajak mereka jalan-jalan.
Oleh-oleh seperti ini moga-moga bikin mereka senang."

Buah tangan atau oleh-oleh adalah kisah khas dari suatu perjalanan.
Tampaknya Endang memahami benar soal yang satu ini. Membawa barang-barang
khas dari daerah yang dikunjunginya, ia yakin dapat membuatnya berbagi
kebahagiaan. Walaupun tentu saja untuk itu dia harus mengeluarkan energi
berlebih, karena bebannya menjadi berat. Dan, uang ekstra yang ia sisihkan
dari gajinya. Tapi ia merasa bahagia sekali.

Rasa cinta dan perhatian pada orang-orang sekelilingnya menjadi pertimbangan
lain bagi Endang. Mereka yang diberi oleh-oleh tentu merasa diperhatikan.
Pergi ke luar kota, sekali pun untuk bekerja, toh ada satu kebahagiaan yang
didapat. Pengalaman lain yang dapat diceritakan kembali pada orang lain,
misalnya.

Pun demikian, mereka yang dihadiahi oleh-oleh, akan senang tiada kepalang.
Senang karena mendapat buah tangan. Senang pula bahwa mereka mendapatkan
perhatian. Bagaimana pun, untuk mendapatkan oleh-oleh, si pembawanya sudah
tentu melakukan usaha yang luar biasa. Membeli bakpia di Yogyakarta, jelas
tak mudah pula. Karena penganan sejenis ini teramat banyak di sana. Mana
yang enak, mana yang murah, sudah tentu harus bertanya-tanya.

Buah tangan dapat pula berarti kebahagiaan yang terbagi rata. Si pembawanya
merasa bahagia. Si penerimanya ikut riang. Bagaimana dengan si penjualnya?
Sama saja. Apalagi bagi mereka yang tergolong pengusaha kecil dan menengah.
Terjualnya barang dagangan mereka memberikan rezeki yang dapat menopang
hidup mereka. Menggairahkan ekonomi kerakyatan, begitu mungkin istilahnya.

Memberikan buah tangan, sekaligus pula melakukan promosi wisata. Meski
dengan skala yang sangat kecil. Tapi bisa jadi, dapat pula memberikan dampak
yang signifikan. Kisah perjalanan ke luar kota atau membeli oleh-oleh yang
dimuat diblog atau ditulis di media cetak, mungkin dapat memberikan
inspirasi bagi para pelancong lainnya untuk melakukan hal serupa. Berkunjung
dan membeli.

Tentu saja ada dinamika yang terjadi dalam melakukan kunjungan wisata.
Misalnya, ada penjual oleh-oleh yang tidak jujur. Menaikkan harga dan
mengakali kualitas. Ya, biarlah mereka yang menanggung semuanya. Toh sebagai
pembeli, paling tidak satu tujuannya untuk berbagi rezeki yang dibawa ke
sana tercapai. Persis seperti filosofi mudik yang tiap tahun terjadi.

Pada akhirnya, membawa buah tangan dari tempat yang kita kunjungi memiliki
dampak yang luar biasa bagi siapa pun. Barangkali, persis seperti yang
terjadi pada saat kita kecil. Betapa senangnya melihat ibu pulang dari pasar
dengan membawakan mainan yang kita inginkan, meski harga dan kualitasnya
tidaklah istimewa betul.

Pulang ke rumah dengan membawa jinjingan seadanya teramat sangat
menyenangkan. Tak perlu mahal dan tak perlu banyak. Anda merencanakan
tamasya akhir pekan ini? Jangan lupa menyiapkan oleh-oleh untuk orang-orang
yang Anda kasihi.

*) Sonny Wibisono, penulis buku 'Message of Monday', PT Elex Media
Komputindo, 2009



Sumber


Mau dapat uang Gratis, dapat kan di http://roabaca.com/forum/index.php/topic,87.0.html
Read More......