Masalah Kebudayaan KHD

Ki Hadjar Dewantara, di pidato “Masalah Kebudayaan” pada saat pemberian gelar Doctor Honoris Causa di UGM pada saat Dies Natalis VII

Janganlah sekali-kali orang mengira bahwa kita harus menolak pengaruh-pengaruh kultural dari dunia luar umumnya dunia barat khususnya. Jangan sekali-kali! Sebaliknya janganlah kita memasukkan bentuk, isi, dan irama dari luar yang tidak perlu. Dalam hal ini kita perlu menunjukkan kepada dunia, bahwa kita cukup bebas dan merdeka serta berdaulat, untuk memilih sendiri segala apa yang kita perlukan. Indonesia bukan Nederland, bukan Inggris, Amerika. Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Makasar, Medan, Padang …… bukan Amsterdam, Leiden, Utrecht, Groningen, bukan juga London, Cambridge, bukan juga kota-kota Universitas Amerika. Memang benar, kita harus meniru segala apa yang baik dari negeri manapun. Ambillah sifat-sifat dasar yang ada di seluruh dunia, yang dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan nasional kita. Sebaliknya rakyat kita harus berani, sanggup dan mampu untuk mewujudkan bentuk sendiri, isi sendiri, irama sendiri, seperti yang layak boleh diharapkan dari bangsa yang telah memasuki Dunia Internasional, tetapi sebagai Bangsa yang Berpribadii. Read More......

Panduan membersihkan abu vulkanik

Panduan membersihkan abu vulkanik di berbagai tempat di sekitar rumah anda. Panduan diperoleh berdasarkan informasi International Volcanic Health Hazard Network (IVHHN).

Hal yang harus dilakukan dalam membersihkan abu vulkanik di luar ruangan:

1. Rencanakanlah hari untuk kerja bakti membersihkan abu bersama tetangga atau komunitas anda. Ingat, koordinasi harus dilakukan.

2. Usahakan untuk berkoordinasi dengan instansi tertentu tentang cara pembuangan abu vulkanik.

3. Selalu Pakai Masker Debu. Jika ada, pakailah masker yang direkomendasikan IVHHN.

4. Pakailah kacamata untuk melindungi mata dari abu vulkanik. Jangan pakai lensa kontak.

5. Basahi abu terlebih dahulu dengan mencipratkan sebelum mengambilnya dengan sekop. Tapi, jangan menambahkan terlalu banyak air.

6. Jangan menyapu abu yang kering. Abu yang tersapu bisa tercampur dengan udara sehingga bisa berbahaya jika terhirup.

7. Abu membuat permukaan menjadi licin. Hati-hati jika membersihkan abu di tangga maupun atap.

8. Kumpulkan abu di kantung plastik yang cukup kuat. Jika ada truk penampung, kumpulkan langsung saja ke truk tersebut.

9. Abu gunung api membuat permukaan menjadi licin. Berhati-hatilah ketika membersihkan abu di tangga atau atap.

10. Hindari membuang abu ke talang, selokan, saluran air maupun taman. Abu bisa menyumbat saluran air tersebut.

11. Jika abu juga terdapat di talang atau saluran air, maka bersihkanlah.

12. Jangan mencampur abu gunung api dengan sampah lainnya. Abu gunung api bisa merusak truk sampah yang membawa sampah anda.

13. Ganti pakaian yang telah digunakan untuk membersihkan abu sebelum kembali memasuki rumah.

Hal yang harus dilakukan untuk membersihkan abu vulkanik di dalam ruangan

1. Pastikan bagian luar ruangan sudah selesai dibersihkan sebelum memulai membersihkan bagian dalam ruangan.

2. Pastikan ventilasi yang baik dengan membuka semua pintu dan jendela sebelum memulai membersihkan

3. Gunakan satu pintu masuk untuk menghindari kontaminasi pada area yang sudah dibersihkan

4. Jangan lupa untuk tetap menggunakan masker

5. Tidak perlu mengajak anak-anak dan binatang piaraan selama membersihkan abu vulkanik. Taruh mereka di tempat yang aman.

6. Basahi dulu abu yang menempel di lantai. Setelah itu kumpulkan dalam kantong plastik yang cukup kuat.

7. Jika hendak membersihkan pakaian dan tirai, sedot dulu abu vulkanik dengan vacuum cleaner. Setelah itu, cuci dengan detergent biasa tanpa perlu menggosoknya terlalu keras. Penggosokan akan merusak kain karena partikel abu vulkanik tajam

8. Bersihkan pakaian sedikit demi sedikit dengan air yang cukup. Pencucian pakaian akan menyita banyak detergent.

9. Jika ingin membersihkan permukaan berbahan kaca, porselen, enamel dan permukaan akrilik, gunakan spons atau kain yang sudah dibasahi dengan air campuran detergent. Hindari menggosok, cukup bersihkan dengan cara mengoles. Gosokan membuat permukaan benda itu tergores.

10. Jika ingin membersihkan permukaan kayu yang dipelitur, sedot dulu abu dengan vacuum cleaner. Setelah itu, bersihkan dengan kain basah dengan cara mengoles.

11. Jika ingin membersihkan lantai, basahi dulu abu dan kumpulkan pada kantong plastik yang cukup kuat. Setelah itu, pel dengan kain bersih dan basah.

12. Jika ingin membersihkan peralatan elektronik, matikan dulu suplai listrik pada alat tersebut. Setelah itu, bersihkan dengan vacuum cleaner.

13. Jangan menggunakan sikat penyapu lantai dan fan selama membersihkan. Hal itu bisa membuat abu melayang ke udara.

14. Beberapa bulan setelah pembersihan, Ac dan filter harus dirawat. Selalau bersihkan kompor dan kulkas, terutama pada saluran udara.

15. Cucilah kain yang digunakan untuk mencuci barang-barang dengan air mengalir. Jangan mengucek atau menggosoknya.

16. Bersihkan ruangan beberapa kali dalam sehari jika cuaca sedang panas.

http://lipsus.kompas.com/merapimeletus/read/2010/11/11/08243492/Panduan.Membersihkan.Abu.Vulkanik
Read More......

Jejak Jahat Amerika

Dalam surat terbukanya kepada Presiden Amerika G W Bush, Ustadz Abu
Bakar Baasyir menyatakan antara lain: Sebagai
penguasa dari negara adidaya, Anda telah menghancurkan dan meruntuhkan
pemerintahan Islam Thaliban, hanya karena berusaha melindungi saudara seiman,
yaitu Usamah bin Ladin yang Anda tuduh sebagai pelaku peledakan WTC dan
Pentagon, 11 September 2001, tanpa bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan
menurut hokum yang adil dan benar.

Sebuah studi yang dilakukan New Hampshire Univ ersity
mengungkapkan bahwa sedikitnya 3.767 warga sipil Afganistan tewas oleh bom yang
dijatuhkan Amerika antara 7 Oktober sampai 10 Desember 2001. Di Irak, agresi
dan pendudukan Amerika beserta sekutunya telah menewaskan sekitar 600 ribu warga
setempat.

Tak heran bila Human Right Report 2002 dan Human
Right Watch di New York dlm laporannya 16 Januari 2002 menyimpulkan: “Amerika
Serikat dan pemerintahan G W Bush adalah pelanggar Hak-hak Asasi Manusia berat
terbanyak di dunia.”

Saat Amerika Serikat merayakan Hari Kemerdekaan 4
Juli 2002, Koran terkemuka Inggris, Daily
Mirror, memuat artikel John Pliger sebagai headline. Dalam tulisannya, Pilger menyebut Amerika sebagai “Negara
Bajingan” (Rogue State).

Di bawah judul Pagi
Hari pada Empat Juli, Pilger menyatakan korban sipil Afganistan yang tewas
akibat bom-bom yang dijatuhkan AS, jauh lebih bayak daripada korban Serangan
WTC 11 September 2001.

Tragedi WTC 911 pun ternyata permainan Amerika.
Faktanya terungkap antara lain lewat buku “Fitnah Itu Akhirnya Terungkap,
Investigasi Peristiwa 11-9 dan Perang Amerika Membasmi Terorisme” (Dr. Albert
D. Pastore PhD). Jerry D. Gray menguak sekaligus dalam tiga buku: “The Hard
Evidence Exposed! The Real Truth” (Fakta Sebenarnya Tragedi 11 September),
“American Shadow Government” (Pemerintah Bayangan Amerika), dan “Bayang-bayang
Gurita”, (Mengungkap Pergerakan Freemason dan Organisasi Anti Islam Dunia).

Berikutnya buku bertajuk “Palestina” (Sejarah,
Perkembangan dan Inspirasi) karya Dr. Muhsin Muhammad Shaleh serta “Perang
Afganistan” karya ZA Maulani, dan “Perang Iraq-AS” terbitan COMES.

Juga lihatlah film-film documenter terbaik sebagai winner of best picture 2004 Cannes Film
Festival seperti “Fahrenheit 9/11”, “911 in Plane Site’, dan “911 Control
Room”.

Meski kejahatan itu tak terbantahkan lagi, Amerika
yang kini dipimpin oleh Barack Obama tetap memelihara kebijakannya atas Irak
dan Afganistan. Tentara Amerika tetap menjadi pembunuh kaum Muslimin.[]ta
Read More......

Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Tersembunyi

Seorang sejarawan pernah berujar bahwa sejarah itu adalah versi atau sudut pandang orang yang membuatnya. Versi ini sangat tergantung dengan niat atau motivasi si pembuatnya. Barangkali ini pula yang terjadi dengan Majapahit, sebuah kerajaan maha besar masa lampau yang pernah ada di negara yang kini disebut Indonesia. Kekuasaannya membentang luas hingga mencakup sebagian besar negara yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara. Namun demikian, ada sesuatu yang ‘terasa aneh’ menyangkut kerajaan yang puing-puing peninggalan kebesaran masa lalunya masih dapat ditemukan di kawasan Trowulan Mojokerto ini. Sejak memasuki Sekolah Dasar, kita sudah disuguhi pemahaman bahwa Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada dalam sejarah masa lalu kepulauan Nusantra yang kini dkenal Indonesia. Inilah sesuatu yang terasa aneh tersebut. Pemahaman sejarah tersebut seakan melupakan beragam bukti arkeologis, sosiologis dan antropologis yang berkaitan dengan Majapahit yang jika dicerna dan dipahami secara ‘jujur’ akan mengungkapkan fakta yang mengejutkan sekaligus juga mematahkan pemahaman yang sudah berkembang selama ini dalam khazanah sejarah masyarakat Nusantara.

‘Kegelisahan’ semacam inilah yang mungkin memotivasi Tim Kajian Kesultanan Majapahit dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan kajian ulang terhadap sejarah Majapahit. Setelah sekian lama berkutat dengan beragam fakt-data arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka Tim kemudian menerbitkannya dalam sebuah buku awal berjudul ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi’. Buku ini hingga saat ini masih diterbitkan terbatas, terutama menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu. Sejarah Majapahit yang dikenal selama ini di kalangan masyarakat adalah sejarah yang disesuaikan untuk kepentingan penjajah (Belanda) yang ingin terus bercokol di kepulauan Nusantara. Akibatnya, sejarah masa lampau yang berkaitan dengan kawasan ini dibuat untuk kepentingan tersebut. Hal ini dapat pula dianalogikan dengan sejarah mengenai PKI. Sejarah yang berkaitan dengan partai komunis ini yang dibuat di masa Orde Baru tentu berbeda dengan sejarah PKI yang dibuat di era Orde Lama dan bahkan era reformasi saat ini. Hal ini karena berkaitan dengan kepentingan masing-masing dalam membuat sejarah tersebut. Dalam konteks Majapahit, Belanda berkepentingan untuk menguasai Nusantara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Untuk itu, diciptakanlah pemahaman bahwa Majapahit yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia adalah kerajaan Hindu dan Islam masuk ke Nusantara belakangan dengan mendobrak tatanan yang sudah berkembang dan ada dalam masyarakat.

Apa yang diungkapkan oleh buku ini tentu memiliki bukti berupa fakta dan data yang selama ini tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Beberapa fakta dan data yang menguatkan keyakinan bahwa kerajaan Majpahit sesungguhnya adalah kerajaan Islam atau Kesultanan Majapahit adalah sebagai berikut:
Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin emas bertuliskan kata-kata Tauhid.
Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Agama Islam adalah agama resmi yang dianut oleh Majapahit karena memiliki Qadhi yang dalam sebuah kerajaan berperan sebagai hakim agama dan penasehat bidang agama bagi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam.
Pada lambang Majapahit yang berupa delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini. Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.
Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang muslim. Hal ini karena Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru Dharmasiksa yang sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan hidup prihatin layaknya ajaran-ajaran suf, sedangkan neneknya adalah seorang muslimah, keturunan dari penguasa Sriwijaya. Meskipun bergelar Kertarajasa Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi bukan lantas menjadi justifikasi bahwa beliau adalah seorang penganut Hindu. Bahasa Sanskerta di masa lalu lazim digunakan untuk memberi penghormatan yang tinggi kepada seseorang, apalagi seorang raja. Gelar seperti inipun hingga saat ini masih digunakan oleh para raja muslim Jawa, seperti Hamengku Buwono dan Paku Alam Yogyakarta serta Paku Buwono di Solo. Di samping itu, Gajah Mada yang menjadi Patih Majapahit yang sangat terkenal terutama karena Sumpah Palapanya ternyata adalah seorang muslim. Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada, seorang ulama Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih di Kerajaan Majapahit. Hanya saja, untuk lebih memudahkan penyebutan yang biasanya berlaku dalam masyarakat Jawa, maka digunakan Gajahmada saja. Dengan demikian, penulisan Gajah Mada yang benar adalah Gajahmada dan bukan ‘Gajah Mada’. Pada nisan makam Gajahmada di Mojokerto pun terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’ yang menunjukkan bahwa Patih yang biasa dikenal masyarakat sebagai Syeikh Mada setelah pengunduran dirinya sebagai Patih Majapatih ini adalah seorang muslim.
Jika fakta-fakta di atas masih berkaitan dengan internal Majapahit, maka fakta-fakta berikut berhubungan dengan sejarah dunia secara global. Sebagaimana diketahui bahwa 1253 M, tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad. Akibatnya, Timur Tengah berada dalam situasi yang berkecamuk dan terjebak dalam kondisi konflik yang tidak menentu. Dampak selanjutnya adalah terjadinya eksodus besar-besaran kaum muslim dari Timur Tengah, terutama para keturunan Nabi yang biasa dikenal dengan ‘Allawiyah. Kelompok ini sebagian besar menuju kawasan Nuswantara (Nusantara) yang memang dikenal memiliki tempat-tempat yang eksotis dan kaya dengan sumberdaya alam dan kemudian menetap dan beranakpinak di tempat ini. Dari keturunan pada pendatang inilah sebagian besar penguasa beragam kerajaan Nusantara berasal, tanpa terkecuali Majapahit.

Inilah beberapa bukti dari fakta dan data yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya Majapahit adalah Kesultanan Islam yang berkuasa di sebagian besar kawasan yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara ini. Sekali lagi terbukti bahwa sejarah itu adalah versi, tergantung untuk apa sejarah itu dibuat dan tentunya terkandung di dalamnya beragam kepentingan. Wallahu A’lam Bishshawab. [sejarah-kompasiana]

http://islamedia-online.blogspot.com/2010/10/kesultanan-majapahit-fakta-sejarah.html?showComment=1288330345582

Salam
tariszuper -pinang-
-ingin terus berbagi sampai akhir hayat-
Read More......

Menteri-Kepala Daerah Dilarang Mutasi Pegawai

Rancangan Undang-Undang Kepegawaian yang diinisiasi DPR-RI baru memasuki konsultasi dengan ahli. Salah satu usulan yang mencuat adalah pembatasaan kewenangan menteri atau kepala daerah melakukan mutasi pegawai. Ini karena, kewenangan pejabat untuk melakukan mutasi acapkali digunakan untuk keuntungan pribadi maupun intervensi politik.

Hal tersebut disampaikan oleh mantan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Sofian Effendi di depan anggota Komisi II DPR, kemarin (2/11). Dalam paparannya, promosi jabatan struktural di lingkungan birokrasi pemerintahan terlalu diintervensi oleh pejabat negara. Menteri dan kepala daerah sebagai pejabat pembina kepegawaian memiliki kewenangan yang berlebihan dalam melakukan mutasi.
"Ke depan, tidak boleh lagi. Karena mereka (menteri dan kepala daerah) adalah jabatan politik," kata Sofian. Posisi menteri dan kepala daerah tidak bisa lagi campur tangan dalam proses pembentukan aparatur. Ini penting supaya ke depan bisa terbentuk aparatur pemerintahan yang sifatnya profesional.
Menurut Sofian, pejabat politik bisa memiliki kepentingan dalam memberhentikan, mempromosikan ataupun menggabti pegawai dari jabatan sebelumnya. Posisi itu tidak ideal, karena praktik intervensi itu bisa berlanjut pada periode selanjutnya. "Yang bisa melakukan promosi, pemberhentian, penggantian seharusnya adalah pejabat karier dengan pangkat tertinggi," sebut Sofian.
Dihilangkannya kewenangan sebagai pejabat pembina kepegawaian, juga penting demi membentuk aparatur yang professional. Keinginan pemerintah menciptakan reformasi birokrasi, harus dimulai dari sumber daya manusia yang bebas dari intervensi politik. "Kalau sekarang, pengisian jabatan kerap mengabaikan objektivitas, kualitas dan transparansi," jelasnya.
Jika direalisasi, kata Sofian, UU Kepegawaian yang baru nanti bisa jadi momentum reformasi birokrasi. Posisi sekretariat jenderal ataupun sekretariat nantinya menjadi vital untuk menentukan reformasi birokrasi pemerintahan.
Anggota Komisi II DPR Rusli Ridwan sepakat dengan usulan tersebut. Dia menambahkan, posisi menteri atau kepala daerah saat ini sangat mungkin terdapat intervensi untuk mendukung kepentingan politiknya. Pejabat politik tanpa alasan logis bisa memutasi, mempromosikan atau mengangkat aparat sehingga semuanya tidak didasarkan pada merit sistem. "Ada kepala SD itu bisa jadi kepala dinas. Ada guru SMA, sebentar jadi kepala sekolah lalu jadi kepala dinas. Jadi banyak hal yang sesuatu janggal," jelasnya.
Intervensi politik itu, kata Rusli, kerap kental terjadi di satu tempat. Misalnya saja, ketika seorang pegawai tidak mau menjadi tim sukses pejabat yang bersangkutan. Karier pegawai yang menolak tersebut dapat saja dipangkas.(bay)
Sumber: Palembang, Sumatera Ekspres
Read More......

Kemdiknas Jadi Percontohan Kementerian Antikorupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan menjadikan Kementerian Pendidikan Nasional percontohan kementerian antikorupsi. Sebelumnya, Kementerian Pertanian sudah menjadi percontohan antikorusi.

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh, mengatakan, kesiapannya perihal rencana percontohan kementerian antikorupsi. Dia mengungkapkan, dengan dinyatakan sebagai wilayah antikorupsi, maka akan memberikan kebahagiaan tidak hanya untuk Kemdiknas tetapi juga kepada semua masyarakat.

“Kalau ada yang nggak siap, berarti dia korup,” ujar M Nuh di Kantor Kemdiknas, Jakarta, Senin (4/10).

Menurut Wakil Ketua KPK Bidang Pencegahan, Haryono Umar, dijadikannya Kemdiknas sebagai kementerian percontohan antikorupsi sejalan dengan pendidikan antikorupsi yang dilaksanakan KPK-Kemendiknas.

Dalam waktu dekat, imbuh Haryono, Kemdiknas akan menyediakan wilayah di lingkungan perkantoran Kemdiknas sebagai simbol wilayah antikorupsi. “Kami harap langkah ini dapat membiasakan budaya antikorupsi di masyarakat,” tutupnya.

Red: Endro Yuwanto
Rep: Annisa Mutia
Read More......

Kabinet dan Pendidikan

Setahun sudah Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II yang dipimpin
SBY-Boediono berjalan. Adakah perubahan yang dicapai bidang pendidikan
selama periode ini?

Tentu dibutuhkan catatan panjang untuk mengevaluasi secara menyeluruh.
Namun, setidaknya ada tiga hal yang ingin saya bicarakan di sini:
perubahan yang menunjukkan kemajuan, perubahan yang menunjukkan
kemunduran, dan masalah-masalah dasar yang terdapat dalam sistem
pendidikan.

Di antara hal-hal yang menunjukkan kemajuan, saya mencatat antara
lain—meski juga banyak dikritik—adalah banyaknya sekolah yang berhasil
mendidik murid-muridnya mencapai prestasi internasional. Hal ini
terutama ditunjukkan dalam berbagai olimpiade, terutama matematika dan
IPA.

Kemajuan lain adalah berdiri atau berkembangnya sekolah-sekolah elite
di sejumlah kota besar di Indonesia: Bandung, Yogyakarta, Semarang,
Surabaya, Malang, Medan, dan kota-kota lainnya. Di antara
sekolah-sekolah jenis ini, ada yang dinamakan rintisan sekolah
berbasis internasional (RSBI) dan sekolah berbasis internasional
(SBI).

Tetapi, apa definisi kata ’’internasional’’ dalam konteks ini? Sejauh
ini, tidak begitu jelas. Masyarakat tampaknya mempunyai tafsir yang
berbeda-beda. Ada yang melihat penggunaan bahasa Inggris menjadi
petunjuk utama ’’keinternasionalan’’. Tapi ada juga yang memandang
status tersebut hanya dari sudut simbolis seperti seragam atau
kemegahan gedungnya saja. Harapan saya, gagasan mengembangkan sekolah
elite perlu diiringi upaya sungguh-sungguh untuk mewujudkan kualitas
yang baik seperti namanya.

Kemunduran

Di samping perubahan-perubahan menggembirakan, terlihat juga perubahan
yang menunjukkan kemunduran. Paling mendasar dari gejala ini adalah
bertambah besarnya jumlah anak-anak miskin yang tidak mampu
bersekolah. Persentase penduduk miskin masih sangat tinggi dan karena
itu persentase siswa-siswa yang tidak mampu menyelesaikan pendidikan
menengah pertamanya—karena kemiskinan—juga sangat tinggi. Jumlah
sekolah telantar dan memprihatinkan masih banyak di sejumlah daerah
dan tidak ada tanda-tanda pemerintah turun tangan.

Kenyataan ini antara lain memicu munculnya lembaga-lembaga pendidikan
nonformal yang kemudian disebut lembaga pendidikan alternatif.
Sebagian lembaga pendidikan alternatif hadir sebagai reaksi atas
ketidakjelasan beragam kebijakan dalam menghasilkan mutu lulusan
berkualitas. Tapi, yang terbanyak, lembaga-lembaga itu digagas untuk
mengakomodasi kepentingan belajar warga miskin.

Dalam pada ini kita juga melihat kesenjangan terus meningkat. Secara
umum, kesenjangan terkait mutu guru dan ketersediaan fasilitas
pembelajaran yang memadai. Memang banyak sekolah dengan fasilitas
baik, tapi mutu gurunya jauh dari harapan. Sebaliknya, tak sedikit
sekolah yang kurang mendapat perhatian pemerintah, guru-gurunya
berhasil menunjukkan inovasi atau terobosan positif.

Harapannya tentu, sekolah-sekolah mendapatkan fasilitas pembelajaran
memadai dan kualitas guru-gurunya terus ditingkatkan. Jika tidak,
keadaannya akan seperti saat ini: kesenjangan antara sekolah-sekolah
elite dan sekolah-sekolah telantar makin lama kian besar. Tidak
terlihat pula usaha-usaha yang cukup nyata dan meyakinkan dari
pemerintah untuk memperkecil kesenjangan ini.

Lalu apa yang akan terjadi sepuluh tahun akan datang kalau kesenjangan
dua jenis sekolah ini tidak juga berkurang?

Masalah-masalah dasar

Salah satu masalah dasar dalam pendidikan Indonesia ialah tidak adanya
hubungan yang erat antara birokrasi pendidikan dan masyarakat
pendidikan di luar birokrasi. Keputusan-keputusan penting dalam
pendidikan sampai sekarang lebih banyak dilakukan birokrasi, sementara
masyarakat pendidikan tidak cukup memahami maksud kebijakan-kebijakan
baru dalam pendidikan.

Salah satu contoh yang sangat klise adalah ujian nasional. Meski
banyak dipersoalkan, birokrasi memutuskan tetap meneruskan kebijakan
ujian nasional. Masyarakat pendidikan pada umumnya mengeluhkan
keputusan pemerintah. Saya sendiri secara pribadi sejak tahun 1970
menentang model ujian nasional. Prinsip saya: yang mampu mengevaluasi
kemajuan murid adalah guru-guru yang mengajar mereka sehari-hari.
Bukan orang dari luar.

Masalah dasar lainnya ialah kurikulum sekolah yang kelihatan sukar
sekali berubah. Dalam hal ini sekolah kita dan pendidikan Indonesia
berwatak konservatif. Konservatisme memang perlu untuk mengimbangi
progresivisme yang tanpa arah. Akan tetapi, kalau kita terlampau
konservatif, kita akan menjadi kaku, murid-murid kita akan menjadi
manusia Indonesia yang kaku dalam belajar.

Dalam hubungan ini perlu disebutkan agaknya bahwa kelebihan
sekolah-sekolah Indonesia dahulu ialah sifat konservatif yang sehat.
Anak-anak lulusan sekolah menengah Indonesia, ketika belajar di luar
negeri, pada umumnya mampu meraih hasil yang cukup baik. Banyak
misalnya lulusan IAIN—sekarang UIN—yang berlatar sekolah
agama/pesantren berhasil dalam studinya di luar negeri hampir di
berbagai bidang. Tahun 1950-an banyak yang memandang rendah IAIN. Tapi
ketika ada lulusannya mendapat PhD jurusan biologi di IPB, misalnya,
orang kemudian sadar bahwa ada konservatisme yang sehat. Ini dapat
kita jadikan contoh untuk mencari sikap yang lebih sehat bagi
pendidikan Indonesia masa datang.

Masalah mendasar lainnya, pendidikan Indonesia masih saja sangat
menekankan pendidikan pengetahuan (transfer of knowledge) dan tidak
cukup memberi perhatian kepada pemupukan keterampilan (formation of
skills) dan pembinaan watak (character building).

Memang kata pembinaan watak atau character building selalu digunakan,
tapi tidak diterjemahkan menjadi tindakan pendidikan yang cukup nyata.
Pendidikan watak lebih banyak diberikan dalam bentuk khotbah-khotbah
tentang manusia yang mulia, manusia beriman dan bertakwa, dan betapa
mengerikannya nasib manusia-manusia tersesat.

Catatan akhir

Perlu kita sadari bahwa kemajuan, kemunduran, dan banyaknya masalah
mendasar pendidikan tidak dapat dipandang sebagai hasil kerja KIB
Jilid II semata. Kita semua bertanggung jawab. Dinamika dalam
pendidikan selalu terjadi setelah terkumpulnya tenaga-tenaga
peremajaan (rejuvenation of power) dalam waktu lama. Karena saya
percaya, there’s no instant progress in education.

Sekarang, terserah kepada kita, kepada birokrasi pendidikan dan
masyarakat pendidikan seluruhnya: apa yang diinginkan untuk Indonesia
di masa depan? Tetap menjadi bangsa yang konservatif, menjadi bangsa
dinamis tetapi tanpa arah, atau menjadi bangsa yang terus-menerus atau
secara konsisten menuju kemajuan dan perbaikan. Jawabnya ada di tangan
kita.

Mochtar Buchori Pengamat Pendidikan
Read More......

Musik yang Tidak Melalaikan

Dewasa ini nyaris tidak ada orang
yang tidak mengenal Musik dalam berbagai bentuknya. Musik hadir tidak Cuma di
acara seni, budaya atau pesta, namun juga di upacara kenegaraan, olahraga,
berita televise, hingga acara keagamaan. Kalau di agama Nasrani atau Hindu, Musik
memang dari dulu bagian integral dari ritual. Namun meski tidak menjadi rukun
ibadah, makin banyak acara keIslaman yang diiringi dengan Musik. Alhamdulillah, belum perlu ada shalat
atau khutbah yang diiringi musik. Kalau seperti itu jelas bid’ah. Namun cobalah
tengok berbagai majelis dzikir, tabligh akbar atau istighotsah. Makin banyak
suara Musik yang menjadi latar agar persiapan lebih syahdu, agar pergantian
acara lebih segar, atau agar suasana do’a lebih berkesan.

Sebagian orang menyangka bahwa Musik
memang terkait hadharah, dan orang Islam tidak pantas ikut-ikutan. Sebagian
ulama bahkan dengan tegas mengharamkan Musik. Namun kalau kita merujuk kepada
nash, akan ditemukan sejumlah dalil bahwa Rasul membolehkan bahkan menganjurkan
memainkan Musik, seperti saat hari raya atau saat ada pesta pernikahan. Tentu
saja, kehalalan ini bersyarat, yakni tidak ada isi lagu atau syair yang
bertentangan dengan Islam, tidak ada aurat yang dipamerkan, tidak ada ikhtilat
(campur aduk antara laki-laki dengan perempuan yang bukan mahram) dan tidak
menghabiskan waktu dengan Musik sampai melalaikan berbagai kewajiban syar’i.
Kalau syarat ini tidak dipenuhi, niscaya Musik itu akan melalaikan manusia dari
cahaya iman, dari dakwah, dari jihad, bahwak dari memenuhi kewajiban
fardhiyahnya. Musik jadi isi hidupnya. Musik bermetamorfosisi menjadi agamanya.
Dan para musisi menjadi para Nabi atau bahkan Tuhan yang disembahnya. Inilah
yang terjadi di dunia Barat sekarang ini.

Ketika Khilafah Islam jaya, musik
tidak pernah menjadi sesuatu yang melalaikan. Bahkan kaum Muslimin pernah ikut
berkontribusi dalam teknologi musik.

Sejumlah besar alat musik yang
dipakai di musik klasik Barat dipercaya berasal dari alat musik Arab. Lute berasal dari “al-‘ud”, rebec (pendahulu dari violin) dari “rabab”, guitar dari “qitara”, naker dari “naqareh”, adufe dari “al-duff”, alboka dari “al-buq”, anafil dari “al-nafir”, ezabeba (flute) dari “al-syabbaba”, atabal (bass drum) dari “al-tabl”, atambal dari “al-tinbal”, sonajas de azofar dari “sunuj al-sufr”,
dan masih puluhan alat musik lainnya yang ternyata berakar dari alat musik
Arab.

Mengapa bisa demikian? Apakah
karena emmang orang Arab dulu senang dengan musik? Ternyata kalau Cuma itu
halnya, pastilah musik mereka tidak akan mendunia.

Penyebabnya ada dua: pertama, adalah kenyataan bahwa musik
Arab itu dimainkan oleh masyarakat dari negeri yang luar biasa. Negeri Daulah
Khilafah saat itu kenyataannya adalah Negara paling kuat, paling adil, dan
paling makmur di muka bumi. Maka orang-orang asing, termasuk orang-orang Barat
sangat ingin meniru apa saja yang mereka lihat di negeri itu. Karena aqidah
tidak kasat mata, yang kasat mata antara lain adalah alat musik, maka mereka
meniru musik ini. Fenomena ini mirip saat ini banyak orang-orang dari negeri
Muslim yang ingin meniru musik apa saja dari Amerika, yang diyakininya masih
sebagai Negara paling kuat, paling demokratis dan paling makmur di muka bumi.

Kedua, adalah kenyataan bahwa teori musik banyak ditemukan oleh
orang Islam. Meninski dalam bukunya Thesaurus
Linguarum Orientalum (1680) dan Laborde dalam tulisannya Essai sur Ia Musique Ancienne et Moderne
(1780) sepakat bahwa asal-muasal notasi musik Solfege (do, re, mi, fa, sol, la, si) diturunkan dari huruf-huruf
Arab sistem ‘solmization” Durar-Mufassalat (dāl, rā’, mīm, fā’, ād, lām, tā’) yang
bermakna “mutiara yang terpisah”. Setiap huruf memiliki frekuensi getar dalam
perbandingan logaritmis dengan huruf sebelumnya. Maka tak heran bahwa di zaman
peradaban Islam, para penemu teori musik ini umumnya juga matematikawan.

Kehebatan
musik dari Negara Khilafah bertahan sampai abad-18 M, yakni ketika militer
Utsmaniyah sebagai militer terkuat di dunia memiliki marching band yang hebat, bahkan ini dianggap marching band militer tertua di dunia. Orang Barat menyangka, bahwa
semangat jihad yang menyala-nyala dari tentara Utsmaniyah ini ditunjang atau
bahkan dilahirkan oleh musik militernya. Padahal sejatinya, aqidah Islam dan
semangat mencari syahidlah yang membuat militer ini jadi hebat. Ketika
belakangan aqidah dan semangat mencari syahid ini mengendur, militer ini
tinggal marching-band-nya saja yang
hebat.

Marching-band ini
dijuluki dengan istilah Persia “Mehler”. Instrument yang digunakan oleh Mehler
adalah Bass-drum (timpani), Kettledrum (nakare), Frame-drum (davul), Cumbals
(zil), Oboes, Flutes, Zuma, “Boru” (semacam terompet), Triangle dan “Cevgen”
(semacam tongkat kecil yang membawa bel). Marching-band
militer ini menginspirasi banyak bangsa Barat, bahkan juga menginspirasi para
komponis orkestra Barat seperti Wolfgang Amedeus Mozart (1756-1791) dan Ludwig
van Beethoven (1770-1827).

Prof. Dr. Ing.Fahmi
Amhar

Read More......

Bahasa Asing di RSBI Tidak Efektif

Bahasa asing sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah yang
berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional di Indonesia berjalan tidak
efektif. Ini disebabkan tidak ada standar pengajaran yang jelas sehingga metode
pengajaran bahasa asing setiap guru berbeda.

Hal itu dikemukakan Head of English Development British Council Danny Whitehead
yang memaparkan hasil penelitian Stephen Bax dari University of Bedfordshire,
Inggris, di konferensi internasional ”Language, Education, and Millenium
Development Goals (MDGs)”, Kamis (11/11) di Bangkok, Thailand.

”Setiap guru di satu sekolah yang sama bisa saja metode pengajaran dengan bahasa
Inggrisnya berbeda-beda. Ini disebabkan tidak ada panduan dan standar pengajaran
yang jelas,” ungkap Whitehead.

Hasil penelitian itu juga menyebutkan, penggunaan bahasa asing tidak efektif
karena jumlah guru yang memiliki kemampuan mengajar dalam bahasa Inggris kurang
dari 25 persen. Mayoritas guru hanya sekadar bisa berbicara dalam bahasa
Inggris.

”Mahir bicara dalam bahasa Inggris dan mampu mengajar dalam bahasa Inggris jelas
dua hal yang berbeda. Guru harus dilatih secara khusus untuk bisa mengajar
dengan bahasa Inggris,” kata Whitehead.

Tak harus RSBI

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, kata Whitehead, tidak perlu melalui
pendirian rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI). Justru akan lebih
efektif jika pemerintah memusatkan perhatian pada metode dan proses pengajaran,
baik di RSBI maupun non-RSBI. Bahkan, RSBI sebenarnya bisa mengembangkan
kurikulumnya sendiri dengan tetap berdasarkan kurikulum nasional dan tidak perlu
mengambil mentah-mentah dari negara lain. ”Jangan justru mendahulukan keuntungan
ekonomi yang dapat diperoleh,” kata Whitehead.

Hal senada diutarakan konsultan pendidikan di British Council Indonesia, Hywel
Coleman. Ia mengaku khawatir RSBI justru menciptakan diskriminasi pendidikan
yang semakin lebar. Apalagi kurikulum RSBI sebagian diambil dari sekolah luar
negeri.

”Biaya pendidikan di RSBI sebenarnya bisa murah jika kurikulum yang digunakan
kurikulum buatan sendiri,” kata Coleman.

Ia khawatir akan banyak anak yang tidak bisa menikmati pendidikan berkualitas
baik, seperti di Pakistan dan Thailand.

Karena sudah telanjur harus ada sesuai undang-undang, Whitehead dan Coleman
menyarankan agar pemerintah mengawasi dan mengevaluasi RSBI, terutama
efektivitas dalam pengajaran menggunakan bahasa Inggris.

”Sampai saat ini belum ada evaluasi menyeluruh dari pemerintah tentang RSBI,”
kata Whitehead. (LUK)
Read More......

INDONESIA TERGOLONG NEGARA MAJU

Tiga negara, yaitu Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Indonesia berlomba-lomba
menentukan siapa di antara mereka yang lebih dulu menggunakan teknologi canggih.
Mereka meneliti keadaan tanah negaranya
masing-masing untuk melihat siapa di antara mereka yang terhebat di masa yang
lalu.

Di AS, tim peneliti menemukan kabel tembaga setelah penggalian mencapai 1.000
meter. Maka tim Amerika dengan bangganya menyimpulkan bahwa 1.000 tahun yang
lalu di Amerika telah dibangun jalur telepon dengan memakai tembaga.

Di Inggris, tim peneliti menemukan serpihan kaca setelah penggalian mencapai
1.500 meter. Maka tim Inggris dengan bangganya menyimpulkan bahwa 1.500 tahun
yang lalu di Inggris telah dibangun jalur komunikasi dengan memakai serat optik.

Di Indonesia, tim peneliti sudah menggali hingga 2.000 meter namun tidak
menemukan apa-apa. Lalu dengan bangganya tim Indonesia menyimpulkan bahwa 2.000
tahun yang lalu komunikasi di Indonesia telah
menggunakan nirkabel.
Read More......

Medali emas di olimpiade sains internasional dan sistem ranking di dunia pendidikan kita

Assalaamu'alaikum, wr, wb.

Kita sering bangga mengetahui berita keberhasilan siswa Indonesia
mendapatkan medali di event olimpiade sains internasional. Kebanggaan itu
menjadi penyejuk dan pemberi asa akan masa depan bangsa kita, terutama di
tengah tengah berita berita buruk yang terjadi di masyarakat kita yang
kadang membuat kita seperti putus asa atas masa depan bangsa Indonesia.

Tetapi, tahukah anda bahwa sistem pemberian medali emas, perak dan perunggu
di olimpiade sains tidak seperti di olimpiade olahraga yang biasa kita kita
kenal ?

Berbeda dari olimpiade olahraga yang hanya memberikan satu emas, satu perak
dan satu perunggu untuk setiap perlombaan, Olimpiade sains memberikan
penghargaan medali emas, perak, dan perunggu kepada lebih dari tiga
peserta. 10 % siswa dengan nilai tertinggi berhak mendapatkan medali emas.
20% siswa berikutnya mendapatkan medali perak, dan 30% berikutnya
mendapatkan medali perunggu. Dengan demikian, 60% peserta pasti akan
mendapatkan medali emas, perak atau perunggu. Di luar top 60% itu, ada para
peserta yang akan mendapatkan sertifikat penghargaan semacam "juara
harapan"; dan sisanya akan mendapatkan piagam penghargaan sebagai "peserta".

http://en.wikipedia.org/wiki/International_Chemistry_Olympiad

So, what gitu loh ?! :)

Sebagian besar di antara kita tentu akan bergumam, "ooo, ternyata begitu,
tho." dan sejurus kemudian, sisi negatif thinking kita akan berkata, "wah,
ternyata tidak sulit untuk mendapatkan medali di olimpiade sains
internasional." Dan tiba tiba, kita tidak lagi bangga dengan medali medali
yang diraih anak anak kita di olimpiade sains internasional tsb.

Negatif thinking itu menurut saya adalah buah dari sistem ranking yang
diterapkan di sekolah sekolah di negeri kita. Sejak kecil, anak selalu
diranking terhadap anak yang lain. Perankingan itu selalu menghasilkan n
posisi juara nomor x, dimana x adalah bilangan bulat positif dan n adalah
jumlah siswa. Dengan demikian, hanya ada satu orang juara satu, satu orang
juara dua, dan seterusnya, hingga pasti ada satu orang juru kunci juara
ke-n.

Dengan sistem seperti ini, maka hanya segelintir siswa saja yang mendapatkan
apresiasi. Mayoritas siswa tidak mendapatkan apresiasi; tidak peduli
betapapun keras usaha mereka, betapapun tinggi nilai mereka. Mereka tidak
mendapatkan apresiasi dari guru, dan dari masyarakat atas apapun yang mereka
capai, kecuali juara 1, 2 atau 3. Apresiasi menjadi barang langka bagi
siswa. Celakanya, orang tua pun juga memiliki pandangan yang sama. Mereka
ikut ikutan pelit memberikan apresiasi thd anak mereka karena anak mereka
"tidak mendapat ranking". Mayoritas anak Indonesia tumbuh dalam suasana
miskin apresiasi karena guru, orang tua, dan masyarakat sangat pelit dalam
memberikan apresiasi.

Kelak, ketika dewasa, anak anak itu juga akan pelit memberikan apresiasi.
Anak anak itu adalah kita kita sekarang ini. Kita yang tiba tiba turun -atau
bahkan hilang seketika- respek dan apresiasi kita untuk anak kita yang
berhasil meraih medali perunggu, perak, bahkan emas sekalipun di olimpiade
internasional; semata mata karena sekarang kita menjadi tahu bahwa bisa jadi
anak peraih medali perunggu itu adalah ranking 60 dari 100 peserta, bisa
jadi peraih medali perak itu adalah ranking 30 dari 100 peserta, dan bisa
jadi peraih medali emas itu "hanya" ranking 10 dari 100 peserta. Sungguh
celakalah diri kita !

Hari ini, 4 anak saya mengenyam pendidikan sekolah dasar dan menengah di
Kanada. Negara yang masuk dalam kategori negara maju. Maukah saya
beritahukan kepada Anda rangking berapa anak saya di sekolah mereka? Tidak
ada satupun anak saya yang "mendapatkan ranking". Apakah saya kecewa dengan
prestasi mereka? Tidak. Mengapa? Karena sistem pendidikan di Kanada sini
tidak mengenal ranking. Tidak ada ujian kenaikan kelas. Tidak ada ujian
akhir semacam EBTANAS atau UAN.

Semua siswa diapresisasi sesuai dengan attitude mereka, kemauan mereka untuk
terus belajar, mencintai dan peduli kepada teman, guru, orang tua dan
lingkungan mereka. Kemampuan akademik siswa tidak diranking thd sesama
siswa, tetapi thd pencapaian standar kurikulum. Ketika semua siswa telah
mencapai standar kurikulum yang disesuaikan dengan kemampuan "alami"
individu siswa, maka semua siswa adalah sang juara.

Mereka menjadi juara bukan karena bisa mengalahkan teman mereka; karena
teman memang bukan untuk dikalahkan. Mereka menjadi juara karena mereka
mampu menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka dengan baik dan
benar. Mereka menjadi juara karena mereka bisa mengalahkan unsur unsur
negatif dari diri mereka: kemalasan, selfishness, akhlak yang buruk, dan
lain lain. Mereka menjadi juara karena mereka mau belajar untuk menjadi
manusia yang baik.

Apakah hanya Kanada yang tidak menerapkan sistem ranking? Tidak. Konon
kebanyakan negara maju memang tidak meranking siswa thd siswa lainnya. Dan
buktinya, olimpiade sains internasional memberikan penghargaan kepada semua
peserta olimpiade. Bukan karena fakta bhw mereka adalah siswa terbaik dari
negerinya masing masing, tetapi karena tujuan dari pendidikan dan acara
olimpiade itu sendiri adalah mendorong kecintaan para siswa kepada sains.
Bukan untuk saling mengalahkan, tetapi untuk bersama sama menjadi sang
juara, yaitu mereka yang gemar berfikir, mau meninggalkan kemalasan dan mau
bersilaturahmi dengan teman teman mereka dari seluruh penjuru dunia.

Mudah mudahan sistem ranking di sekolah sekolah di Indonesia segera lenyap.

Setujukah anda dengan do'a saya ini?

Wassalam,

Rois Fatoni
Dosen Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Surakarta
Read More......

Musyawarah Guru Mata Pelajaran TIK Brebes Menggebrak Open Source

Pada tanggal 23 Oktober 2010, barangkali untuk pertama kalinya dalam
sejarah sebuah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) TIK mengadakan
seminar / workshop untuk mendalami open source. Sebuah gerakan bersejarah
dilakukan oleh para guru-guru TIK SMP dari 17 kecamatan di Brebes dan
sekitarnya yang tergabung di Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
TIK atau pada Web http://www.mgmptikbrebes.com. Terutama untuk mengadopsi
kurikulum pelajaran TIK SMP yang ada di Buku Sekolah Elektronik (BSE) TIK
yang bisa di ambil gratis di http://bse.telkomspeedy.com/e-buku/.

Walaupun kurang memperoleh dukungan dana dari DIKNAS / Dinas Pendidikan
karena mata pelajaran TIK memang bukan mata pelajaran Ujian Negara (UN),
barangkali untuk pertama kalinya sebuah MGMP TIK di Indonesia
menyelenggarakan seminar dan pelatihan tingkat nasional yang bertema
“Lebih Dekat dengan Linux dan Open Source Software – Menuju Kemandirian
ICT Sekolah” yang diadakan oleh MGMP TIK SMP/MTs Kabupaten Brebes pada
tanggal hari Sabtu 23 Oktober 2010 di Hotel Jaya Brebes. Seminar dan
pelatihan open source tingkat nasional ini yang pertama kali di Indonesia
yang diadakan oleh MGMP, sebuah semangat yang luar biasa dari guru-guru
TIK SMP/MTs di Kabupaten Brebes yang patut di tiru dan diikuti oleh MGMP
lain di seluruh Indonesia.

Materi pelatihan mulai dari pengenalan open source software, menginstalasi
Distro SchoolOnffLine supaya sekolah bisa memberikan pelajaran Internet
tanpa Internet, memperkenalkan cara membuat Blog, Wiki, e-mail lokal di
sekolah hingga aplikasi pendidikan yang di bundel dalam IPTEKNUX, beberapa
yang menarik perhatian para peserta mulai dari TuxPaint, TuxMath untuk
anak SD belajar matematika, Kgeography untuk SMP belajar Geography,
KANAGRAM untuk belajar bahasa inggris hingga yang canggih seperti
Stellarium atau Kstar untuk mempelajari alam semesta, scilab untuk membuat
virtual laboratorium, gchemical untuk merancang molekul kimia dll. Semua
dapat diperoleh secara cuma-cuma karena menggunakan software open source.
Peserta pelatihan open source di Brebes tersebut membludak dihadiri lebih
450 peserta yang berasal dari kalangan guru, mahasiswa, pelajar, dosen,
praktisi IT, dan dari kalangan umum. Peserta berasal dari berbagai wilayah
Indonesia seperti Surabaya, Jombang, Jakarta, Bandung, Serang, dan kota
lain di Indonesia. Dalam kegiatan ini, terlihat antusiasme yang tinggi
dari para peserta seminar untuk menggunakan dan mengembangkan open source
khususnya dalam bidang pendidikan. Sebagai nara sumber adalah Onno W.
Purbo.

Menurut ketua penyelenggara Budi Sigit Purwono, S.Pd.Si. yang juga selaku
ketua MGMP TIK Kabupaten Brebes, kegiatan ini bertujuan memperkenalkan
Linux dan open source lebih dekat terutama para kalangan guru TIK. Guru
TIK memiliki posisi yang strategis dalam mengenalkan open source kepada
siswa/pelajar sehingga mengurangi ketergantungan peserta didik terhadap
program berlisensi, yang bermuara pada kecenderungan melakukan pembajakan
yang melanggar UU Hak Cipta. Dengan menggunakan open source, pengguna
dapat mengembangkan dan memodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pengguna. Pak Budi Sigit Purnomo bisa di hubungi melalui
bhoedi_sp@lycos.com atau hp 081548111011

Dengan semakin siapnya para guru dan sekolah di Kabupaten Brebes dengan
sistem operasi open source, akan memudahkan adopsi Buku Sekolah Elektronik
TIK http://bse.telkomspeedy.com/e-buku dalam mata pelajaran TIK. Bukan
mustahil dalam waktu dekat soal ulangan dan ujian TIK di Kabupaten Brebes
akan berbasis open source dan tidak lagi mengacu pada software
proprietary. Semoga hal ini dapat di ikuti oleh MGMP TIK di Kabupaten /
Kecamatan lain di Indonesia. Semoga dapat melepaskan bangsa Indonesia dari
ketergantungan pada software proprietary yang menyedot devisa.
Read More......

Empat Syarat Kelulusan UN Dihapus

Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas) tahun depan tidak akan menggunakan empat syarat kelulusan
layaknya ujian nasional (UN) tahun ini.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendiknas Mansyur
Ramli mengatakan, berdasarkan rapat dengan Panitia Kerja (Panja) UN Komisi X
DPR dengan Kemendiknas Rabu (20/10) lalu DPR menuntut pemerintah untuk
menghapus empat syarat kelulusan UN yang digunakan tahun ini.

Empat syarat kelulusan itu yakni menyelesaikan seluruh program pembelajaran,
memperoleh nilai baik dalam mata pelajaran agama dan akhlak mulia, lulus
ujian sekolah, dan lulus UN di mana standar nilai kelulusan UN dipatok
rata-rata 5,5 untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris,
matematika,biologi,dan fisika.

“Syarat kelulusan yang terdiri dari empat syarat dan sudah digunakan pada
pelaksanaan UN tahun 2010 dinilai sudah tidak cocok jika digunakan kembali
di pelaksanaan UN 2011,” katanya Kamis (21/10). Karena itu,lanjut
Ramli,pihaknya kini tengah menggodok suatu formula baru sebagai acuan
standar kelulusan UN tahun depan. Namun, pihaknya belum mau menyebut formula
yang tengah disusun. Lebih lanjut Mansyur menambahkan, jika rekomendasi baru
Kemendiknas disetujui oleh Panja UN, pihak Kemendiknas segera mengakomodir
dengan seluruh satuan pendidikan di masing-masing daerah.

”Saat ini masingmasing satuan pendidikan itu juga dituntut untuk melengkapi
atau memenuhi persyaratan administrasi dan kesiapannya,”katanya. Lalu
terkait rencana pelimpahan kewenangan standarisasi UN ke daerah,Mansyur
mengatakan bahwa hal ini termasuk salah satu masalah yang masih akan dibahas
kembali dengan pihak Panja UN. Diketahui,UN tahun depan untuk tingkat
SMA,MA,SMALB,dan SMK direncanakan dilaksanakan pada 4 hingga 9 April 2011
dan ujian ulangan digelar pada 23-27 Mei.

Adapun ujian utama tingkat SMP, MTS, dan SMPLB dilaksanakan pada 11–14 April
dan ujian ulangannya pada 23–24 Mei. Sementara, Ujian Akhir Sekolah
Berstandar Nasional (UASBN) diselenggarakan pada Mei 2011. Ketua Panja UN
DPR Rully Chairul Azwar menyatakan, selain menghapus empat syarat kelulusan.
Panja UN DPR juga mengusulkan tentang sistem penentuan standar kelulusan UN
justru setelah UN dilaksanakan.

“Jadi, setelah nilai UN keluar baru dirata-rata, yang berada di bawah
rata-rata berarti tidak lulus. Dengan begini, nilai kelulusan UN tiap tahun
dapat berbeda-beda,”terangnya. Mengenai formula yang tengah digodok
Kemendiknas, Rully menegaskan, apa pun standar baru kelulusan UN tahun depan
harus dapat menjawab dua masalah besar, yakni soal keadilan bagi sekolah
yang masih di bawa standar nasional dan menghilangkan terjadinya
kecurangan.

Baik dari pembuatan soal hingga percetakan yang sebaiknya diserahkan saja ke
daerah saja sehingga kecurangan berkurang. DPR mengultimatum, jika dalam
batas waktu yang ditentukan formulasi tidak kunjung ditemukan maka UN harus
dijadikan sebagai pemetaan saja, bukan menjadi standar kelulusan.Tetapi,
jika UN hanya dijadikan sebagai bahan pemetaan, Rully berpendapat, UN
dihapuskan saja. “Biayanya besar,kalau hanya untuk pemetaan, lebih baik UN
dihapuskan,” tandas politikus dari Fraksi Partai Golkar ini. (neneng
zubaidah)
Read More......

UN Tidak Mesti Setiap Tahun

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, 2011 mendatang Ujian
Nasional (UN) tidak akan menjadi syarat mutlak penentu kelulusan. Sebab
kelulusan siswa harus memenuhi beberapa persyaratan seperti nilai harian,
tugas-tugas yang diberikan guru/sekolah, keaktifan siswa serta hasil UN.

"Kita dari Dinas Pendidikan kabupaten/kota akan berkoordinasi dengan Disdik
Provinsi untuk menentukan standar nilai yang sesuai dengan kemampuan dan
tidak jauh dari level yang ditetapkan secara nasional, " kata Kepala Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Palembang, Riza Fahlevi.

Terkait hal ini, Dewan Pendidikan Sumsel mengaku sangat mendukung rencana
perubahan itu. Hal itu dikemukakan Prof Dr Ahmad Sirozi, saat dibincangi*
Sripo*, Selasa (19/10) malam.

"Saya kira bagus kalau memang ada pemikiran ke arah tersebut. Sebab
belakangan Ujian nasional (UN) tidak bisa dipertanggungjawabkan. Terlalu
banyak kelemahan dan permasalahan-
permasalahan yang sudah menjadi rahasia umum," katanya.

Menurut Sirozi, jika mengacu pada Undang-undang Standar Nasional Pendidikan
(SNP), tujuan UN sebenarnya hanya untuk memetakan mutu pendidikan secara
nasional. Berarti memang tidak seharusnya UN dijadikan syarat mutlak
kelulusan. Bahkan, lanjutnya, UN tidak perlu
dilakukan setiap tahun. Cukup dilaksanakan beberapa tahun sekali tergantung
kondisi jika memang diperlukan data untuk pemetaan tersebut. Sebab disamping
tidak efektif, tentu saja tidak efisien soal biayanya.

"Memang sudah saatnya kita kembalikan kepada konsepnya, bahwa sekolah harus
diberi otonomi dan kewenangan dalam menyediakan dan menyelenggarakan
pendidikan. Sebab sekolah lebih tahu bagaimana kondisi siswa mereka."
ujarnya.
Eko Adiasaputro
Read More......

Ujian Paket C untuk Kejuruan Tanpa Peserta

Sudah dua tahun penyelenggaraan ujian nasional pendidikan kesetaraan (UNPK)
Paket C kejuruan tahap II di Jawa Barat nihil peminat atau tidak ada
peserta. Padahal panitia sudah menyiapkan segala sesuatunya, termasuk
pengadaan soal untuk UNPK Paket C kejuruan.

"Hingga saat ini, belum ada satu pun peserta yang daftar untuk mengikuti
UNPK Paket C kejuruan," ungkap Ketua Panitia UNPK Dinas Pendidikan Jabar,
Drs. Kamarul Bachri kepada wartawan yang ditemui di kantornya, Jumat
(23/10).

Menurut Kamarul, banyak faktor yang menyebabkan tidak adanya peserta yang
daftar untuk mengikuti UNPK Paket C kejuruan. "Padahal tahun ini banyak
siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) yang tidak lulus," terangnya.

Salah satu faktor yang paling dominan, kemungkinan sosialisasi di daerah
tingkat dua kurang maksimal. Selain itu, kalangan orangtua masih kurang
memahami pentingnya UNPK Paket C kejuruan. "Saya kira, Dinas Pendidikan
Jabar melalui Subdin Pendidikan Nonformal Informal sudah optimal melakukan
sosialisasi ke kabupaten/ kota," tambahnya.

Kamarul menyebutkan, UNPK Paket C kejuruan ini sudah dua tahun digelar oleh
pemerintah. Namun hingga kini belum ada seorang pun yang berminat mengikuti
UNPK Paket C kejuruan. "Kalau secara formal, UNPK Paket C kejuruan ini baru
bisa diikuti para siswa pusat kegiatan belajar mengajar (PKBM) tahun 2012
mendatang," ujarnya.

Sementara jumlah peserta UNPK tahap II hingga saat ini mencapai 37.245
orang, yang terdiri atas peserta Paket A sebanyak 2.511 orang, paket B
12.659, dan Paket C 22.075 orang. "Jumlah peserta tersebut sudah termasuk
peserta dari Departemen Agama (Depag)," tambahnya.

Sedangkan pelaksanaan UNPK tahap II, 2 - 5 November 2010 untuk program Paket
C IPA maupun IPS dan 9 - 11 November 2010 untuk program Paket A dan B.
"Pelaksanaan UNPK tahap II sudah terjadwal, sehingga tidak mungkin diundur
atau dimajukan," tandasnya.

Kamarul menyebutkan, pendistribusian soal dipastikan akan tepat waktu atau
satu hari sebelum ujian dilaksanakan. Soal didistribusikan dengan mendapat
pengawalan ketat pihak keamanan, mulai dari percetakan sampai ke
kabupaten/kota hingga kecamatan. "Semuanya dilakukan sesuai prosedur seperti
UN formal ditetapkan oleh pemerintah pusat," tandasnya. (B.81)**
Read More......

OTAK TENGAH Menurut Kajian Sarlito Wirawan Sarwono

Dengan berpikir atau bertanyasedikit, setiap orang bisa tahu bahwa ini
adalah penipuan. Namun orang Indonesia itu malas bertanya dan ingin yang
serba instan. Termasuk kaum terpelajar dan orang berduitnya. Jadi kita
gampang sekali jadi sasaran penipuan. Inilah menurut saya yang paling
memprihatinkan dari maraknya kasus otak tengah ini.

Saturday, 18 September 2010

Di suasana Lebaran ini mestinya saya menulis sesuatu tentang
Lebaran,tepatnya tentang bermaaf-maafan, wabil-khusus tentang psikologi
maaf. Namun,draf tulisan yang sedang saya siapkan terpaksa saya sisihkan
dulu saking gemasnya mengamati perkembangan pseudo-science (ilmu
semu)yang sangat membahayakan akhir-akhir ini tentang otak
tengah(midbrain). Mudah-mudahan artikel ini bisa menjadi bahan bacaan
alternatif yang menarik di tengah tengah banjirnya (lebih parah dari
banjir Pakistan) artikel dan siaran tentang Idul Fitri di hari-hari
seputar Lebaran ini.

Otak tengah adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai
relay station untuk penglihatan dan pendengaran. Dia juga mengendalikan
gerak bola mata. Bagian berpigmen gelapnya yang disebut red nucleus
(inti merah) dan substantia nigra juga mengatur gerak motorik anggota
tubuh. Karena itu kelainan atau gangguan di otak tengah bisa menyebabkan
parkinson.

Untuk keterangan lebih lanjut silakan berkonsultasi dengan dokter.

Namun, yang jelas, otak tengah tidak mengurusi inteligensi, emosi,
apalagi aspek-aspek kepribadian lain seperti sikap, motivasi, dan minat.
Para pakar ilmu syaraf(neuroscience) Richard Haier dari Universitas
California dan Irvineserta Rex Jung dari Universitas New Mexico, Amerika
Serikat, menemukan bahwa inteligensi atau kecerdasan yang sering
dinyatakan dalam ukuran IQ tidak terpusat pada satu bagian tertentu dari
otak, melainkan merupakan hasil interaksi antar beberapa bagian dari otak.

Makin bagus kinerja antar bagian- bagian otak itu, makin tinggi tingkat
kecerdasan seseorang (teori parieto-frontal integration). Di sisi lain,
pusat emosi terletak di bagian lain dari otak yang dinamakan amygdala,
tak ada hubungannya dengan midbrain. Sementara itu aspek kepribadian
lain seperti minat dan motivasi lebih merupakan aspek sosial (bukan
neurologis) dari jiwa, yang lebih gampang diamati melalui perilaku
seseorang ketimbang dicari pusatnya di otak.

Sampai dengan tahun 1980-an (bahkan sampai hari ini) masih banyak yang
percaya bahwa keberhasilan seseorang sangat tergantung pada IQ-nya.
Makin tinggi IQ seseorang akan makin besar kemungkinannya untuk
berhasil. Itulah sebabnya banyak sekolah mempersyaratkan hasil tes IQ di
atas 120 untuk bisa diterima di sekolah yang bersangkutan. Namun, sejak
Howard Gardner menemukan teori tentang multiple intelligence (1983) dan
Daniel Goleman memublikasikan temuannya tentang Emotional Intelligence
(1995), maka para pakar dan awam pun tahu bahwa peran IQ pada
keberhasilan seseorang hanya sekitar 20–30% saja.

Selebihnya tergantung pada faktor-faktor kepribadian lain seperti usaha,
ketekunan, konsentrasi, dedikasi, kemampuan sosial. Walaupun begitu,
beberapa bulan terakhir ini, marak sekali kampanye tentang pelatihan
otak tengah.

Bahkan rekan saya psikolog psikolog muda ada yang bersemangat sekali
mengampanyekan otak tengah sambil mengikutsertakan anak-anak mereka
kepelatihan otak tengah yang biayanya mencapai Rp3,5 juta/anak (kalau
dua anak sudah Rp 7 juta, kan) hanya untuk dua hari kursus.

Hasilnya adalah bahwa anak-anak itu dalam dua hari bisa menggambar warna
dengan mata tertutup. Wah, bangganya bukan main para ortu itu. Mereka
pikir setelah bisa menggambar dengan mata tertutup, anak-anak mereka
langsung akan jadi cerdas, bisa konsentrasi di kelas, bersikap sopan
santun kepada orang tua, bersemangat belajar tinggi, percaya diri, dan
sebagainya seperti yang dijanjikan oleh kursus-kursus seperti ini.

Mungkin mereka mengira bahwa dengan menginvestasikan Rp3,5 juta untuk
dua hari kursus, orang tua tidak usah lagi bersusah payah menyuruh anak
mereka belajar (karena mereka akan termotivasi untuk belajar sendiri),
tidak usah membayar guru les lagi (karena otomatis anak akan mengerti
sendiri pelajarannya), dan yang terpenting anak pasti naik kelas, malah
bisa masuk peringkat. Inilah yang saya maksud dengan “berbahaya” dari
tren yang sedang berkembang pesat akhir-akhir ini.

Untuk orang tua yang berduit, uang sebesar Rp3,5 juta mungkin tidak ada
artinya. Namun, kasihan anaknya jika ternyata dia tidak bisa memenuhi
harapan orang tuanya. Selain bisa menggambar dengan mata tertutup
(sebagian hanya berpura-pura bisa dengan mengintip lewat celah penutup
mata dekat hidung), ternyata dia tidak bisa apa-apa.

Konsentrasi tetap payah, motivasi tetap rendah, dan emosi tetap
meledak-ledak tak terkendali. Pasalnya memang tidak ada hubungannya
antara otak tengah dengan faktor faktor kepribadian itu.

Namun, orangtua sepertinya tidak mau tahu. Dia sudah membayar Rp3,5 juta
dan sudah mendengarkan ceramah Dr David Ting, pakar otak tengah dari
Malaysia itu.

Kata Dr Ting, anak yang sudah ikut pelatihan otak tengah bukan hanya
jadi makin pintar, tetapi jadi jenius. Karena itu nama perusahaannya
juga Genius Mind Corporation. Malah bukan itu saja. Menurut Dr Ting,
anak yang sudah terlatih otak tengahnya bisa melihat di balik dinding,
bisa melihat apa yang akan terjadi (seperti almarhumah Mama Laurenz),
bahkan bisa mengobati orang sakit. Ya, itulah yang dijanjikannya dalam
iklan-iklan Youtube-nya di internet. Dan dampaknya bisa dahsyat sekali
karena angka KDRT pada anak bisa langsung melompat naik gara-gara banyak
anak dicubiti atau dipukuli pantatnya sampai babak-belur oleh mama-mama
mereka sendiril antaran tidak bisa melihat di balik tembok, meramal atau
mengobati orang sakit.***

Untuk menyiapkan tulisan ini, saya sengaja menelusuri nama David Ting di
Google. Ternyata ada puluhan pakar di dunia yang bernama David Ting dan
David Ting yang menganjurkan otak tengah ini ternyata bukan pakar ilmu
syaraf, kedokteran, biologi, atau psikologi. Dia disebutkan sebagai
pakar pendidikan dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syaraf
(neuroscience).

Maka saya ragu akan ilmunya. Apalagi saya hanya mendapati beberapa versi
Youtube yang diulang-ulang saja, beberapa tulisan kesaksian, dan
cerita-cerita yang sulit diverifikasi kebenarannya. Saya pun lanjut
dengan menelusuri jurnal-jurnal ilmiah online, siapa tahu
tulisan-tulisan ilmiahnya sudah banyak, tetapi saya belum pernah
membacanya. Namun hasilnya juga nol.

Maka saya makin tidak percaya.

Saya yakin bahwa teori David Ting tentang otak tengah hanyalah
pseudo-science atau ilmu semu karena seakan-akan ilmiah, tetapi tidak
bisa diverifikasi secara ilmiah. Sama halnya dengan teori otak
kanan-otak kiri yang juga ilmu semu atau astrologi atau palmistri
(membaca nasib orang dengan melihat garis-garis telapak tangannya).
Masalahnya, astrologi dan palmistri yang sudah kuno itu tidak merugikan
siapa-siapa karena hanya dilakukan oleh yang mempercayainya atau sekadar
iseng-iseng tanpa biaya dan tanpa beban apaapa. Kalau betul syukur,
kalau salah yo wis.

Lain halnya dengan pelatihan otak tengah dan dulu pernah juga populer
pelatihan otak kanak-otak kiri. Bahkan, saya pernah memergoki, di sebuah
gedung pertemuan (kebetulan saya ke sana untuk keperluan lain), sebuah
pelatihan diselenggarakan oleh sebuah instansi pemerintah yang judulnya
“Meningkatkan Kecerdasan Salat”. Semuanya dijual sebagai pelatihan
dengan biaya (istilah mereka“biaya investasi”) yang mahal. Ini sudah
masuk ke masalah membohongi publik, sebab mana mungkin dengan satu
pelatihan selama dua har iseorang anak bisa disulap menjadi jenius yang
serbabisa, bahkan bisa melihat di balik dinding seperti Superman.

Lagipula, apa hubungannya antara menggambar dengan mata tertutup dengan
jenius?

Einstein, Colombus, Thomas Edison, Bill Gates, Barack Obama, dan masih
banyak lagi adalah kaum jenius tingkat dunia, tetapi tak satu pun bisa
menggambar dengan mata tertutup.

Teori otak tengah sudah jelas penipuan. Dengan berpikir atau bertanya
sedikit, setiap orang bisa tahu bahwa ini adalah penipuan.

Namun orang Indonesia itu malas bertanya dan ingin yang serba instan.
Termasuk kaum terpelajar dan orang berduitnya. Jadi kita gampang sekali
jadi sasaran penipuan.

Inilah menurut saya yang paling memprihatinkan dari maraknyakasus otak
tengah ini.

(*)SARLITO WIRAWAN SARWONO Guru Besar Fakultas Psikologi UI

AKTIVASI OTAK TENGAH DIKRITISI PAKAR TUMBUH KEMBANG ANAK

Percayakah anda bila ada orang yang mampu mendesain kejeniusan anak
dalam tempo 2 hari? kalau itu benar, sungguh ini menjadi temuan
spektakuler. Plus ke depan kita berharap bakal muncul orang-orang jenius
di negeri ini. Apalagi menurut Nur hidayanto, direktur eksekutif Anak
jenius Indonesia (AJI), lembaga yang menawarkan program menjeniuskan
anak-anak, sejak dibuka di jogjakarta sejak April 2010 sampai sekarang,
ada sekitar 250 anak mengikuti program ini.Ini baru disatu kota, dikota
lain tentu juga ada ratusan atau bahkan ribuan anak mengikuti program
penjeniusan dengan raining selamama 2 hari. Konon konsep dasarnya adalaj
mengaktivasi otak tengah.

Training yang diberikan untuk mengasah kepekaan indera penciuman,
pendengaran dan peraba sang anak. Indera itulah yang nantinya akan
menggantikan indera mata yang selalu digunakan untuk menangkap yang
terlihat. Tak heran anak yangmengikuti training bisa membaca, mewarnai,
dengan sempurna dan menebak warna dalam keadaan mata tertutup. Menurut
Nur Hadiyanto, training yang diberikan kepada peserta, dengan konsep
learning by playing.

Jer basuki mawa bea. Prinsip ini berlaku pula dalam upaya mendesain anak
menjadi jenius. Sekali mengikuti program, peserta harus membayar Rp 3
juta. Jadi hitung saja, bila sejak April sampai Agustus ada 250 anak
ikut program, maka uang yang berhasil diraup dari program ini Rp 750 juta.

“Ukuran jenius tidak terbatas pada IQ di atas rata-rat. Jenius yang kami
maksud adalah anak-anak yang bisa menciptakan sesuatu yang berguna.
Mereka bisa menguasai satu dari delapan aspek: musik, logika dan
matematika, visual, naturaly, interpersonal, intra personal, kinestetik
dan linguistik. Menguasai satu saja sudah kami anggap jenius,” paparnya.

Apakah otak tengah itu?

Menurut Nur hadiyanto, merupakan wilayah tengah otakyang disinyalir
lebih mudah menangkap informasi yang diterima indera. Sedangkan untuk
mendapatkan hasil maksimal, latihan lanjutan di rumah sangat penting
dilakukan.

Cara aktivasi otak tengah, dengan cara memperedengarkan musik, membawa
mereka kedalam keadaan relaks. Memberikan motivasi kepeada peserta dan
memberikan sugesti positif.

Psikolog klinik Tumbuh kembang anak RSUP Dr Sardjito, Dr Indria L
Gamayanti Msi mengatakan, belum ada penelitian ilmiah tentang aktivasi
otak tengah. “Perlu diadakan penelitian apakah aktivasi otak tengah itu
bisa dipertanggung jawabkan. Harus kritis menyikapi fenomena aktivasi
otak tengah,” katanya saat ditemui diruang kerjanya, Rabu (1/9).

Indria mengungkap, dokter anak spesialis kejiwaan dan spesialis syaraf
mengadakan diskusi mengenai otak tengah. “Harus diluruskan arti jenius.
Tidak mungkin bisa mengubah anak menjadi jenius dalam waktu singkat,”
tegasnya.

Sedangkan dokter anak RSUP Dr Sardjito, dr Retno Sutomo SpA PhD
mengatakan tak mungkin stimulasi otak hanya dilakukan pada otak
tengah.”Otak tengah atau midbrain memang ada dalam ilmu kedokteran. Otak
terbagi atas menjadi otak besar, otak kecil dan batang otak. Batang otak
terdiri dari midbrain dan medula. Batang otak berfungsi sebagai tempat
keluar masuknya syaraf otak. Tetapi dari penjelasan yang disampaikan
salah satu penyelenggara aktivasi otak tengah, saat diskusi beberapa
waktu lalu otak tengah tersebut berbeda arti denan dunia medis. Mereka
kadang menyebutnya otak tengah dengan Talamus, sedangkan talamus adalah
bagian dari otak besar yang berfungsi sebagai terminal utama yang
menghubungkan dari otak kecil ke sumsum tulang belakang. Mereka juga
menyebut bahwa otak tengah sebagai jembatan yang menghubungkan otak kiri
dan kanan. Seolah-olah otak kiri dan kanan berfungsi karena ada
jembatannya. Saya belum bisa terima dan pahami itu kalau dikaji secara
medis,”paparnya.

Retno Sutomo meminta masyarakat untuk berhati-hati menyikapi fenomena
ini.:Mungkin ada manfaatnya tapi harus disikapi secara hati-hati. Ini
sesuatu yang sulit dipahami secara medis,” tegasnya.


Dari

OTAK TENGAH Menurut Kajian Sarlito Wirawan Sarwono (Guru Besar Fakultas
Psikologi UI)

Tanggal: Selasa, 21 September, 2010, 1:05 AM “Teori otak tengah sudah
jelas penipuan”

Read More......

Sumpah Pemuda dan Guru Taman Siswa

Jarang disebut bahwa Kongres Pemuda II tahun 1928 yang melahirkan
Sumpah Pemuda dipimpin oleh Soegondo Djojopoespito yang berasal dari
kalangan Taman Siswa. Soegondo lahir 22 Februari 1905 di Tuban, Jawa
Timur.

Jika Soekarno pernah tinggal di rumah HOS Tjokroaminoto di Surabaya
dan menganggap tokoh itu sebagai guru politiknya, maka Soegondo ketika
bersekolah di AMS Yogyakarta pernah mondok di rumah Surjadi
Surjaningrat (Ki Hajar Dewantara). Maka, jadilah Soegondo seorang
praktisi dan kemudian tokoh pendidikan. Ia memimpin lembaga pendidikan
Taman Siswa di Bandung tahun 1932. Menikah dengan Suwarsih pada tahun
yang sama dan bersama-sama mendirikan sekolah Loka Siswa di Bogor.
Selanjutnya ia mengajar di Taman Siswa Semarang dan tahun 1940 di
Taman Siswa Jakarta. Tahun 1941 ia dipercaya menjadi Direktur Antara.

Tahun 1933 ia menjadi aktivis partai Pendidikan Nasional Indonesia
yang dipimpin Hatta. Bersama dengan Sjahrir dan beberapa orang
lainnya, tahun 1948 Soegondo ikut mendirikan Partai Sosialis dan
menjadi ketua partai ini untuk wilayah Yogyakarta/Jawa Tengah. Setelah
Indonesia merdeka, ia menjadi anggota Badan Pekerja KNIP dan Menteri
Pembangunan Masyarakat pada kabinet Halim (ketika RI jadi bagian RIS)
tahun 1950.

Soegondo melanjutkan pendidikan pada Sekolah Tinggi Hukum di Batavia
tahun 1925 (walaupun tidak sampai tamat). Ia tinggal di rumah seorang
pegawai pos, karena ini ia bisa mendapatkan majalah Indonesia Merdeka
yang sebetulnya dilarang masuk ke Hindia Belanda.

Wawasan kebangsaan Soegondo semakin terbuka setelah membaca terbitan
Perhimpunan Indonesia di Belanda. Inilah yang menggerakkan Soegondo
untuk mendirikan Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) dengan
beberapa temannya tahun 1926. Tahun 1928, mereka merencanakan rapat
umum yang kemudian dikenal sebagai Kongres Pemuda II. Panitianya
diketuai Soegondo, Yamin sebagai sekretaris, dan Amir Sjarifuddin
sebagai bendahara.

Nyaris gagal

Soegondo melakukan persiapan dengan saksama. Selain membicarakan
dengan para pengurus organisasi kepemudaan, ia juga mendatangi panitia
Kongres Pemuda sebelumnya, serta meminta lulusan Belanda, Mr Sunario
dan Mr Sartono, sebagai penasihat. Kongres ini nyaris gagal karena tak
ada izin. Maka, Sunario bersama Arnold Manuhutu mendatangi pembesar
Hindia Belanda yang dapat mengubah keputusan polisi, yakni K de Jonge.

Perundingan itu tidak selesai dalam satu hari. Hari berikutnya selama
berjam-jam Sunario kembali membujuk pejabat tinggi Belanda itu yang
akhirnya memerintahkan polisi memberi izin, dengan syarat kongres itu
tidak boleh mengkritik kebijakan atau mengeluarkan pernyataan yang
bersifat menghasut dan melawan Pemerintah Hindia Belanda.

Kongres hari pertama tanggal 27 Oktober 1928 sempat dihentikan polisi
dua kali: pertama, ketika seorang pembicara menyebut istilah
”kemerdekaan” dan, kedua, tatkala terdengar ajakan supaya putra-putri
bekerja lebih keras agar tanah air Indonesia dapat menjadi negara
seperti Inggris dan Jepang. Ratusan orang menghadiri kongres itu dan
di luar polisi bersenjata berjaga-jaga. Jadi, acara itu terselenggara
tidak dengan mudah, tetapi berkat kerja sama dan keberanian para
pemuda yang diketuai Soegondo Djojopoespito.

Soegondo meninggal hari Minggu, 23 April 1978, dalam usia 73 tahun.
Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga Taman Siswa, Celeban,
Yogyakarta.

Tak punya mobil

Soebagijo IN, wartawan dan penulis sejarah pers, memiliki surat-surat
Soegondo yang antara lain berbunyi: ”Seminggu yang lalu, saya jatuh
dari becak, karena becaknya ditabrak Honda. Untung saya selamat”.
Hanya tulang di kaki Soegondo yang terasa sakit. Sampai akhir
hayatnya, Soegondo tidak pernah memiliki mobil sendiri.

Istri Soegondo, Soewarsih Djojopoespito, meninggal Agustus 1977. Ia
menulis novel Buiten het Gareel dalam bahasa Belanda (tahun 1940) yang
diterjemahkan kemudian dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh
Djambatan menjadi Manusia Bebas. Di dalam novel itu diceritakan
kehidupan guru-guru yang disebut sebagai ”proletar intelektual”.
Soegondo dan Soewarsih dimakamkan berdampingan di pemakaman Taman
Siswa Yogyakarta.

WR Supratman, pencipta ”Indonesia Raya” yang menyampaikan lagu itu
secara instrumental dengan biola sesaat sebelum penyampaian hasil
Kongres Pemuda II, telah diganjar gelar pahlawan nasional pada tahun
1971. Dua tahun kemudian, M Yamin yang dianggap sebagai perumus Sumpah
Pemuda juga sudah diangkat menjadi pahlawan nasional. Tentu rumusan
Yamin itu tidak sampai kepada publik apabila tidak diadakan Kongres
Pemuda II yang dipimpin Soegondo Djojopoespito tahun 1928.

Asvi Warman Adam Sejarawan LIPI
Read More......

Bawang Merah Bawang Putih, Bukan Sekadar Dongeng

Cerita rakyat tidak hanya memberi pesan moral, namun ada
simbol-simbol tersembunyi di baliknya. Misalnya saja dongeng 'Bawang
Merah Bawang Putih', yang ternyata membawa simbol kebudayaan di
Indonesia sejak ribuan tahun silam.

Hal ini diungkapkan pakar genetika dan folklore dari Universitas
Oxford, Inggris, Profesor Stephen Oppenheimer. Dalam buku Eden in The
East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara, Oppenheimer berteori
bahwa cerita rakyat mampu melestarikan bentuk kebudayaan selama ribuan
tahun.

Kisah ini sering kita dengar semasa kecil. Bahkan kisah versi
modernnya dibuat dalam bentuk sinetron televisi. Bawang Merah yang
merupakan saudara tiri, kerap berbuat jahat kepada Bawang Putih.
Bawang Merah pada akhirnya terkena akibat dari perbuatannya dan Bawang
Putih hidup berbahagia.

Nah, tema dua saudara yang bersaing menurut Oppenheimer, memiliki akar
yang panjang ribuan tahun silam. Jauh mundur melampaui dongeng Eropa
semacam Cinderella dan saudara tirinya, bahkan jauh mundur dari
pengaruh Hindu atau Yunani sekalipun.

Dongeng dua saudara yang bersaing memiliki akar pada masyarakat
neolitikum kuno di Asia Tenggara ribuan tahun silam. Persaingan dua
saudara sebenarnya adalah simbol dari dinamika sebuah siklus kehidupan
dan kesuburan bumi. Ada yang menang dan ada yang kalah, ada yang baik
dan ada yang jahat.

Di Indonesia, kisah persaingan dua saudara ini ada berbagai versi.
Kisah ini ada juga di Bali, Maluku, Sulawesi, sampai Papua. Semua
dengan nama berbeda tapi inti ceritanya sama.

Oppenheimer yakin kalau cerita ini menyebar dari Indonesia ke arah
barat sejak 6.000 tahun lalu. Hal ini seiring dengan migrasi karena
benua Sundaland tenggelam. Bahkan kata Oppenheimer, kisah semacam
Bawang Merah Bawang Putih ini mengilhami kisah Seth dan Osiris di
Mesir Kuno.

Ulasan Oppenheimer lebih lengkap bisa didapatkan dari buku Eden in The
East yang diterbitkan oleh Ufuk Press.
Read More......

Ratusan Trilyun Untuk Profesionalitas Guru

Menteri Pendidikan Nasional Prof.Dr. Muh Nuh, DEA menegaskan
pentingnya profesionalitas guru. Pemerintah menaruh perhatian luar biasa untuk
meningkatkan dan mendorong terwujudnya guru yang bermutu, berkompeten dan
professional. Untuk tujuan ini, pemerintah mengalokasikan sebagian besar
anggarannya untuk memberikan penghargaan bagi guru yang professional.

“Pemerintah mengalokasikan 70% anggaran pendidikan untuk gaji guru dan dosen.
Ini angka yang sangat besar,” tegas M. Nuh, dalam sambutan seminar “Guru
Menulis” yang diselenggarakan Ikatan Guru Indonesia (IGI) bekerja sama dengan
Harian Umum KOMPAS, di Gedung PDAM Surabaya, Minggu (31/10). Tahun ini,
anggaran pendidikan mencapai Rp 243 trilyun. Sekitar 10% dari jumlah itu
dipakai untuk dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sisanya, 20%, untuk
membangun infrastruktur dan lainnya.

Mendiknas berharap alokasi dana yang sangat besar ini berdampak pada
meningkatkan profesionalitas guru. “Kalau gajinya besar, seharusnya imbal
baliknya, guru harus meningkatkan kemampuannya, sehingga hasilnya sepadan,
sumbut antara gaji besar dengan peningkatan mutunya,” tegas M. Nuh.

Tidak boleh lagi ada guru yang tidak mau belajar. Dulu, katanya, guru itu
menjadi rujukan masyarakat,s ebagai tempat bertanya. Sekarang, masyarakat sudah
semakin pandai. Seharusya, guru meningkatkan kompetensinya terus-menerus agar
masyarakat tetap menghormatinya sebagai guru. “Profesionalitas harus dilakukan
secara sadar dan terus-menerus. Guru itu harus belajar, belajar, belajar,”
paparnya.

Saat ini, dari 2,6 juta guru di Indonesia, hanya sedikit sekali yang bisa naik
pangkat dengan cepat. Ini disebabkan guru-guru tidak bisa menulis karya tulis
ilmiah. Pemerintah mensyaraatkan penulisan karya ilmiah agar guru mampu menulis
dan meningkatkan kompetensinya. Angkanya memprihatinkan. Guru dengan golongan IV
b hanya 0,87%, golongan IVc hanya sekitar “James Bond” yaitu 0,007%, serta IV d
0,002%. Sampai November 2009, terdapat 569, 611 (21,84) guru yang kariernya
mentok di IV a. “Karena itulah saya senang sekali jika ada kegiatan-kegiatan
seperti ini. Kegiatan ini penting sekali untuk meningkatkan profesionalitas guru
agar guru-guru bisa menulis,” tuturnya.

Ketua Ikatan Guru Indonesia Satria Dharma menyambut baik kehadiran Mendiknas di
acara ini. “Ini menunjukkan Mendiknas sangat peduli pada guru-guru yang ingin
belajar menulis. Kami berharap dukungan Mendiknas ini tidak disia-siakan guru.
Teruslah belajar dan belajar. IGI akan sekuat tenaga memfasilitasi keinginan
guru untuk belajar meningkatkan kompetensinya,” tegas Satria Dharma.

Menurutnya, menulis sangat penting bagi karier guru. IGI bekerja sama dengan
harian umum Kompas dan Surya akan memfasilitasi agar karya tulis guru bisa
dimuat secara berkala. “Guru diajari menulis. Setelah itu tulisannya akan dimuat
di media massa. Ini kesempatan baik agar guru bisa menulis sekaligus bisa
mendapatkana kredit point untuk kepentingan kenaikan pangkat. Itu artinya guru
berpotensi mendapatkan kenaikan gaji dan tunjangannya,” terang Satria.

Dalam kesempatan itu, Mendiknas mengeluarkan informasi baru tentang ranking
pendidikan Indonesia di antara Negara-negara di dunia. Catatan Global
Competitive Index (GCI) mencatat kemajuan berarti pendidikan di Indonesia. Tahun
lalu, 2009-2010, rangking Indonesia menempati 54 dari sejumlah negara di dunia.
Indonesia masih kalah oleh Thailand dan Malaysia. Kini, tahun 2010-2011,
ranking GCI naik menjadi ranking 44. “Peningkatan ini sangat berarti bagi
kemajuan pendidikan kita dan itu semua berkat guru-guru yang berdedikasi,”
katanya.

Kondisi antara jumlah guru dengan siswa juga masih tergolong baik. Satu guru
mengajar 19 orang siswa. Angka ini masih tidak berbeda jauh dengan Singapura
yang mengajar 16 guru. Persoalannya kualitas guru memang masih menjadi
pertanyaan. Dalam sertifikasi portofolio, hampir sebagian besar guru tidak
meningkat kualitasnya. Begitu diberi terapi sertifikasi melalui PLPG, kemampuan
guru perlahan mulai membaik.

Dalam kesempatan itu, Mendiknas menayangkan sejumlah foto mahasiswa miskin yang
menerima bantuan beasiswa. Sejumlah guru, peserta pelatihan, terharu dan
menangis melihat foto-foto itu. Dalam foto terlihat rumah gubuk milik mahasiswa
penerima beasiswa. (her)

Kontak person;
Sekjen IGI 081xxx
Read More......

Gaji Guru di Kaltim Dapat Mencapai Rp6,5 Juta per Bulan

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Republik Indonesia, Muhammad Nuh memuji kesejahteraan yang diberikan Pemerintah Provinsi Kaltim kepada para guru-guru yang bertugas dari perkotaan hingga pelosok desa dan pedalaman di Kaltim. Menurut M. Nuh, insentif dari Pemerintah Provinsi sebesar Rp 300 ribu per bulan dan komitmen insentif dari kabupaten/kota sebesar minimal Rp 700 ribu per bulannya, menjadikan Kaltim sebagai salah satu provinsi yang dapat memberikan kesejahteraan lebih baik kepada para guru.

Menurut Mendiknas, anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) atau sebesar Rp 243 Triliun, sebesar 70 persennya terserap oleh gaji guru dan dosen. Sisanya Rp 63 Triliun untuk tunjangan sertifikasi dan tunjangan profesi.
"Dengan anggaran dana sebesar itu, mohon Kita dapat bekerjasama agar dana yang sangat besar tersebut sesuai dengan harapan pendidikan yaitu meningkatnya Sumber Daya Manusia Indonesia yang tidak lain adalah para siswa yang Kita didik," ujarnya.

Dalam Acara Seminar Nasional bertajuk "Merekonstruksi Sistem Pendidikan Indonesia" dalam rangkaian Hari Aksara Internasional ke-45 di Balikpapan, 9-10 Oktober, Menteri Pendidikan M. Nuh didampingi Gubernur Kaltim, H Awang Faroek Ishak dan kepala Dians Pendidikan Kaltim, H Musyahrim, sempat terkejut saat berinteraksi dengan tiga orang guru dari Kabupaten Paser dan Kota Balikpapan, yang mengaku menerima gaji, tunjangan dan insentif mencapai Rp 6,5 juta sebulan dengan masa kerja 15 tahun!

M. Nuh mengharapkan dengan gaji dan tunjangan yang besar yang diberikan oleh pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota kepada para guru di Kaltim, hendaknya dapat diikuti oleh peningkatan kualitas cara mengajar para guru sehingga terjadi juga peningkatan kualitas ilmu yang diberikan kepada anak didik.

"Hakekat dari pendidikan itu yang harus dibangun kembali. Metodologi belajar-mengajar yang kini perlu dirombak. Saat ini telah banyak perubahan metodologi. Ironisnya, tidak selamanya keberhasilan metodologi di luar negeri dapat diadopsi dengan baik di Indonesia, seperti pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN). Nah, itulah tugas kita semua sebagai pendidik," tegasnya.

Menurutnya, yang perlu dibangun kembali adalah tata karma, yaitu bagaimana hubungan antara murid dan guru dibangun sejak Taman Kanak-Kanak, sehingga terjadi hubungan antar manusia yang lebih baik, tidak hanya sekedar hubungan karena kewajiban tugas mengajar saja.

Gubernur Kaltim, DR H Awang Faroek Ishak menjelaskan Pemerintah Kaltim terus berupaya meningkatkan mutu tenaga kependidikan dengan peningkatan kualifikasi pendidikan guru ke jenjang S1, S2 dan S3. Untuk tahun 2009, sebanyak 2.085 orang guru mendapatkan bantuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1. Jika dihitung sejak 2006, telah 7.082 orang guru yang telah dibiayai oleh Pemerintah Provinsi.

"Pemerintah provinsi Kaltim juga telah memberikan penghargaan (rewards) dan hadiah kepada guru berprestasi dan guru berjasa, yaitu guru yang berprestasi di tingkat nasional dan internasional serta guru yang berjasa membimbing siswa sehingga dapat juara pada lomba-lomba tingakat nasional dan internasional," ujarnya. (yuliawan/hmsprov/bersambung)

Foto: Tiga orang guru berpenghasilan lebih tinggi dari kiri Rusdiana (Paser), Siti Amiatun dan Sugeng ari Balikpapan. (yuliawan/humasprov kaltim).


Read More......

Suramkan Pendidikan Masa Depan?

Menurut mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
di era Orde Baru, Daoed Joesoef, pejuang pendidikan Ki Hadjar
Dewantara memiliki konsep yang jelas soal pendidikan. Pada masa
sebelum kemerdekaan, pendidikan diarahkan untuk menyiapkan anak-anak
yang mampu menjadi pejuang-pejuang kemerdekaan.
Pendidikan tidak lagi dilaksanakan dengan konsep berbagi pengetahuan,
tetapi menjual untuk mencari keuntungan dari masyarakat.

-- Prasetyo M Brata

”Sesudah Indonesia lepas dari penjajahan, pendidikan menyiapkan anak-
anak yang bisa mengisi kemerdekaan,” ujar Daoed dalam sarasehan
pendidikan bertajuk ”Konsep Pendidikan Indonesia Berdasarkan Budaya
Serta Penerapannya di Lingkungan Rumah, Sekolah, dan Masyarakat” yang
berlangsung di Jakarta, Minggu (31/10/2010).

Daoed mengatakan, pendidikan berbasis kebudayaan itu dibangun dari
sistem nilai tertentu. Pendidikan kita semestinya mampu membangun
budaya nilai-nilai ilmiah, mendorong setiap orang agar mampu membuat
pilihan dalam hidup, serta memiliki komunikasi yang baik.

Prasetyo M Brata dari Lingkar Makna API mengatakan, banyak kalangan
yang prihatin dengan kondisi pendidikan sekarang yang justru membuat
suram masa depan generasi bangsa. Pendidikan tidak lagi dilaksanakan
dengan konsep berbagi pengetahuan, tetapi menjual untuk mencari
keuntungan dari masyarakat.

Generasi penerus bangsa yang dihasilkan tidak lagi memiliki daya juang
yang tinggi. Selain itu, berbagai keterampilan hidup juga minim
diajarkan yang sebenarnya dibutuhkan setiap anak dalam menjalani
kehidupan untuk dirinya, masyarakat, dan bangsa.

Read More......

Disdik Himbau Sekolah Evaluasi KTSP Per-Tahun

Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro mengharapkan peran
aktif sekolah dalam kegiatan evaluasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) secara berkala. Khususnya dalam evaluasi penerapan Kurikulum
terintegrasi seperti kurikulum tentang caracter building, kurikulum anti
korupsi dan muatan Lokal lainnya.

Hal itu diungkapkan HANAFI Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas
Pendidikan Kabupaten Bojonegoro. Menurutnya, peran sekolah sangat strategis
dalam memantau perkembangan penerapan kurikulum di kalangan siswa. “Karena
sekolah adalah bagian penting dalam dunia pendidikan, maka harus turut andil
dalam peningkatan kualitas,” tegasnya Sabtu (23/10).

Untuk itu, sekolah diharapkan mengadakan evaluasi berkala guna mengetahui
sejauh mana efektifitas penarapan kurikulum yang terintegrasi tersebut.
Paling tidak, evaluasi dilakukan setiap tahun sekali misalnya pada saat
menjelang tahun ajaran baru. “Lebih baik dilakukan setahun sekali, mengingat
kebutuhan pendidikan mengalami evolusi yang begitu cepat,” terang HANAFI.

Sehingga, sekolah bisa mengajukan berbagai koreksi dan rekomendasi yang
nantinya akan ditampung Dinas Pendidikan dan bisa jadi diteruskan ke tingkat
Kementrian Pendidikan Pusat.

Penerapan kurikulum terintegrasi di sekolah saat ini memang sedang
digalakkan oleh Pemerintah. Khususnya pada kurikulum tentang pengembangan
diri chacater building, dan kurikulum anti korupsi. “Kurikulum seperti itu
penting dimasukkan dalam sekolah karena berhubungan dengan moral bangsa yang
akan tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya generasi baru,” imbuhnya.(fan/tok)


Read More......

Keterampilan Warga Kurangi Pengangguran

Kepala SKB Pangkalpinang Siti Djuariyah
menyatakan kegiatan ini meliputi empat hal yakni workshop pengembangan
kurikulum PAUD dan Pengembangan KTSP Pendidikan Kesetaraan yang diikuti 45
orang, dan kursus kewirausahaan ketarampilan payet dan pembuatan tas laptop
yang diikuti 20 orang.

“Kita ingin meningkatkan kompetensi profesional pendidik PAUD dan tutor
kesetaraan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Di samping itu kita juga
memberikan kesempatan kepada warga untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan serta menanamkan sikap mental wirausaha, sehingga ke depannya
mampu menurunkan jumlah pengangguran, mengentaskan kemiskinan dan mampu
menciptakan lapangan kerja,” jelasnya.

Kegiatan ini seniri akan berlangsung hingga 27 November mendatang di SKB
dengan mengahadirkan pembimbing dari Dinas Pendidikan Pangkalpinang dan
Pamong belajar SKB serta tim BCCT SKB Pangkalpinang.

Acara ini juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Pangkalpinang
Edison Taher, Anggota Dewan serta para pamong belajar dari Pangkalpinang. *
(gea)*



Read More......

Bahasa Inggris di RSBI Perlu Dibatasi

Dosen Universitas Airlangga, Mashita Achmad Syukri, menilai
penyelenggaraan kelas bilingual di sekolah berstatus Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) berpotensi menggeser penggunaan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa formal dan bahasa pengantar dalam pendidikan
nasional. Menurutnya, hal ini dapat mengakibatkan para siswa cenderung
berpikir bahwa Bahasa Inggris lebih penting bagi masa depan para siswa.

“Pasti akan timbul pertanyaan. Yakni, siapa lagi yang akan menggunakan
bahasa Indonesia untuk kepentingan komunikasi dan pengembangan ilmu
pengetahuan di Indonesia?” ungkap Mashita di sela acara Simposium
Internasional Perencanaan Bahasa di Jakarta, Selasa (2/11).

Mashita menegaskan, perlu dilakukan suatu kajian yang mendalam tentang
dampak psikologis penggunaan Bahasa Inggris secara penuh pada pembelajaran
matematika, sains, dan kejuruan. “Penggunaan Bahasa Inggris sepenuhnya dalam
proses pembelajaran di RSBI perlu dikaji ulang. Bahasa Inggris memang
diperlukan untuk dapat mengakses teknologi, tetapi Bahasa Indonesia harus
tetap diberi ruang sebagai bahasa pengantar secara efektif baik secara lisan
maupun tulisan,” tegasnya.

Secara khusus pula, terang Mashita, Kementerian Pendidikan Nasional
(Kemdiknas) dan pihak terkait lainnya harus lebih memikirkan perencanaan
yang matang untuk pengembangan kompetensi bahasa Indonesia siswa melalui
pengembangan kurikulum bahasa Indonesia. “Misalnya, dilakukan pengajaran
Bahasa Indonesia secara intensif kepada siswa khususnya Bahasa Indonesia
akademik. Hal itu tentunya akan menjadi penyeimbang Bahasa Inggris siswa
RSBI,” tukasnya.(cha/jpnn)

Read More......

KRITIK ATAS PROGRAM SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DAN USULAN PERBAIKANNYA

Saya baru saja mengikuti Seminar Nasional Sekolah Bertaraf Internasional
dengan tema “Revitalisasi SBI dalam Rangka Meningkatkan Mutu dan Daya
Saing Bangsa” yang diadakan oleh Balitbang Kemdiknas pada tanggal 29-31
Oktober 2010 di Grand Zuri Cikarang, Bekasi.
Tak ada yang baru pada seminar tersebut dan yang ada justru semakin
kacaunya pemahaman stake-holders tentang program SBI ini. Bahkan Dirjen
Mandikdasmen, Prof Suyanto, secara terang-terangan menyatakan bahwa
belum ada program SBI (yang ada baru Rintisan) sehingga judul seminar
ini justru dipertanyakannya. Sepanjang sesi seminar pejabat dan staf
Kemdiknas memberikan kritik dan pertanyaan serius kepada para pemrasaran
yang notabene adalah sesama pejabat Kemdiknas! Jika staf Kemdiknas
sendiri belum memiliki pemahaman yang sama dan bulat tentang SBI ini
padahal program ini telah berjalan selama sekian tahun maka ini jelas
merupakan ‘bencana’. Studi Evaluasi Penyelenggaraan RSBI/SBI yang
dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
(Puslitjaknov) Balitbang dan disampaikan oleh Ir. Hendarman MSc, PhD
ternyata hanya mengevaluasi sistem penerimaan peserta, prestasi
akademik siswa dan gurunya, sistem pendanaan dan tatakelolanya.
Tak ada evaluasi untuk proses pelaksanaanya di kelas dan apa dampak yang ditimbulkannya. Padahal justru itu yang perlu diteliti.
Hasil studinya justru memperkuat pendapat saya bahwa program RSBI/SBI
ini justru akan menurunkan kualitas pendidikan di sekolah yang
menyelenggarakannya. Meski simpulannya menyatakan bahwa “Siswa RSBI
menunjukkan prestasi akademik yang lebih baik daripada siswa regular”
(Of course… of course…! Bukankah mereka memang siswa ‘cream of the
cream’ yang melalui seleksi ketat sebelumnya) tapi ternyata secara
rata-rata tidaklah menonjol (hanya lebih tinggi 12% di tingkat SD dan
15% di tingkat SMP). Selain itu ditemukan banyak kasus siswa RSBI/SBI
yang justru tidak lulus Ujian Nasional!
Ada dua anggota Komisi X DPR RI yang hadir
sebagai pembicara pada acara tersebut, yaitu Dedi Wahidi dan Theresia
E.E Pardede (Tere). Dedi Wahidi juga menyampaikan pandangannya yang
kritis tentang program ini.

Dari berbagai sekolah yang menyampaikan presentasi bagaimana sekolah
(R)SBI ini dijalankan di daerah mereka masing-masing jelas sekali
terlihat bahwa terjadi implementasi program yang berbeda antara daerah
dan sekolah masing-masing dengan segala interpretasi yang mereka pahami.
Bahkan masih banyak daerah yang sekedar melakukan ‘kelas bertaraf
internasional’ di dalam sekolah yang ditunjuk menjadi penyelenggara
(R)SBI.
Karena diundang untuk hadir dan juga diminta untuk memberi masukan
maka dengan ini saya sampaikan masukan dan usulan saya tentang program
ini. Mohon masukannya untuk memperbaiki apa yang saya usulkan disini.
LATAR BELAKANG :

UU Sisdiknas 2003 Pasal 50 ayat (3) dalam yang berbunyi sbb :
3) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua
jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang
bertaraf internasional.
Istilah ‘satuan pendidikan yang bertaraf internasional’ itu kemudian
diterjemahkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 17 tahun 2010 Pasal 1
No 35 menjadi :
“Pendidikan bertaraf internasional adalah pendidikan yang
diselenggarakan setelah memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan
diperkaya dengan standar pendidikan negara maju.”
Pada PP no 17 tahun 2010 ini frase ‘satuan pendidikan yang bertaraf
internasiona’l dalam UU sisdiknas telah berubah menjadi ‘Pendidikan
bertaraf internasional’ dan kemudian dijelaskan dengan tambahan
keterangan Pendidikan bertaraf internasional adalah pendidikan yang
diselenggarakan setelah memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan
diperkaya dengan standar pendidikan negara maju.”
Pada tahap ini saja telah terjadi penyimpangan definisi di mana pada
awalnya pernyataan dalam UU Sisdiknas adalah merujuk kepada sebuah
tingkatan keunggulan kualitas yang harus dicapai (yang diberi istilah
‘bertaraf internasional”) sedangkan pada PP no 17 tahun 2010 telah
berubah makna menjadi sebuah sistem pendidikan yang terpisah dan
kemudian berkembang dalam sebuah Peraturan Menteri (Permen 78 Tahun
2009). Sistem ini bertentangan dengan amanat yang ada dalam Sistem
Pendidikan Nasional yang dinyatakan dalam pertimbangan sbb :
b. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang;
Definisi yang dimunculkan dalam PP No 17 tahun 2010 ini sendiri tidak
jelas acuan, kriteria dan rujukan akademik dan empiriknya. Istilah ini
tidak pernah dikenal sebelumnya dan seolah muncul begitu saja dari
langit dan berbeda dengan apa yang diamanatkan oleh UU Sisdiknas itu
sendiri.

Karena istilah ini tidak memiliki rujukan yang jelas maka istilah ini
kemudian diinterpretasikan secara bebas (dan cenderung sembrono) oleh
Kemdiknas sehingga menimbulkan berbagai problem dan konsekuensi serius
sampai sekarang dan masih belum dapat dipecahkan. Padahal sampai saat
ini lebih dari seribu sekolah telah di RSBI-kan. (SD= 195, SMP= 313,
SMA=320, SMK=247)
BEBERAPA MASALAH YANG TIMBUL

Karena konsep ‘sekolah bertaraf internasional’ ini tidak memiliki
landasan akademik dan empirik yang memadai, dan hanya berpijak pada
landasan hukum, maka konsep dasar yang dirumuskan menimbulkan berbagai
masalah yang mendasar. Beberapa diantaranya adalah :
Penetapan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam
mengajarkan beberapa bidang studi menimbulkan banyak masalah dan
kontroversi. Kontroversinya adalah bahwa secara empirik ternyata
kebijakan ini justru dapat menyebabkan merosotnya nilai dan kompetensi
siswa di bidang studi yang diajarkan. Banyak hasil kajian dan juga
pengalaman negara Malaysia selama hampir 8 tahun ternyata menunjukkan
bahwa penggunaan bahasa Inggris (asing) untuk bidang studi IPA dan MAT
justru menurunkan mutu siswa (baca http://ms.wikipedia.org/wiki/Pengajaran_dan_Pembelajaran_Sains_dan_Matematik_dalam_Bahasa_Inggeris).

Baca selanjutnya di :
http://satriadharma.com/index.php/2010/11/03/kritik-atas-program-sekolah-bertaraf-internasional-sbi-dan-usulan-perbaikannya/

Salam

Satria Dharma


Read More......

8 Tanda apakah kita Sehat

Ketika pergi ke rumah sakit, biasanya dokter akan mengeluarkan alat ukur. Mulai dari pengukur tekanan darah, detak jantung, sampai kadar gula. Dalam kondisi tertentu, dokter juga kerap memastikan kesehatan seseorang lewat berbagai tes di laboratorium.
Pada dasarnya ada angka atau patokan yang harus kita ingat dalam urusan kesehatan. Artinya, kita harus tahu berapa angka tekanan darah yang normal atau kadar kolesterol. Dengan tahu angka-angka ini, kita bisa menjaga diri sehingga tak perlu sampai kebablasan dan menanggung akibat yang jauh dari menyenangkan. Menurut para pakar, setidaknya Anda perlu mendapatkan delapan angka penting ini. Silakan dibaca dan dicamkan selalu!

1. Tekanan darah: 120/80
Menurut dr Arthur Tan, spesialis jantung dari Gleneagles Hospital, darah tinggi berpotensi menjadi pembunuh nomor satu di dunia di tahun 2020. Darah tinggi sering menyerang tanpa gejala. Oleh sebab itu, pemeriksaan tekanan darah rutin wajib hukumnya. Lakukan sebulan sekali dengan alat ukur digital pribadi, atau setahun dua kali oleh dokter.
Pastikan tekanan darah tidak lebih dari 120/80 mmhg. ”Paling tidak 10 di atas atau di bawah 120/80. Lebih atau kurang dari itu harus mendapat perawatan dokter,” jelas dr Wiwin Ristanto SpB, spesialis bedah dan kewanitaan RS Onkologi Surabaya.

2. Kolesterol: 2 banding 1
Menurut dr Johanes Chandrawinata, MND, SpGK, spesialis gizi klinis dari RS Melinda Bandung, apabila kadar kolesterol total kita di atas 200 mg/dL, itu disebut tinggi. Yang normal adalah jika di bawah 200 mg/dL. Dengan perhitungan, LDL (kolesterol buruk) di bawah 100 mg/dL dan HDL (kolesterol baik) di atas 45 mg/dL.
Singkatnya, perbandingan antara LDL dan HDL adalah 2:1. Semakin tinggi kadar HDL, semakin tinggi pula perlindungan terhadap penyakit jantung koroner.

3. Lingkar pinggang: kurang dari 80 cm
Bagi wanita dewasa, ukuran lingkar pinggang sebaiknya tak lebih dari 80 cm. Kalau di atas itu, artinya di bawah perut ada tumpukan lemak yang tak diperlukan, dan membuat kita kelebihan berat badan. Ada dua jenis penumpukan lemak di area perut: di bawah kulit dan di dalam organ. ”Yang berbahaya adalah jenis kedua karena dapat mempertinggi risiko diabetes tipe-2, hipertensi,
fatty liver, stroke, dan penyakit jantung koroner,” tutur dr Johanes.

4. Inflamasi: di bawah 10.000
Inflamasi terjadi pada tubuh kita saat mengalami peradangan. Kita bisa mengetahui tingkat peradangan tubuh dengan mengukur kadar C-reactive protein (CRP) yang diproduksi oleh liver dan merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh.
Menurut dr Wiwin, CRP yang normal adalah di bawah 10.000. Ini artinya, risiko kita mendapat gangguan jantung rendah. Tingkat peradangan di atas 15.000 harus diterapi dan dicari sumbernya karena mungkin ada penyakit terpendam. Misalnya, gangguan sistem imunitas.

5. Vitamin D: minimal 30
Kekurangan vitamin D dapat meningkatkan risiko gangguan hati, multiple sclerosis, gangguan imunitas, dan osteoporosis. Risiko osteoporosis ditentukan oleh gaya hidup, jenis kelamin, dan usia. Wanita lebih rentan mengalami kerapuhan tulang dibanding pria. Risiko bertambah ketika memasuki usia menopause.
Kita bisa mencegah osteoporosis dengan menabung kalsium sejak dini. Supaya penyerapan kalsium maksimal, tubuh kita perlu vitamin D. Demikian info dari National Institute of Health. Untuk mengetahui berapa kadar vitamin D kita, lakukanlah tes darah. Kadar vitamin D per hari yang direkomendasikan adalah lebih dari 30.

6. Gula darah: kurang dari 140
The Western Pacific Declaration on Diabetes menyebutkan, diabetes melitus (bukan turunan) sudah menjangkiti remaja dan anak-anak. Faktor penyebab utamanya adalah kegemukan. Semakin banyak jaringan lemak (terutama di perut), semakin resistan otot dan sel terhadap insulin. Dengan kata lain, kegemukan dapat menghambat kerja insulin sehingga gula darah naik.
Jadi, kita harus selalu menjaga agar kadar gula darah tetap normal. Masih menurut dr Johanes, tinggi atau rendahnya kadar gula darah tergantung pada kondisi kita saat diperiksa. Kadar gula darah normal setelah berpuasa selama 6-8 jam, adalah 70-100 mg/dL, sedangkan kadar gula darah 2 jam setelah makan yang normal adalah di bawah 140 mg/dL.

7. Kepadatan tulang: -2,5
Untuk mengetahui seberapa padat tulang kita, lakukan tes kepadatan tulang atau bone mass density (BMD). Dr Michael Triangto, SpOK, dari Slim+Health Sports Therapy mengatakan bahwa batasan osteoporosis adalah T-score -2,5. Jika nilainya lebih dari -2,5, berarti termasuk osteoporosis. Jika kurang, artinya osteopenia (sebelum masuk osteoporosis). Tes kepadatan tulang dianjurkan bagi wanita menopause, pernah patah tulang, punya riwayat keluarga osteoporosis, dan berstruktur tulang belakang tidak normal.

8. Denyut jantung istirahat: 60-80
Sehat atau tidaknya kondisi fisik kita bisa juga ditandai dengan denyut jantung saat istirahat (resting heart rate). Paling baik mengukur denyut jantung istirahat adalah ketika baru bangun tidur.
Caranya, tekan nadi di pergelangan tangan atau di leher di bawah rahang dengan jari telunjuk. Hitung denyutnya selama 15 detik, lalu hasilnya kalikan 4. Kata dr Wiwin, denyut jantung istirahat yang normal bagi wanita dewasa adalah 60-80 per menit. Jika denyut jantung istirahat seseorang melebihi batas, berarti jantungnya bekerja terlalu keras sehingga lebih berisiko mengalami serangan jantung atau stroke.........
Read More......